PDKT Dengan Ibuk

1330 Kata
Setelah sempat menerima telepon dari Embun. Reiga kini sudah di depan ruangan kerjanya. Saat dia membuka pintu, Galang sedang serius membaca di Ipad-nya. Reiga memang sempat meminta Galang mencari tau tentang PT Medica Global. Dia yakin bahwa tidak hanya kali ini, mereka melakukan kecurangan. Karena mereka adalah satu-satunya vendor semua alat kesehatan dirumah sakit ini. “Lang ...” “Selamat datang, Bapak Direktur Rumah Sakit Al-Fathan Medical Center,” ucapnya, ketika sahabatnya duduk di sofa sebelahnya. “Terima kasih. Bapak Sekretaris, Direktur Rumah Sakit Al-Fathan Medical Center.” “Eh ... ngak-ngak! aku ngak mau jadi sekretaris rangkap dua ya!” “Aku sudah memutuskan, tidak sedang memberi tawaran!” “Kenapa harus aku sih, Ga? Bukannya sudah ada Pak Hadi?” “Kalau bukan kamu siapa lagi? Lagian juga aku mau angkat Pak Hadi jadi Wakil Direktur yang baru.” “Jadi sekretaris rangkap satu aja, kamu sering mengkorupsi hari libur ku. Apa lagi ini jadi sekretaris rangkap dua, bisa-bisa jadi bujang lapuk diriku!” “Ngak usah lebay, lagian juga aku kasih kamu hari libur. Belum tentu kamu bisa cari kekasih, mending waktumu kamu dedikasikan untuk pekerjaan saja. Lebih bermanfaat.” “Dasar bos tidak berperikemanusiaan!” Galang mendengkus ke arah Reiga dengan tatapan sinis, sementara sahabatnya membalas cuek dengan mengedikkan bahu. Setelah itu, dia memberikan tablet yang sejak tadi dibawanya. “Jadi Suryadarma ini, besan dari Dokter Zaenal? wakil direktur rumah sakit.” “Seperti yang kamu baca, aku curiga mereka sudah sering melakukan kecurangan. Pasti ada Staf rumah sakit ikut terlibat, makanya selama ini mereka aman-aman saja,” ucap Galang. “Sepertinya aku akan, melakukan perombakan sistem manajemen rumah sakit. Tapi, aku akan membersihkan para parasit terlebih dahulu.” “Kamu harus berhati-hati! tidak usah buru-buru. Kita siapkan umpan, agar mereka melakukan kecurangan lagi. Setelah umpan di makan lawan, baru kita bergerak.” “Ide yang sangat bagus, Lang. Selama kita menyiapkan umpan. Kita harus mendapatkan, bukti kejahatan yang telah mereka lakukan selama ini.” Menurut Reiga, ini akan menjadi masalah yang lumayan sulit. Kemungkinan, banyak orang yang terlibat di dalamnya. Orang-orang yang sudah membantu Kakek Hanan, selama puluhan tahun untuk membesarkan rumah sakit ini. Dia cukup terkejut, jika Dokter Zaenal ikut terlibat dalam kasus ini. Orang yang selama ini menjadi sahabat baik Kakeknya, dengan semua fasilitas yang di berikan Kakek untuk seorang Wakil Direktur. Reiga rasa sudah sangat amat cukup, untuk menjalani kehidupan yang sangat mewah. Dan untuk semua petinggi rumah sakit pun, semuanya mendapatkan fasilitas mewah dan gaji yang sangat besar. Seharusnya, sudah tidak ada lagi kecurangan. Tapi, yang namanya sifat manusia tidak akan ada puasnya! Kurang bersyukur, membuat para parasit itu menjadi serakah dan tega mengkhianati Kakek Hanan. *** Minggu pagi kali ini, Hani di sibukkan dengan pertanyaan Embun yang tidak ada habisnya. Sedari bangun tidur, dia meminta untuk mandi lebih awal. Minta dipilihkan baju yang cantik, juga minta sarapan lebih awal. Setelah sarapan, dia menyuruh anak cantiknya menonton TV. Sementara, Hani melanjutkan acara bersih-bersih rumah Namun, Embun akan bertanya setiap 5 menit sekali pada Ibunya. 'Apakah sudah jam 9?, Apakah Ayahnya sudah sampai?, Apakah penampilannya masih rapi, setelah dia main bersama Luna?, dan masih banyak lagi pertanyaannya.' Tadi malam, Embun mendapatkan telepon dari Reiga. Mereka sudah merencanakan piknik hari ini. Embun bahkan minta di buatkan bekal untuknya dan Reiga. Dia juga sudah mengemas semua mainan, yang akan di bawanya. Saat Hani selesai membuatkan bekal untuk mereka berdua, suara bel rumah berbunyi. Embun segera berlari untuk membuka pintu, dia yakin kalau yang datang adalah Reiga. Dan benar saja, Setelah beberapa saat dia datang dalam gendongan Reiga. “Assalamualaikum, sibuk banget Han?” “Waalaikumsalam, iya ini sibuk banget dari subuh tadi. Ada yang sudah ngak sabar mau pergi piknik.” Embun yang mengerti sedang Ibunya bicarakan, hanya terkikik dan mengedipkan mata genit ke arah Hani. “Kamu ikut piknik ya, Han?” “Aku dirumah saja Mas, mau beberes rumah!” “Yah ngak seru dong, kalau Ibuk ngak ikut,” ucap Reiga dengan nada sedih, menatap Embun. “Buk kut ya, Mbun cedih Buk ngak kut. Yayah uga cedih!” “Iya ... nanti kalau Ibuk ngak ikut, Ayah sama Embun jadi sedih.” Mereka berdua kompak memandang Hani, dengan wajah dibuat sedih penuh permohonan. Dasar, couple drama! mana bisa, Hani menolak permintaan mereka. Akhirnya, dia memutuskan untuk ikut piknik. Setelah semua perlengkapan piknik, sudah di masukkan ke dalam mobil. Mereka segera berangkat menuju tempat piknik, yang sudah di persiapkan Reiga. Selama diperjalanan Embun terus mengajak Reiga bernyanyi lagu kesukaannya. Karena lelah bernyanyi, Embun sampai ketiduran di Car Seat. Tumben sekali bisa tidur, tanpa minum s**u dari dodotnya. “Kok diem saja, ngantuk? Tidur aja dulu. Nanti kalau sudah sampe aku bangunin.” “Enggak ngantuk! cuman adem aja lihat banyak pohon rimbun. Ini masih jauh Mas?” “Enggak, udah deket kok. 10 menit lagi sampai.” “Mas Reiga punya ponakan seumuran Embun?” “Punya, cuman mereka tinggal di luar kota semua. Kenapa?” “Tanya saja, kok Mas hafal semua lagu Embun.” “Sebenarnya, hafal baru saja, Han. Waktu kami jalan-jalan. Dia protes karena aku ngak hafal lagunya. Ya ... jadi aku hafalin, biar ngak di protes Embun lagi.” Reiga menjawab sambil tersenyum pada Hani. Dia tidak menyangka, begitu sayangnya Reiga dengan Embun. Membuat Hani berfikir, apakah dia harus memberinya kesempatan?” Seketika mobil terasa sunyi sekali, tidak ada dari mereka yang berbicara. Akhirnya sampai, di sebuah taman pinggir danau. Sudah tersedia tenda berwarna pink motif hello kitty kesukaan Embun. “Mas Reiga, kapan nyiapin semua ini?” “Semua Galang yang siapin, suka ngak?” “Suka, ini pasti kalau Embun bangun. Langsung kesenangan banget.” Reiga menggendong Embun, sedangkan Hani membawa bekal dan mainan Embun. Namun, saat Embun akan di tidurkan di kasur dalam tenda, anak itu malah terbangun. “Kitty ... pink ... Kitty ... anyak kitty ... woooowww!” “Sayang kok bangun, ngak bobok lagi?” Embun menggeleng sebagai jawaban. Anak itu masih mengagumi sekeliling tenda. Matanya pun ikut berbinar, dengan senyum lebarnya, membuat kedua lesung pipinya terlihat sempurna. Setelah Hani selesai menata bekal yang dia bawa. Ikut menyusul masuk ke dalam tenda. Saat Embun melihat Ibunya, dia mengarahkan kedua tangannya minta untuk di peluk. “Anak cantik udah bangun? nyenyak banget boboknya,” ucap Hani saat Embun sudah masuk dalam pelukannya. “Kitty Buk, anyak kitty.” Teriak heboh Embun, sambil menunjuk gambar hello kitty yang ada di tenda. “Iya sayang, Embun suka? Bilang apa sama Om Reiga?” “Humm ... Mbun uka. No ... no ... ukan Om api Yayah!” Reiga tersenyum sambil menaik turunkan alisnya kepada Hani, saat mendengar apa yang di katakan oleh Embun. “Aacih Yayah, Mbun uka!” “Iya, Sayang. Sama-sama. Kalau ibuk suka apa ngak?” Embun dan Reiga sedang melihat ke arah Hani untuk menunggu jawaban. Dasar, Reiga ini! suka banget jahil. Ngak tau apa, Dia sering bikin jantung Ibu satu anak itu mau copot! “Ibuk juga suka, Makasih ya Ayah,” ucapku sambil melihat Reiga. Reiga terlihat terkejut, saat mendengar apa yang Hani ucapkan. Pasti dia tidak akan pernah menyangka, jika wanita kalem seperti Hani akan menjahilinya. “Jahil banget, bikin aku kaget!” “Kenapa Ayah, telinganya kok merah? Ayah sakit?” Mendengar kata 'sakit', Embun berdiri dari pangkuan Ibunya. Berpindah duduk di pangkuan Rega. “Yayah akit, elinga Yayah akit?” Tanya Embun, dengan wajah panik, dan tangan mengelus telinga Reiga. “Enggak sayang! Ayah sehat kok. Ngak sakit!” “Tapi telinga Ayah merah banget tuh,” ucap Hani menahan tawa. “Han, stop please! Malu banget rasanya.” “Haha ... haha ... lucu banget sih Mas. Jadi pengen di peluk juga.” Hani tertawa terbahak, melihat tingkah malu-malu Reiga. Saat ini saja, dia menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Embun. Embun, ikut membela Reiga. Dia meminta pada Ibunya, agar tidak nakal lagi pada Ayahnya. Anak itu juga terus mengomel pada Hani! meminta agar dia meminta maaf. Karena, telah nakal pada Ayahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN