Ba'da Isya kak Ali masuk ke kamar. Aku yang sebelumnya sedang menyisir rambut langsung menghentikan kegiatan. Aku menoleh sekilas, lalu kembali memandang kaca lagi sambil menyisir rambutku yang sudah kusut akibat jarang menyisir. "Kita ke rumah sakit, jenguk abi," ucapnya sambil menaruh laptop di atas meja samping kasur. Dia duduk di atas kasur, aku bisa melihatnya dari kaca, dan dari kaca pula kita terkunci dalam tatapan selama beberapa detik, aku yang membuang pandangan lebih dulu ke arah lain. "Nanti akan ada temanku di sana." Tanganku berhenti bergerak, dadaku ngilu kembali. Apa teman itu wanita cantik tadi? Aku sungguh tidak sanggup jika harus melihat mereka bertemu. Aku kalah saing dengannya, aku takut kak Ali berpaling dariku, tunggu ... pemikiran macam apa itu, Hafshah! "Kalau