109. Mudik

1124 Kata

Anggi sangat kesal pada Luka. Ia sedari tadi menekuk wajah. Luka memang benar-benar luar biasa usil. Anggi mengembuskan napas kasar untuk meredakan emosinya. "Ya, 'kan aku haus, Nggi, wajar dong kalo minta dibuatkan minum." Luka terkikik geli setelah mengatakan hal itu. "Atau kamu berharap aku menyatakan perasaanku, sama kamu? Aku siap kok ngomongnya," lanjut Luka jumawa sambil tersenyum. Anggi hanya menoleh lalu kembali mengembuskan napas. Marah pada Luka itu percuma dan sebaiknya dihindari saja. Orang tidak waras itu pasti tidak akan sadar jika ada yang marah. Percaya atau tidak, hidup Anggi saat ini menjadi lebih warna-warni. "Jadi, apa lagi yang harus saya siapkan untuk menyambut tamu seperti Bapak? Minuman sudah, camilan nggak ada. Trus makan siang udah tadi." Anggi masih kesal den

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN