“Assalamu'alaikum, Bu. Ini Zulfa,” salam Zulfa begitu mengangkat telepon dari mertuanya. “Alhamdulillah! Akhirnya bisa juga ditelepon. Iya, Fa, wa'alaikumussalam.” Suara ibu mertuanya itu terdengar senang dari seberang sana. “Kamu sama Masmu ke mana saja, Nduk? Hari ini kok nggak bisa Ibu telepon blas dari pagi. Terus, Masmu sekarang juga di mana? Kok malah kamu yang ngangkat teleponnya? Hapemu sendiri juga kenapa ndak bisa Ibu telpon?” Nyai Fatimah membrondong Zulfa dengan pertanyaan ini-itu. Zulfa tersenyum, melengkungkan bibir. Perhatian ibu mertuanya yang seperti ini sangat berarti untuknya. Dari suaranya, terdengar jelas jika beliau teramat sayang dan begitu mengkhawatirkan Zulfa. Sama seperti pada putranya sendiri, Fatih. “He he.” Zulfa bingung harus menjawab bagaimana. Tidak mun