Khitbah

4012 Kata
"Assalamualaikum. Nek. Nenek, gak apa-apa kan, Nek? Tadi itu siapa, Nek? Sejak memgendarai mobil, pikiran, Yasmin, teh gak tenang, Nek. Yang, Yasmin, juga gak tau apa penyebabnya," tanya Yasmin dengan cemasnya. Seraya ia salami takdzim juga ia belai wajah keriput sang Nenek. "Waalaikumussalam, Neng. Alhamdulillah, Nenek, teh gak apa-apa. Nenek, baik-baik saja Neng. Setelah, Nenek, minum obat yang kamu kasih perut, Nenek, jadi gak mual lagi, Neng. Kamu teh gak usah terlalu memikirkan, nenek, Neng. Sini-sini, Neng, kamu duduk dulu nya. Biar, Nenek, jelaskan semuanya sama kamu. Tapi kamu teh tenangkan diri kamu dulu. Karena memang ada hal penting yang kepengin nenek sampaikan sama kamu, neng," jawab Nek Fatma seraya ia tersenyum. Yasmin pun mengangguk setuju seraya menduduki kursinya. Dengan perlahan Nek Fatma pun mulai menjelaskan siapa yang sebenarnya baru saja mendatanginya. Yang ternyata sahabat karibnya itu yang beru saja mendatanginya. Shabatnya datang langsung dari Jakarta dan tujuan utamanya hendak melamarkan cucunya untuk Yasmin diesok hari. Eyang Fara, nama sahabatnya itu. Rencananya hari ini, Eyang Fara ingin dapat bertemu Yasmin dan mengobrol banyak dengannya. Agar bisa lebih banyak lagi mengenal Yasmin dan semakin yakin untuk bisa melanjutkan perjodohan mereka. Namun sayang pada hari ini memang Yasmin pulang lebih sore karena memang jadwalnya mengajar yang cukup padat. Tentunya Yasmin amat terkejut mendengar setiap penjelasan yang telah Nek Fatma ceritakan kepadanya. Sebab ia yang takk menyangka jika ternyata akan secepat itu proses perjodohan mereka di langsungkan. "Besok, Nek? Tapi apa, Nenek, yakin jika lelaki yang ingin melamar, Yasmin, itu juga sudah siap untuk menikah? Karena kan, menikah itu tidak main-main, Nek. Kita yang harus sudah siap juga siap bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di kemudian hari," tanya Yasmin berusaha memastikan. Dengan raut wajahnya yang kini terlihat amat cemas juga bimbang. Nek Fatma pun mengangguk pasti seraya kini ia genggam lembut kedua tangan Yamin. "Insya Allah, Neng. Karena memang, eyang Fara, ini juga yang sudah memastikannya ka, nenek. Nenek, juga yakin kok, Neng, kalau cucuna eyang Fara ini memang seorang lelaki yang baik. Insya Allah. Pantas saja kamu tadi teh sudah deg-degan ya, Neng, di jalan, Karena memang kita teh sudah cukup lama membicarakan soal perjodohan ini. Tapi saran, nenek, untuk meyakinkan hati kamu, nanti malam kamu istikharah saja, ya, Neng, Insya Allah ini jalan yang terbaik. Agar kamu juga bisa merasa jauh lebih tenang juga yakin lagi," Jelas Nek Fatma dengan yakinnya. Dan Yasmin pun menanggapinya dengan sebuah anggukan patuh seraya ia tersenyum. Akan, Yasmin, percayakan segalanya kepada, Nek Fatma, sebab memang, Yasmin, yang juga yaki jika setiap pilihan, nenek, itu sudah pasti yang terbaik untuk, Yasmin. Karena kan memang selama ini, nenek, juga sudah memberikan segala hal yang terbaik pula untuk, Yasmin. Kalau begitu Yasmin mau bersih-bersih dulu ya, Nek. Kan gak lama lagi juga, kita akan segera Magriban, jawab Yasmin dengan yakin. Nenek pun mengangguk setuju kini. Maka dengan segera Yasmin bangkit dari posisinya kini. Kini Yasmin kembali terbangun pukul dua malam. Malam ini, kembali Yasmin hendak melaksanakan salat istikharah dengan khusyuknya. Dengan sebuah harapan jika salatnya yang kali ini akan membuahkan hasil yang terbaik untuk dirinya juga untuk sang Nenek. Agar sebuah kebahagiaan atas keridhaan-Nya akan segera mereka dapatkan. Yasmin angkat kedua tangannya dan kini tatapannya berubah nanar. "Ashadu Anlaa Illaha Illallah, Waashadu Anna Muhammadarrasulullah. Ya Allah Ya Rabb, jika memang lelaki yang akan mengkhitbah hamba besok adalah lelaki yang telah eng-Kau pilihkan untuk hamba, maka hamba mohon berikanlah jawaban yang terbaik di dalam mimpi hamba malam ini. Agar hamba mampu membahagiakan, Nek Fatma, juga membuatnya lega atas pilihannya. Rabbana aatinaa fiddunya khasanah wafilaakhirati khasanah waqinaa adzabannar, Rabbighfirliy waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani shaghiraa, Aaamiiin Aaamiiin Allahumma Aaamiiin." Doa Yasmin setelah salat malamnya. Setelahnya kembali ia pejamkan kedua matanya setelah berdoa. Dan ia mulai terlelap hingga adzan Subuh akan kembali di kumandangkan nanti. Dan ya, tak lama setelah ia terlelap, mimpi itu pun datang kepada Yasmin. Di dalam mimpinya itu, Yasmin melihat ada seorang lelaki datang kepadanya bersama dengan Neneknya. Namun wajah lelaki itu samar, dan hanya lengkungan senyuman manisnya yang terlihat jelas. Di sana mereka semua tersenyum bahagia melihat kedatangan Yasmin yang telah terlihat begitu cantik, dengan sebuah dress bewarna abu yang pernah Nek Fatma belikan untuknya. Hingga kini adzan Subuh mulai dikumandangkan dan Yasmin mulai terbangun dari tidurnya. Kembali ia panjatkan doa setelah tidurnya seraya kembali tersenyum begitu manis memandangi wajah cantiknya di kaca riasnya. Ia merasa begitu lega sekaligus bahagia sebab Allah SWT telah memberikan sebuah petunjuk yang baik di dalam mimpi indahnya. "Alhamdulillah, Ya Rabb. Telah, engKau berikan hamba petunjukMu hari ini. Semoga saja jalan yang akan ku ambil nanti memang sebuah pilihan yang terbaik, Aaamiiin Allahumma Aamiin." Monolog Yasmin seraya menuruni ranjangnya untuk melaksanakan salat Subuhnya. *** Hari ini memang hari libur, yang biasanya Yasmin gunakan waktu luangnya untuk mengajar ditaman. Namun karena tepat pukul sepuluh pagi nanti keluarga dari, Eyang Fara akan datang. Maka Yasmin lebih dulu mengabari Arya lewat w******p agar mereka semua tak menunggu kedatangannya. Mendengar jika hari ini Yasmin akan dilamar pun Arya beserta para anak didiknya pun turut merasa begitu bahagia juga mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan Yasmin lewat sebuah video. Hal itu membuat Yasmin semakin merasa begitu bahagia pagi ini. Dan ia aminkan setiap doa tulus mereka dengan penuh rasa syukur. Dengan mengucap basmalah kini Yasmin mulai merias dirinya sedemikian cantik iaa mengaplikasikan make up natural diwajahnya. Lipstik bewarna peach yang mewarnai bibir ranumnya membuatnya semakin terlihat ayu juga menawan. Hingga kini dengan percaya diri Yasmin mulai mengenakan sebuah gaun bewarna abu nun cantik pemberian dari sang Nenek. Sesuai dengan penglihatannya di dalam mimpinya semalam. Dengan harapan jika semuanya juga dapat berjalan dengan lancar dan penuh kebahagiaan atas ridha dari Allah SWT. "Alhamdulillah, Ya Allah. Hasil make up aku not bad. Mudah-mudahan saja gak malu-maluin deh nanti, Aaamiiin," ucap Yasmin seraya memutar-mutar badannya di depan kaca rias dan memandanginya dengan senyuman manisnya. Tak lama kemudian, Nek Fatma datang menghampiri Yasmin dan mendapati cucunya itu tengah tersenyum di depan kaca riasnya. Memandangi dirinya yang terlihat begitu memesona pagi ini. Walau setipa hari pun Yasmin memang selalu terlihat ayu. "Subhanallah, cucu, Nenek, meuni geulis pisan euy. Nenek, teh sampai pangling sayang sama kamu," puji Nek Fatma dengan bahagianya seraya ia rangkul pinggang Yasmin. "Alhamdulillah, terimakasih ya, Nek. Nenek, juga meuni geulis. Yasmin juga pangling sama nenek," jawab Yasmin dengan senyuman manisnya. "Ehehehe, kamu mah bisa saja, Neng. Nenek mah kelihatan geulis juga karena bajunya yang bagus, Neng. Ini kan baju baru pemberian kamu, Neng. Oh iya, keluarga Eyang Fara teh baru saja tiba, Neng. Kita kedepan ya, Neng, menemui mereka," ajak Nek Fatma yang seketika membuat jantung Yasmin berdebar hebat saat ini. Sebab rasanya ia masih tak siap jika memang harus hari ini juga. 'Masyaallah mereka sudah didepan? Kenapa kegugupanku semakin terasa saja ya sekarang. Bismillahorrohmanirrohim, Ya Rabb. Jika memang hal ini baik bagiMu, maka lancarkanlah. Jika memang tidak, kumohon berikanlah ketabahan bagi kita semua, Aaamiiin.' gumam Yasmin dalam hati dengan tatapan yang kosong. Yang sungguh hingga saat ini ia juga masih bimbang harus seperti apa ia menyikapinya. Sebab memang pagi ini, untuk yang pertama kalinya Yasmin akan di pertemukan dengan seorang lelaki yang sama sekali tak pernah ia kenal sebelumnya. "Neng, kok malah jadi melamun, sayang? Kamu teh kenapa? Masih ragu ya, Nak?" ucap Nek Fatma yang membuat Yasmin seketika tersadar dari lamunannya. "Oh iya, Nek, maaf. Kalau untuk yakin, Insya Allah, Yasmin, akan tetap yakin. Tapi, Yasmin, teh rasanya deg-degan pisan, Nek, sekarang. Gimana atuh, ya," ucap Yasmin dengan gugupnya. Nek Fatma genggam jemari Yasmin dengan lembut seraya tersenyum begitu manis kepadanya. "Nenek, teh mengerti, sayang. Pasti kamu ini sedang sangat gugup, Neng. Kita Bismillah sama-sama ya, Neng. Insya Allah jika memang kalian berjodoh pasti akan di lancarkan untuk segalanya," Yasmin pun mengangguk setuju seraya kembali mengucapkan baslamah dengan mantap juga penuh dengan keyakinan. Sebab baginya menuruti sang Nenek memanglah hal yang terbaik. Maka kini dengan penuh kepastian Yasmin mulai melangkahkan kakinya, hingga kini ia sudah tiba diruang tamu. Namun Yasmin masih terus saja menundukan kepalanya sebab masih belum berani menatap seorang lelaki yang akan menjadi seorang suami untuknya nanti. "Assalamu'alaikum," salam Yasmin seraya tersenyum juga menganggukan kepalanya santun. Namun masih saja ia menundukan kepalanya. Rasanya amat berat untuk ia dapat mengangkat wajahnya kini. "Wa'alaikumussalam," jawab Eyang Fara dan cucunya. Mendengar suara calon suaminya membuat jantung Yasmin semakin berdebar kencang. Sedangkan lelaki itu sekilas memandangi Yasmin penuh kekaguman. Namun kembali ia buang pandangannya kearah yang lain. Setelahnya Nek Fatma meminta kepada Yasmin untuk menyalami Eyang Fara juga cucunya. Dan Yasmin pun menyetujuinya dengan anggukan, seraya menyalami takdzim punggung tangan Eyang Fara, lalu ia tangkupkan kedua tangannya di saat kini ia tengah berhadapan dengan cucunya. Namun tetap, Yasmin masih menundukkan kepalanya juga tak sekalipun berani menatap kearah lelaki itu. "Subhanallah, Fatma. Masya Allah ayune kamu, Nduk," puji Eyang Fara seraya mebelai wajah Yasmin. Membuat Yasmin tersipu hingga kini kedua pipinya mulai merona. "Alhamdulillah, Fara. Terimakasih," jawab Nek Fatma dengan bahagianya. "Alhamdulillah terimakasih, eyang," jawab Yasmin seraya tersenyum manis kepadanya, dan kembali ia menundukan kepalanya. Dan kini Yasmin di minta dengan Nek Fatma untuk menduduki kursi yang berada di sebelahnya. "Oh iya, Nduk, nama lengkapmu ini siapa kalau boleh tahu?" tanya eyang Fara. "Nama saya, Yasmin Nur Laila, Eyang," jawab Yasmin seraya tersenyum. "Subhanallah, nama yang cantik. Sesuai dengan pemiliknya," puji Eyang dan lagi-lagi Yasmin hanya mampu mengucapkan kata terima kasih dan kembali tersipu. Kini, Eyang Fara mulai memperkenalkan cucunya juga mengenai silsilah keluarganya. Yang ternyata lelaki itu bernama, Reynaldi Rasyid Ramdhani. Lelaki yang tampan rupawan dengan postur tubuh yang tegap, berkulit putih, rahang tegas, berhidung bangir, juga memiliki alis yang tebal. Ketampanannya itu selalu berhasil menyita banyak perhatian kaum wanita. Seorang CEO muda dari sebuah perusahaan percetakan ternama di Jakarta. Lelaki yang biasa di panggil Aldi itu adalah seorang anak yatim. Sedangkan sang ibu menikah lagi dan memilih untuk tak lagi memedulikaannya, sebab Reynald yang menolak untuk hidup bersama dengan keluarga barunya. Hingga ia memilih hidup bersama sang Eyang. Eyang Fara juga mengatakan jika Reynald adalah seorang lelaki berhati lembut yang begitu menyayanginya. Juga selalu menuruti setiap perkataan sang eyang termasuk soal urusan calon istri. "Itulah, Mas Aldi, cucune, Eyang, Nduk. Oh iya, Mas Aldi, ini turunan Yogyakarta dari, Papanya. Almarhum Pak Hanan Al Rasyid, putrane, Eyang. Dan Mamanya itu asli, Jerman, mankanya wajahnya, Aldi, masih terlihat oriental, hehehe. Nama Mamanya Sar ..." "Cukup ya, eyang. Tidak perlu lagi kita membahas hal yang tidak perlu kita bahas lagi di sini. Lebih baik kita langsung jelaskan saja maksud dan tujuan kita datang kesini," ucapan Eyang Fara terhenti karena selaan Aldi yang mengatakannya dengan begitu santun juga lembut. Seraya ia genggam tangan Eyangnya juga menatapnya nanar. Yang sebenarnya hal ini membuat Yasmin cukup bertanya-tanya dengan sikap Aldi yang memang baginya cukup aneh. Namun Yasmin juga tak ingin di nilai lancang jika ia nantinya akan banyak bertanya. Maka hanya ia simpan setiap rasa penasarannya itu. Eyang Fara pun mengangguk setuju seraya ia genggam jemari Aldi. Seakan telah eyang Fara pahami betul seperti apa alasan cucunya yang tak lagi ingin membicarakan mengenai hal itu. "Sepertinya, cucune, eyang, yang ganteng ini sudah gak sabar, Nduk, ingin segera mendengar jawabanmu. Yasudah kita mulai saja obrolannya," goda Eyang Fara yang membuat kedua pipi Yasmin dan Aldi seketika memerah. "Jadi Nduk, maksud dan tujuan, eyang dan Reynald, datang kemari itu ingin melamarkan, Reynaldi Rasyid Ramdhani, cucune, Eyang, ini kepada, Yasmin Nur Laila. Sebenarnya niat baik ini sudah ada sejak, Yasmin masih menempuh pendidikan S3, dan Alhamdulillah qadarullah hari ini proses khitbah ini bisa dilangsungkan. Apakah, Yasmin, bisa menerima lamaran dari cucu, eyang?" jelas Eyang Fara yang membuat jantung Yasmin semakin berdebar begitu kencang saat ini. Dengan mengucap basmalah, Yasmin memberanikan diri untuk menatap Aldi sekilas. Hingga Yasmin dapati sosok Aldi yang ternyata memang begitu tampan. Yang saat ini juga tengah menundukan pandangannya dengan wajah yang begitu gugup. Lalu kini Yasmin mengalihkan pandangannya ke arah,Nek Fatma untuk meminta persetujuannya. Mengenai harus bagaimana baiknya. Maka dengan wajah yang sumringah Nek Fatma pun mengangguk setuju. Hingga membuat Yasmin yang sebelumnya tak mampu mengambil keputusan dengan cepat kini merasa lebih yakin untuk menerima lamaran dari Aldi. Sebab ia yakin jika hal ini akan mampu membahagiakan sang Nenek. "Bismillahirrahmanirrahim. Iya, eyang Fara. Yasmin, bersedia menerima lamaran dari, Mas Aldi," jawab Yasmin dengan penuh keyakinan di setiap katanya. "Alhamdulillahhirabbil Alamiiin..." jawab ketiganya bersamaan. Hingga Yasmin mendapati wajah sang Nenek juga Eyang Fara yang begitu terlihat bahagia saat ini. Sedangkan Aldi, hingga kini Yasmin masih juga belum berani untuk kembali menatapnya. Dan ia memilih untuk tersenyum manis kepada Neneknya juga Eyang Fara. Setelahnya, mereka mulai membicarakan mengenai tanggal pernikahan, Yasmin dan Reynald. Yang akan segera di selenggarakan di Jakarta dua minggu kemudian. Sebab memang Eyang Fara yang sudah tak ingin lagi menunda-nunda niat baik mereka untuk segera menikahkan keduanya. Aldi dan Yasmin pun menerimanya dengan ikhlas tanpa sedikit pun memberikan pendapat untuk mengganti tanggalnya atau pun penolakan sebab tujuan keduanya memang hanya ingin membahagiakan nenek mereka. Setelah Eyang Fara dan Reynald pamit untuk pulang, kini Yasmin mulai berani menatap Aldi yang mulai berjalan memasuki mobilnya ia seraya menggumam. 'Ya Allah Ya Rabb, jika memang benar, Mas Aldi yang terbaik yang engKau takdirkan untuk menjadi imamku maka aku mohonkan hanya kepadaMu ridhailah niat baik ini hingga waktu pelaksanaannya tiba, Aaamiiin Allahumma Aaamiiin,' Kini pun kembali Nek Fatma gamit lengan Yasmin seraya ia tersenyum begitu manis penuh kebahagiaan kepadanya. "Masya Allah, Neng. Sampai detik ini, nenek, teh masih tidak percaya kalau kamu gak akan lama lagi segera menjadi seorang istri. Semoga saja memang, Reynald, seorang lelaki yang Allah SWT pilihkan untuk kamu, Neng," ungkapNek Fatma dengan penuh rasa syukur serta kebahagiaan. "Iya, Nek. Aamiiiin Ya Allah Allahumma Aaamiiin. Semoga Allah SWT senantiasa meridhainya ya, Nek. Karena sebenarnya, Alhamdulillah setelah salat istikharah kemarin Yasmin sudah mendapat sebuah mimpi yang Insya Allah, baik dari, Allah SWT," jelas Yasmin seraya iya tersenyum. "Subhanallah Alhamdulillah atuh, Neng. Masya Allah, nenek, teh bahagia pisan mendengarnya," jawab Nek Fatma. Dan Yasmin pun mengangguk pasti seraya mengucap hamdalah. *** Dihari-hari selanjutnya setelah lamaran tak pernah ada sedikit pun kontak diantara, Yasmin dan Aldi. Meski hanya lewat pesan atau pun telpon sekali pun. Karena memang mereka yang belum saling bertukar nomor ponsel. Hanya Nek Fatma dan Eyang Fara lah yang saling memberikan kabar satu sama lain. Hingga kini sudah memasuki Minggu pertama sebelum pernikahan mereka akan di langsungkan. Hal ini cukup membuat Yasmin semakin merasakan kegugupan itu, sebab memang sebenarnya terkadang ia masih meragukan Aldi tentang apakah ia yang benar-benar dapat menerimanya juga mencintainya setulus hati atau memang menerima setiap rencana nenek mereka ini hanya karena sebuah keterpaksaan sebab ingin bisa untuk saling membahagiakan. Karena mereka yang memang akan menikah di karenakan sebuah perjodohan. Bukan karena saling mencintai satu sama lain. Tetapi kembali lagi, Yasmin telah menyerahkan segalanya hanya kepada Allah SWT semata. Untuk seperti apa hasilnya nanti, Yasmin pun telah berjanji pada dirinya sendiri dengan- mengucap basmalah ia akan menerima segala ketetapan-Nya dengan penuh rasa ikhlas juga kesabaran. Yang Insya Allah nantinya akan berakhir dengan ucapan hamdalah atas ijin dan karunia-Nya. Proses belajar mengajar hari ini baru saja usai, seperti biasa dengan wajah sumringahnya Yasmin kembali menuju ruangannya segera bersiap untuk segera pulanh. Namu sebelum itu suda lebih dulu ada seorang siswi yang menghampirinya. “Assalamualaikum. Miss Yasmin, salam Intan, ketika kini ia sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam tas nya. Maka kini segera Yasmin alihkan pandangannya. "Waalaikumussalam. Iya, Intan. Ada apa?" tanya Yasmin dengan senyuman manisnya. 'Maaf, Miss. Itu di kantin teh ada laki-laki. Orangnya teh meuni kasep pisan, Miss. Katanya dia teh calon suaminya, Miss Yasmin. Dia minta tolong ka, Intan, untuk memanggilkan, Miss Yasmin. Masya Allah, Miss... ciyeee yang sebentar lagi mau Married... tugasnya jelas Intan yang kini malah meledek Yasmin. Yang kini sama sekali Yasmin tak mengindahkan setiap ledekannya. Kedua mata Yasmin membulat seketika kini. Sebab Yasmin yang cukup terkejut dengan kehadiran Aldi yang tiba-tiba saja menemuinya di sekolah tanpa berkabar sebelumnya. Kamu serius, Intan? Tadi dia ada sebut namanya tidak sama kamu? tanyanya memastikan. “Oh iya katanya namanya teh, Aldi. Ya, serius atuh, Miss. Ngapain juga, Intan, membohongi, guru, Intan, yang paling baik ini, jawab Intan yang sungguh sebenarnya hal ini membuat Yasmin semakin merasakan kegugupan itu sebab memang benar seorang Aldi lah yang sedang menunggunya di sana. "Oke, Intan. Terima kasih ya, Tan. Maaf, Miss Yasmin teh jadi merepotkan kamu, ucap Yasmin tak enak hati. "Ih, ya tidak atuh, Miss. Tidak apa-apa. justru senang saya teh di suruh sama orang ganteng kayak, Pak Aldi. Beruntung pisan, Miss Yasmin teh bisa dapat calon suami yang setampan dan sekeren itu, jawab Intan lagi yang kini Yasmin pun menggulum senyumnya. Sebab memang ia jyga tak menyangka sosok seorang Aldi yang tak lama lagi akan menjadi suaminya adalah seorang lelaki yang tampan rupawan. "Ehehehe, bisa saja kamu ini, Tan. Yasudah, kalau begitu saya ke sana sekarang, ya. Ones again, thanks for your information, Intana Putri Dania, jawab Yasmin dengan senyuman manisnya. ama-sama, Miss Yasmin. Kalau begitu, Intan pulang duluan ya, Miss. Assalamualaikum, salamnya seraya ia salami takdzim punggung tangan Yasmin. AsaWaalaikumussalam. Becareful, Intan, See you... jawab Yasmin seraya ia lambaikan tangannya. "See you..." jawab Intan seraya ia lambaikan tangannya dan ia segera berlalu pulang. Sedangkan, Yasmin, dengan segera ia menemui Aldi yang yang sepertinya sudah menunggunya cukup lama. Setibanya di kantin. Yasmin pun merasa gugup di kala ini ia dapati cukup banyak siswinya yang memandangi Aldi yang memang rupawan dengan penuh kekaguman. Sebab memang ia yang tak ingin di ledek oleh mereka semua. "Assalamualaikum," salam Yasmin yang membuat Aldi terkesiap seketika. "Waalaikumussalam," jawabnya seraya berdiri dari posisi duduknya. Namun mereka tak saling tatap karena saling memandang kearah kerumunan para murid yang tengah memerhatikan mereka saat ini. "Oh, ya pantesan saja atuh meuni kasep. Itu teh pacarnya, Miss Yasmin, guys. Ya cocok lah kalau kitu mah. Yang satu meuni geulis, pintar lagi. Yang satunya kasepnya gak ada obat. Hadeuh jadi, Miss Yasmin, teh pasti meuni happy nya, hehehe" celetuk salah satu sisiwi Yasmin. "What? Miss Yasmin, teh ternyata sudah punya, pacar? Wah bisa patah hati satu sekolahan atuh para siswa kalau begini ceritanya mah," jawab salah seorang siswa disana. Karena mendengar hal itu cukup mengganggu Aldi, pada akhirnya ia memilih untuk mengajak Yasmin menjauh dari sana. "Sepertinya gak akan baik jika kita bicarakan di sini. Bisa kamu ikut saya sebentar?" pintanya dan Yasmin pun mengangguk setuju. "Iya saya bisa. Kebetulan jam mengajar saya di sini juga sudah selesai," jawab Yasmin. "Okkay. I'll wait you on my car," ucap Aldi dan Yasmin pun kembali mengangguk. Lalu kini Aldi mulai berjalan mendahului Yasmin dengan wajah yang terlihat begitu gugup. Setelah mengambil tas dan buku-bukunya, Yasmin pun segera menghampiri Aldi. "Kamu mau ajak saya bicara di mana? Maaf saya naik mobil saya sendiri saja ya. Karena sekalian saya harus segera pulang," jelas Yasmin di depan kaca mobil Aldi yang masih terbuka kini. Aldi pun mengangguk setuju seraya hendak ia tutup kaca mobilnya. "Oke. Terserah kamu saja. Kita ketemu di, Rose kafe." Ucapnya dan lagi-lagi Yasmin hanya mengangguk setuju. Tanpa mengucap salam Aldi pun berlalu begitu saja meninggalkan Yasmin. Yang tentunya hal ini cukup aneh baginya. Ya Allah. Kenapa sikap, Mas Aldi seperti ini ya? Kenapa dia seperti terkesan dingin dan sinis kepadaku? Oh my God, Yas! Astghfirullah! Kenapa sampai sebegitunya sih kamu menilai seseorang! Kalian ini belum mahrom. Dan memang bisa saja saat ini, Mas Aldi, itu masih berusaha untuk menjaga jarak kalian. “Stop you think suudzon kepada calon suami kamu sendiri, Yas! Okay, Bismillahirrahmanirrahim. Aku gak boleh membuat dia menunggu. Dia sudah meluangkan waktunya jauh-jauh dari Jakarta. Dan aku yakin jika sudah pasti akan ada sebuah hal penting yang ingin di sampaikan kepadaku. Okay, aku harus segera susul dia sekarang, gumamnya seraya kini ia segera berlalu menaiki mobilnya lalu mengemudikannya. Setibanya di Rose kafe Yasmin pun segera menghampiri Reynald yang sudah lebih dulu menduduki kursi kosong di sana dengan dua cangkir latte yang menemaninya. "Assalamu'alaikum," salam Yasmin yang terdengar sumbang karena kegugupannya. Begitu pun dengan Aldi yang sejak tadi tak juga berani menatapnya. "Waalaikumussalam. Silakan duduk," jawab Aldi dan Yasmin pun segera menduduki kursinya yang tepat berada di hadapan Aldi. Yang tentunya duduk saling berhadapan seperti saat ini justru membuat kegugupan pada diri Yasmin semakin menjadi-jadi kini. Silakan di minum dulu, titah Aldi setelahnya. Maka, Yasmin, pun mengangguk setuju. Terima kasih, jawab Yasmin seraya mulai menyesapnya. Namun setelahnya kini hanya sunyi. Tak ada lagi yang lebih dulu membuka pembicaraan. Hingga kini Yasmin yang lebih angkat bicara. Maaf, Mas Aldi, sebelumnya. Sebenarnya hal apa ya yang ingin kita bicarakan? Sepertinya sangat penting. Sampai, Mas Aldi, meluangkan waktunya jauh-jauh dari Jakarta ke Bandung, "Oke, saya langsung ke intinya saja, ya. Sebenarnya, Eyang Fara, yang meminta saya untuk menemui kamu. Eyang, ingin memastikan, apakah cuti kamu itu sudah di setujui oleh pihak sekolah atau belum?" tanyanya yang kini sekilas ia pandangi wajah Yasmin. "Alhamdulillah sudah, Mas. Insya Allah, besok adalah hari terakhir saya mengajar," jawab Yasmin dengan senyuman manisnya. Yasmin yang juga sekilas melirik wajah Reynald. Hingga Yasmin dapati wajah Aldi yang terlihat kecewa mendengar jawaban dari Yasmin. Sebab ia berdecak kesal seraya ia pijit pangkal hidungnya yang bangir itu. Dan tentunya hal itu pun cukup membuat Yasmin merasa aneh. Karena tak mengerti dengan apa yang sebenarnya tengah Reynald pikirkan saat ini. Hingga kini ia hanya mampu menerka-nerka di dalam hatinya dan kembali ia menundukkan kepalanya kini. Maka kini Aldi pun kembali ia alihkan pandangannya kearah Yasmin yang sejak tadi menundukan pandangannya. Dan kini kembali hendak ia ungkapkan sebuah hal lain yang hendak ia tanyakan. "Yasmin, saya minta maaf sebelumnya. Apakah kamu yakin ingin melanjutkan pernikahan ini? Karena saya tahu pasti kamu melakukannya atas kemauan, Nek Fatma, kan? Sama halnya dengan saya yang menuruti kemauan, Eyang Fara," tanya Aldi yang sontak membuat d**a Yasmin menyesak seketika. Sebab sungguh Yasmin sama sekali tak mengira jika Aldi akan berkata demikian. Namun meski begitu, tetap saja Yasmin berusaha untuk menjawab pertanyaan Aldi itu. "Maaf, Mas Aldi, sebelumnya. Memang saya menerima lamaran, Mas Rey, karena, Nek Fatma juga Eyang Fara. Tapi, saya tidak pernah menerimanya secara terpaksa. Saya ikhlas menerima qadarullah, Mas. Karena saya memang tulus ingin membahagiakan, nenek dan eyang. Insya Allah," jelas Yasmin yang cukup membuat Aldi mengagumi sosok Yasmin. Namun entah mengapa, tanpa Yasmin ketahui sebenarnya keputusan itu semakin menyakiti perasaan Aldi. Hingga kini ia mulai membuang napasnya kasar. Yang lagi-lagi hal ini sama sekali tak dapat Yasmin mengerti apa maksudnya. "Saya yakin, Yas. Setelah saya jelaskan seperti apa diri saya seketika kamu akan membatalkan proses pernikahan ini. So, listen to me," ucapnya lagi. Hingga rasa sesak di d**a Yasmin itu pun semakin terasa kini. Maka kembali ia hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan setuju dan sekilas ia menatap nanar kearah Reynald. "Kamu harus mengetahui sisi lain saya yang selama ini tidak pernah di ketahui dengan siapapun itu termasuk, eyang Fara. Tapi sayang, belum lama ini eyang mengetahui hal ini. Tapi belum sepenuhnya. Saya, adalah seorang player. Perempuan manapun akan saya dekati sesuka hati saya. Karena dengan uang saya akan dengan mudah saya bisa mendapatkan mereka dan mempermainkan mereka sesuka hati saya. Mungkin karena beberapa hari yang lalu, Eyang Fara, mengetahui keburukan saya. So, beliau sudah tak ingin lagi menunda pernikahan ini. "Tapi satu hal yang harus kamu pahami, Yasmin. Jika kamu tetap ingin melanjutkan pernikahan kita, saya akan tetap pada kehidupan malam saya. Dan tentunya bersama dengan perempuan-perempuan itu. Kamu tidak ada hak untuk melarang saya, juga tidak pantas untuk menggurui saya meski saya tahu kamu adalah seorang guru. Sekaligus akan berstatus sebagai istri saya nantinya. Karena semua hal itu tidak belaku bagi saya. "Saya yakin kamu adalah seorang perempuan baik-baik and you are a smart girl. So, kamu pantas mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik di bandingkan saya. Jadi saya harap, kamu memilih mundur juga menyudahi semua rencana pernikahan ini. Kita sama-sama temui, Nek Fatma juga Eyang Fara,," untuk menjelaskan segalanya nanti. "So how do you feel now? Setelah kamu mengetahui seperti apa diri saya yang sebenarnya? Apa kamu masih ingin melanjutkan pernikahan kita? Saya rasa kamu telah kehilangan your feeling and you want to broke up all. That's right?" jelas Aldi panjang lebar. Yang sungguh namun sungguh, setiap kata perkatanya membuat Yasmin amat tersakiti saat ini. *** "Sebaik-baiknya cinta ialah cinta atas nama Rabbmu semata. Karena ridha-Nya serta berkahnya kan menuntun cinta itu hingga surga-Nya." -Tulisannisa-
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN