Yasmin yang sejak tadi mendengarkannya pun masih tetap menundukan kepalanya. Kekecewaan yang cukup melukai hatinya sore ini membuatnya tak mampu untuk menahan setiap air matanya yang sejak tadi mengalir membasahi kedua pipinya. Di satu sisi ingin rasanya ia sudahi rencana pernikahan itu saat ini juga. Namun disisi lain Yasmin tak mampu jika harus ia mematahkan hati sang nenek juga eyang Fara yang sudah sangat merasa begitu bahagia karena mereka berdua menyetujui perjodohan itu. Hingga kini ia hanya bergeming, terus beristighfar di dalam hatinya dan mulai terisak sebab ia rasa masalahnya yang kali ini terlalu pelik. Yang sama sekali ia tak menyangka jika seorang lelaki yang saat ini akan menjadi suaminya adalah seorang lelaki yang dekat dunia malam. Lelaki yang dekat dengan dunia malam bahkan menyukai dunia gemerlap itu di dalam hidupnya. Hingga kini tak mampu lagi ia menahan isakannya itu.
"Yasmin, tolong jangan menangis seperti itu. Saya paling tidak suka melihat perempuan lemah seperti kamu menangis karena saya. Cukup jawab saja pertanyaan saya. Kenapa kamu hanya diam? Apa kamu menyetujui permintaan saya?" tanya Aldi memastikan. Yang setiap pertanyaannya itu sungguh menyayat hati seorang Yasmin.
Yasmin seka air matanya seraya ia beranikan diri untuk mengangkat kepalanya namun tetap ia mengalihkan pandangannya kearah yang lain. Meski rasanya saat ini begitu berat baginya untuk mengambil suatu keputusan. Yasmin akan tetap mencobanya dengan penuh keyakinan.
"Seburuk apapun kamu berusaha untuk menjelekan diri kamu, saya yakin jika sudah pasti ada setitik kebaikan yang akan menjadi sebuah kebaikan yang besar jika saya bisa sabar untuk menggali setitik kebaikan itu. Jadi saya putuskan, jika saya akan tetap melanjutkan proses penikahan ini tanpa harus berpikir panjang lagi.
"Untuk apa yang akan terjadi selanjutnya, akan saya serahkan segalanya kepada, Allah SWT. Yang, Insya Allah, akan memberikan jalan-Nya yang terbaik untuk kita. Meski apapun itu hal yang akan terjadi. Satu hal yang harus kamu thu, Mas Aldi. Saya bukan seorang wanita yang lemah. Karena tangis seseorang sama sekali tidak mencerminkan sebuah kelemahan. Sebab di kala seseorang amat merasa bahagia pun, sebuah tangis lah yang akan menjadi ungkapannya. Saya seorang yatim piatu yang terlahir dari keluarga biasa saja. Sejak kecil saya di didik untuk mampu hidup dengan berdikari sendiri.
"So, I think you can understand what I mean. I think our conversation too is clear. Thanks for the time and your explanation. Thats make me feel more better, because you have been honest and I can know very well all the personalities about you before we got married. So, excuse me. Assalamu'alaikum," jelas Yasmin panjang lebar seraya ia berlalu pergi begitu saja. Yang hal ini membuat Aldi tak mampu mengatakan apapun sebab entah mengapa ia merasa sangat bersalah telah mengatakan semua hal itu kepada Yasmin. Namun ia juga merasa kesal dengan sikapnya itu yang baginya memang sudah tak sopan padanya.
"Wa'alaikumussalam." Jawab Aldi tanpa ia mengatakan hal apapun lagi.
Sedangkan Yasmin, ia berlarian tergopoh menuju mobilnya seraya memasukinya. Ia terus saja menangis tersedu-sedu sebab rasanya hati dan perasaannya saat ini sedang hancur tak tersisa. Seorang lelaki yang sebelumnya ia harapkan jika lelaki itu akan mampu membahagiakannya lahir dan batin hingga surga-Nya kelak. Ternyata adalah seorang lelaki yang akan menikahinya dengan penuh keterpaksaan juga tanpa adanya rasa cinta di dalamnya. Yasmin letakkan kepalanya di stir mobilnya hingga tangisnya semakin pecah di sana. Aldi yang baru saja keluar dari kafe pun mulai melihat seperti apa kehancuran hati Yasmin saat ini.
"Tidak seharusnya kamu tetap bertahan, Yas. Tidak seharusnya kamu mengorbankan perasaan kamu. Karena setelah ini sudah pasti akan lebih tersakiti lagi perasaan kamu. Karena sampai kapan pun saya tidak akan pernah mampu mencintai seorang wanita dengan baik, sebab seorang wanita yang telah menyakiti hati dan perasaan saya. Jadi saya yakin jika setelah ini juga akan begitu banyak masalah yang kamu hadapi di dalam kehidupan rumah tangga yang penuh dengan kepalsuan!" Monolog Aldi seraya ia berjalan memasuki mobilnya.
Saat Yasmin kembali mengangkat kepalanya bertepatan dengan mobil Aldi yang meninggalkan parkiran kafe. Hal itu membuat Yasmin semakin merasakan kehancuran yang teramat menyakitkan di hatinya. Dan kini dengan mengucap basmalah, Yasmin mulai kembali mengemudikan mobilnya untuk segera kembali pulang. Namun sepanjang perjalanan terus saja Yasmin menitihkan airmatanya hingga kedua pipinya begitu basah. Bahkan kini karena perasaannya yang tak karuan itu pun, membuat Yasmin tak mampu melanjutkan laju mobilnya. Hingga ia memilih untuk lebih dulu menepikan mobilnya dan kembali membenamkan wajahnya di stir mobilnya. Menumpahkan segala kekecewaan serta lesedihan pada dirinya yang kini telah bercampur aduk menjadi satu.
"Ya Allah Ya Rabb, mengapa kenyataannya begitu menyedihkan. Mengapa eng-Kau kirimkan seorang lelaki yang tak pernah memiliki cinta itu untukku, Ya Rabb. Kenapaaa!" sore ini untuk pertama kalinya Yasmin merasa sebegitu kecewanya hanya karena seorang lelaki. Untuk pertama kalinya juga ia menyalahkan Allah SWT karena apa yang kini menimpanya.
Kembali Yasmin angkat kepalanya seraya ia tatap jalanan yang kosong dengan tatapan nanarnya. "Astaghfirullahhalladzim... Astaghfirullahhalladzim... Astaghfirullahhalladzim... apa yang telah kamu katakan, Yas! Tak seharusnya kamu menyalahkan, Rabbmu. Astaghfirullahhalladzim,.. ampuni hamba Ya Rabb. Hamba mohon ampunilah hamba-Mu yang lemah ini, ampuni hamba yang telah merasa tak mampu untuk menerima setiap kekecewaan di dalam hidup hamba ini. Hiks..hiks..hiks.." isaknya yang masih saja tak tertahankan itu. namun meski begitu tetap saja ia berusaha untuk kembali melajukan mobilnya. Mengingat jika di rumah sana sudah ada sang nenek yang sudah pasti sedang amat menunggu kedatangannya.
***
Yasmin baru saja memasuki pekarangan rumahnya dan memarkir mobilnya di sana. Sebelum menuruni mobilnya Yasmin seka wajahnya dengan tissue basah. Berharap jika terlihat lebih segar juga menyamarkan mata sembabnya walau sebenarnya masih terlihat merah di kedua bola matanya itu.
"Bismillah, Yas. You can do it, Yasmin. I believe you can do it. Keep be a strong girl, Yas. You are a wonder woman. Jangan pernah kamu terlihat sedih di hadapan nenek. Jangan pernah lagi kamu membuat, nenek, merasa terbebani kini. Bismillahirrahmanirrahim..." ucap Yasmin dengan yakin. Dan kini Yasmin pun segera beranjak menuruni mobilnya.
Hingga kini ia dapati sang Nenek yang tengah menungguinya dengan wajah yang berseri membuat Yasmin semakin merasa bersalah jika ia memilih untuk menyerah. Sebab sudah pasti hal itu akan teramat menyakiti hatinya. Yang karenaya Yasmin pun berusaha untuk menyunggingkan senyuman manisnya seraya menyalaminya takdzim seperti biasa. Mencoba untuk tetap bersemangat juga melupakan setiap kepahitan yang baru saja ia rasakan. Menganggap jika hari ini memang tidak pernah terjadi apapun itu dalam dirinya.
"Assalamu'alaikum, Nek. Pasti, Nenek teh sudah lama ya menunggu, Yasmin, di sini?" tanya Yasmin masih dengan senyuman manisnya.
"Wa'alaikumussalam, Neng. Tidak kok, sayang. Tadi, nenek, teh sibuk telponan terus sama, eyang Fara. Beliau bilang kalau tadi, Nak Aldi, sudah datang menemui kamu. Benar itu teh, Neng?" tanya Nek Fatma yang kembali membuat d**a Yasmin terasa sesak sebab ia yang teringat mengenai hal buruk itu kembali.
"Bagaimana, Neng? Dia teh ngobrolin apa saja sama kamu? Seru teu mengobrolnna?" tanyanya lagi sedangkan Yasmin masih saja bergeming dengan tatapan yang kosong saat ini.
Yang tentunya kembali hal ini cukup aneh bagi Nek Fatma. "Neng, kok kamu diam saja, sayang? Ada apa, Neng? Oh iya, ini mata kamu teh sembab begini kenapa? Habis nangis, ya?" tanya Nek Fatma lagi dengan tatapan yang nanar.
***
"Jangan pernah takut dengan masalah. Sebab masalah kan membuatmu menjadi kuat selagi kau tak mudah menyerah." -Tulisannisa-