Prolog
Suara ketukan pintu menggema berbarengan dengan suara teriakan halus yang sudah tidak asing lagi terdengar telinga. Seperti biasa, Hafshah selalu saja telat bangun, jika Mamanya tidak membangunkan, bisa jadi satu bulan pun ia akan tetap terlelap indah di lautan mimpi tiada batasnya.
"Bangun, Hafshah, kamu harus sekolah. Udah kelas tiga MTs, sekolah masih ... aja dibangunin, malu tuh sama badan kamu yang udah sebesar gajah!"
Hafshah bergumam tidak jelas, terlalu pusing mendengarkan teriakan-teriakan aneh yang terlontar dari mulut tipis milik mamanya, akhirnya ia bangkit dan segera masuk ke dalam kamar mandi.
Masih menggunakan handuk, ia membuka handphone. Senyuman langsung tercetak indah di wajahnya. Orang yang ia kagumi sejak masuk MTs mem-posting sebuah foto yang keren, melihat senyumannya, Hafshah jadi ikut tersenyum.
"Hafshah! Masyaallah, cepat, Nak!" Kini bukan lagi suara halus milik Mama, suara bass milik Ayahnya pun kini sudah terdengar.
"Iya-iya ...." Hafshah langsung melempar handphone ke atas kasur lalu bersegera memakai pakaian sekolahnya.
Ya, seperti itulah kehidupan Hafshah semasa MTs, sama seperti anak-anak perempuan pada masanya. Dia juga berpacaran, bahkan pacarnya sudah lebih dari dua.
***
Di sisi lain, seorang laki-laki berbaju kokoh dengan celana bahan licin berjalan gagah memasuki kampus. Ali adalah laki-laki yang rajin dan disiplin waktu.
Pandangannya langsung tertunduk saat matanya berpapasan dengan wanita. Wanita itu tersenyum ke arahnya.
"Apa kamu lagi sibuk, Ali?" tanyanya.
Ali mengangguk. "Ya, saya masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."
Seperti itulah Ali. Ia menyesal pernah membuka hati pada seorang wanita yang perangai dan kecantikannya bagai bidadari. Kini ia sudah tidak mau mengulangi kesalahannya lagi. Sebisa mungkin ia akan menjaga pandangan dan hati pada hal-hal yang tidak baik ia tatap dan pikirkan.
***
Hingga tanpa sadar, beberapa tahun kemudian mereka bertemu, tanpa saling akrab satu sama lain. Namun takdir menyatukan mereka pada sebuah pernikahan dadakan yang harus diterima hanya demi ridha orangtua.