"Yang lebih membuatku heran adalah, bagaimana kamu bisa ke rumahnya setiap malam padahal kamu setiap malam selalu menemaniku tidur bahkan kamu selalu menyiapkan minum untukku sebelum kita tidur, atau jangan-jangan kamu memberi obat tidur untu minuman yang akan ku minum? entahlah"
Kata-kata Alika justru membuat Bimo terkaget dan memucat wajahnya, darah seolah berhenti mengalir di tubuh Bimo.
"Aku akan menyelidikinya Mas, jangan khawatir" kata Alika masih saja santai menanggapi kata-kata dari Bimo.
"Apa yang mau kamu selidiki Al?" tanya Bimo cemas. Alika menyunggingkan senyum melihat suami yang tak memberinya hak nafkah lahir dan batin itu.
"Semuanya, tanda tangan persetujuan pernikahan poligami, gaji bulananmu, tentang aku yang selalu tertidur pulas sampai pagi, juga tentang aliran-aliran dana perusahaan yang bocor, kalau tentang sakit yang kamu akui itu, aku sudah tahu, mana mungkin seorang yang mengaku impoten bisa memiliki 2 anak dan satu bayi di dalam kandungan, itu sudah cukup menjelaskan tanpa aku mencari tahu." Jawab Alika tegas.
"Al, demi kebersamaan kita, aku mohon hentikan penyelidikanmu" Bimo menjeda kalimatnya kemudian berkata lagi.
"Tentang gaji bulanan, bukankah aku sudah memberikannya kepadamu setiap bulan? kata Bimo percaya diri.
"20 juta? emang berapa nominal gaji yang kamu terima? 500 juta setiap bulan mengalir di rekening pribadimu, tapi kamu berikan kepadaku hanya 20 juta bahkan itu tidak ada 10% nya Mas, kamu kira aku Bodoh?" Jawab Alika meninggi.
"Bukan begitu Al, oke aku mengaku, uang itu sebagian aku berikan kepada istri keduaku Rosma, sebagian lagi aku berikan kepada keluargaku. dan 20 juta aku kira itu cukup untuk kebutuhanmu Al," jawab Bimo mengakui yang ia lakukan selama ini.
"Terus? masih ada yang kamu sembunyikan?" tanya Alika menatap tajam ke arah suaminya.
"Aku memalsukan tanda tanganmu untuk mendapatkan izin menikah lagi, aku memberimu obat tidur agar kamu tertidur pulas saat aku ke rumah Rosma, Rosma sengaja aku berikan rumah dekat dengan rumah kita agar tidak memakan waktu banyak saat aku mendatanginya." Jawab Bimo mengakui satu kesalahannya lagi.
"Dan ya aku bohong tentang aku yang Impoten, karena aku tak mau menyentuhmu dan itu artinya aku menyakiti Rosma perempuan yang sangat aku cintai" lagi-lagi Bimo mengakui kesalahannya.
"Apakah orang tua dan keluargamu tahu tentang ulahmu?" tanya Alika masih dengan sorot tajamnya.
Bimo mengangguk menjawab pertanyaan Alika, mendengar dan menyaksikan hal itu, hati Alika terasa sakit, betapa dia sangat merasa bodoh, Alika dah pun mengetahui kenyataannya sebelum itu, tapi saat mendengar langsung dari mulut suaminya, entah kenapa justru itu membuatnya sangat sakit.Tak terasa bulir bening mengalir di sudut matanya kemudian menganak sungai meninggalkan jejak jejak di pipi Alika.
"Lantas, apa yang harus aku pertahankan di pernikahan seperti ini? , aku di bohongi oleh dirimu Bahkan seluruh keluargamu. Disini aku sendiri yang tidak tahu tentang keadaan rumah tanggaku. kalian menipuku mentah-mentah Mas, sungguh sial hidupku ini...!" Alika berkata dengan sangat tegas meskipun dengan mulut yang bergetar.
"Pergilah Mas, aku tak terlalu kejam akan memecatmu dari perusahaan Ayahku, tapi mungkin akan ada penurunan jabatan kepadamu, aku tak akan memutus sumber keuanganmu untuk memberi nafkah anak istrimu, tapi untuk itu, aku minta supaya kamu melepaskanku, aku tak akan menuntut mu untuk hal yang selama ini kamu lekukan kepadaku, tapi jika kamu mempersulit keinginanku, maka bersiaplah kamu akan kehilangan semuanya, akan aku miskinkan kamu beserta keluargamu sampai kamu tak bisa untuk sekedar makan. Biarlah untuk kali ini aku akan ikhlas dan tak memperkarakannya, tapi ingatlah, aku tak akan menerima jika itu terulang lagi. Pergilah...!" kata Alika kepada seseorang yang masih sah menjadi suaminya tersebut.
Bukan tanpa alasan Alika melakukan hal tersebut, Alika masih punya hati untuk anak yang telah dilahirkan Rosma madunya, anak-anak itu tak bersalah apa-apa, yang bersalah adalah orang tuanya.
Bimo pergi keluar melangkahkan kaki menjauh dari rumah Alika, perasaannya berkecamuk dia tak tahu harus bersikap bagaimana. jika dia pulang ke rumah maka akan di dapatinya Rosma yang tengah marah-marah karena keadaan yang kini berubah 180° itu.
Jika dia pulang ke rumah orang tuanya, pasti juga akan mendapat marahan dan Omelan dari orang tuanya. Belum Sampai Bimo di depan pagar, dia teringat dengan mobil di depan rumah Alika tersebut, lantas dia berbalik arah dan kembali masuk ke rumah, Alika yang masih mematung di tempat duduknya pun heran dengan kembalinya Bimo.
"Ada apa? kenapa kamu kembali?" ketus Alika.
"Aku ingin bertanya, kenapa mobil yang aku kendarai selama ini ada di sini? apakah kamu yang sengaja menariknya dariku?" tanya Bimo kepada Alika.
"Oh itu, ya benar aku yang mengambilnya darimu, lagian hanya seorang CEO bukan pemilik perusahaan menggunakan fasilitas kantor semewah itu, apa itu tidak berlebihan?" jawab Alika enteng.
"Berarti penarikan rumah yang di tinggali Rosma juga kamu dalangnya?" pekik Bimo tak percaya, Alika yang melihat amarah Bimo hanya tersenyum kecut lalu angkat bicara.
"Bukan hanya itu, segala pemblokiran aliran dana aku juga yang melakukannya, satu lagi, apartemen mewah yang kamu gadang-gadang akan kamu berikan kepada gundikmu itu sudah aku tarik sudah aku uangkan dan uangnya aku kembalikan lagi kepada keuangan kantor." jawab Alika sinis.
"Apaaa? kamu jual? Bagaimana kamu bisa melakukan semua ini Alika? kejam kamu." bentak Bimo seperti tak terima dengan yang di lakukan Alika.
"Kejam? Kalau aku kejam kalian apa? Nenek moyangnya kejam begitu?" tanya Alika menjawab tuduhan Bimo.
"Tentang apartemen itu sudah selayaknya kembali lagi ke perusahaan karena itu bukan uangmu, dan juga tentang aliran dana yang aku putus untuk keluargamu itu hal yang wajar, mereka tidak memiliki saham di perusahaan Ayah mereka juga tidak bekerja di sana, jadi mereka juga tak berhak menerima aliran dana dari perusahaan" kata Alika.
"Aku rasa kamu lebih faham akan hal itu. jangan mendadak jadi orang yang bodoh jika menyangkut uang, toh selama ini kamu bisa memajukan perusahaan ayahku, demi mempertimbangkan akan hal itu, makanya aku tak memberhentikanmu dari perusahaan ayah meskipun kita sudah bercerai nanti. biarlah nanti akan aku hadirkan CEO baru untuk menggantikanmu, Sebenarnya bisa saja sih jabatanmu tidak aku turunkan tapi kamu harus menandatangani dulu 2 surat ini." kata Alika menyodorkan 2 kertas di atas meja. tak mau menunggu lama Bimo langsung mengambil kertas tersebut tanpa membacanya.
"Aku sudah menandatanganinya, jadi besok jangan bawa siapapun untuk menggantikanku sebagai CEO." Ucap Bimo lalu melenggang pergi dari hadapan Alika ..