Yumi terdiam dengan sejumlah pikiran yang bersarang di dalam kepalanya. Tangannya mengeratkan sebuah selimut yang berada di pangkuannya. Sudah 2 hari Yumi menginap di rumah Marin, menghindari Yogi. Yumi masih bingung dengan dirinya, ada rasa takut dalam hatinya walaupun Cinta lebih mendominasi hatinya di bandingkan ketakutannya pada Yogi yang notaben adalah seorang vampire. Marin berada di dapur yang berada dalam satu ruang besar dengan ruang tengah, sesekali ia melirik ke arah wanita itu, memerhatikan Yumi yang terus saja murung sejak ia tiba di sini. Wanita itu tak mengatakan apapun padanya, membuat Marin merasa penasaran bukan main. Setelah selesai ia membawa kopi itu menghampiri Yumi.
"Kau bisa cerita padaku."Marin membawa dua cangkir coffee di tangannya menuju ruang tengah di mana Yumi berada. Ia menaruh kedua cangkir coffee itu di atas meja, seraya menduduki dirinya di sofa rumahnya tepat di samping Yumi.
"Ceritakan apa?."gumam Yumi, sebelah tangan kanannya menopang dagunya sementara tangan lainnya memeluk bantal sofa Main berbentuk persegi.
"Kau terlihat seperti mempunyai beban dalam dirimu, kau terlihat tidak bersemangat, bukan Yumi yang biasanya,"Marin pernah mendengar jika mungkin tidak ada yang bisa kau lakukan untuk membantumu teman atahu rekanmu yang memiliki kesulitan namun terkadang, mendengar ceritanya saja sudah meringankan sedikti deritanya. "Aku ini temanmu kan, sahabatmu.. kau bisa ceritakan semuanya padaku, mungkin aku bisa membantumu menemukan solusinya"
Yumi tersenyum, tubuhnya bersandar pada punggung sofa. Wajahnya mendongak, helaan nafas lelah lolos dari bibirnya. "Marin, apa... apa kau pernah jatuh cinta kepada seseorang.... yang seharusnya tidak boleh kau cintai?.”
Marin mengernyit, melemparkan tatapan aneh pada Yumi, keningnya mengerut kebingungan.
"Apa maksudmu? Jatuh cinta dengan seseorang yang tidak boleh ku cintai!! Maksudmu jatuh cinta dengan makhluk halus misalnya atahu kepada ayahku sendiri? atahu kepada suami orang lain?."
Kedua bola mata Yumi berputar malas, yang dikatakan Marin bukanlah hal yang masuk diakal. Yumi membetulkan posisi duduknya, kedua tangannya semakin erat memeluk bantal sofa. "Bodoh! Bukan itu maksudku, pokonya jawab saja."
"Aku tidak mengerti apa maksudmu? Jatuh cinta kepada orang seperti apa?!Hanya saja nasihatku. Ikuti kata hatimu. Ada sebuah buku yang k****a, di sana ditulis. Jangan pernah takut akan cinta, pejamkan matamu dan dengarkan hatimu, bagaimana ketakutanmu terhadapnya yang kau rasakan."
"Seperti... apa?."tanya Yumi tanpa melihat ke arah Marin.
"Seperti kau takut kehilangannya misalnya."
Perkataan Marin membuat Yumi melirik kearahnya yang tengah memasang senyuman termanisnya. Hal itu membuat Yumi mendesah frustasi. Ia tak tahu, hatinya gamang, tampak bingung dengan perasaannya sendiri, apakah ayahnya tahu tentang siapa Yogi, jika ya kenapa ayahnya tetap menikahkannya pada Yogi, yang bahkan bukan manusia. Kalau tidak tahu,.. apakah mereka terjebak.
"Hah.... aku tidak tahu. Semua ini terasa rumit bagiku."
**
Yumi berdiri tepat di samping sebuah sungai yang mengalir. Tangannya mengeratkan jaket hitam tebal yang dipakainya.
Sudah tepat pukul 10 malam, Marin menyuruhnya untuk menginap tapi Yumi tidak mau, menginap di rumah Marin dengan keberadaan kakaknya di sana membuatnya Yumi sungkan. Yumi tahu betapa sukanya kakak Marin padanya, dan tatapan m***m pria itu selalu membuat Yumi merinding. Hingga akhirnya dirinya hanya bisa terdiam di sebuah pinggir sungai di sebuah taman, dengan udara dingin yang menusuk-nusuk tubuhnya. Yumi mendongak saat sebuah kristal-kristal es yang berjatuhan. Sudah mulai musim dingin, salju mulai turun, tangannya terangkat mencoba menampung tetes demi tetes kristal salju itu. Yumi tersenyum dengan setiap tetesan salju yang mengenai permukaan wajahnya. Yumi menghirup nafasnya dalam, seraya memejamkan matanya.
"Jangan pernah takut akan cinta, pejamkan matamu dan dengarkan hatimu, bagaimana ketakutanmu terhadapnya yang kau rasakan."
Perkataan Marin kembali terlintas di dalam pikirannya, bagai sebuah kaset yang berputar dengan sangat jelas. Yumi membuka matanya, mendadak tubuhnya membeku saat mendapati Yogi di sana. Pria yang selama ini dihindarinya, saat ini sedang berada di hadapannya. Menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Tatapan sendu, marah, kerinduan yang bercampur menjadi satu. Yumi berbalik mencoba menjauh dari sana, namun langkahnya tertahan saat sebuah batu besar yang menghalangi langkahnya dan membuatnya terjatuh.
Yumi tertunduk --terpaku d itempatnya berdiri. Yogi berjalan ke arah Yumi, menghentikan langkahnya tepat di hadapan Yumi yang masih terduduk di tempatnya. Tubuhnya berjongkok, dan mengangkat sang wanita, menggendongnya ala bridal style.
Yumi pov.
Aku hanya bisa memandangnya, ini terlalu dekat, jantungku memompa dengan sang cepat, berdegup hingga seakan jantungku ingin keluar dari tempatnya.
Mataku terus memandang ke arahnya, menatapnya dari samping.
Jantungku.
Aku takut besok aku akan mati, karena serangan jantung.
menatapnya dari jarak sedekat ini membuatku frustasi.
Aku menaruh kedua tanganku di depan dadanya, dia terus menatap lurus dan ini membuatku terus menatapnya. Aku lebih mendekatkan diriku padanya dengan kepalaku yang makin bersandar padanya, menghirup aroma fermonom yang di milikinya, membuat mataku terpejam. Aku tahu, aku sadar. Aku begitu jauh terjatuh. Jatuh terlalu dalam, begitu dalam hingga aku tidak bisa mendapati kakiku menginjak permukaan, atahu mendapati kedua tanganku yang merambat untuk sampai pada permukaan.
Hatiku terlalu jatuh pada pesona seorang Yogi, seorang vampire --predator yang dapat mengambil nyawaku kapanpun dia mau. Aku tidak bisa menjauh darinya, duduk sendirian dengan pikiran bodoh tentang kata kerinduan yang begitu menyiksa hatiku. Jadi ini yang dinamakan cinta, cinta yang membuatmu seketika menjadi orang gila, tidak waras.
aku tidak mau menjauh atahupun menghilang darinya. Aku mencintainya, tidak peduli siapa dia, sesosok monster atahupun maniak yang begitu menginginkan darah ku. Yogi sudah menjadi suatu keharusan untuk berada disisiku, aku tidak akan mau menjauh atahu membuatnya menjauh dariku.
"Aku mencintaimu Yogi."
Yumi pov end.
Yogi membaringkan Yumi pada tempat tidur miliknya. Matanya menatap lekat sang wanita yang saat ini masih setia terpejam. Dengan perlahan tangannya berusaha terlepas, namun langkahnya tertahan saat Yumi mencengkram kuat baju Yogi.
"Jangan pergi aku mohon."gumamnya masih dengan matanya yang terpejam. Yogi terus menatap lekat mata sang gadis yang masih setia memejamkan matanya.
"Maafkan aku, maafkan aku"gumam Yumi. Yogi menempelkan bibirnya, mencium bibir sang wanita. Tidak ada penolakan, Yumi menerimanya, menerima semua perlakuan Yogi malam ini, bahkan kalaupun Yogi melakukan sesuatu padanya Yumi tidak akan berkutik. Kerinduan akan sosok pria di hadapannya begitu besar. Yogi melumat bibir Yumi dengan ganas,, tak bisa di pungkiri kalau dia juga begitu merindukan sosok wanita yang berada di bawahnya saat ini. Bibir memabukan itu begitu menggoda dan tidak bisa membuatnya untuk menghentikan dirinya dalam menikmati bibir kenyal itu.
**
Yogi berbaring di samping Yumi, dengan satu tangannya yang di jadikan sebagai bantalan untuk kepala Yumi. Wanita itu berbaring menyamping, menghadap Yogi dengan kedua tangannya yang berada di depan d**a Yogi.
"Aku tahu siapa kau?."gumam Yumi dengan suaranya yang terdengar lirih. Yogi terdiam, matanya menatap Yumi dengan tajam. tubuhnya menegang dengan sedikit menebak-nebak, bagaimana reaksi Yumi mengetahui semua hal ini.
"Katakan? Katakan dengan jelas!."Yumi menghela nafasnya, matanya terbuka membalas tatapan Yogi padanya.
"Vampire, kau seorang vampire."
"Kau takut. Haruskah aku pergi, agar aku tidak membuatmu takut..."
"Jangan,"ucap Yumi cepat."Aku mohon jangan tinggalkan aku."Yumi tak ingin Yogi pergi, bahkan ia tak berniat untuk menjauh darinya lagi setelah ini.
"Kenapa? aku vampire, sebuah predator berbahaya yang paling menakutkan di dunia. Mungkin aku bisa membunuhmu, menghisap darahmu tanpa sengaja, saat aku sedang lapar. Kau tidak takut?."
"Aku mungkin takut, tapi aku lebih takut kalau kau pergi meninggalkanku, menjauh dariku, aku tidak bisa membayangkannya. Begitu menakutkan walupun hanya terpikirkan olehku. Aku mencintaimu Yogi."
Perkataan Yogi membuat hatinya terenyuh, ia memeluk tubuh Yumi, kedua tangannya semakin mengeratkan pelukannya, bibirnya menempel pada kening Yumi untuk beberapa saat, cukup lama. "Percayalah kalau aku begitu mencintaimu, melebih cintamu padaku."
"Apa ada sesuatu hal lagi yang kau rahasiakan dariku?."Yumi harap tidak, namun jika ada seprtinya sudah saatnya bagi Yogi untuk memberitahukannya agar tidak ada lagi kejutan.
"Itu...."Yogi tampak berpikir. Merasa ragu-ragu. Hal itu membuat Yumi sangat penasaran. Wajahnya mendongak untuk bisa menatap wajah Yogi.
"Ada... kau. dirimu adalah rahasia terbesar, haruskah aku mengatakan kau juga adalah seorang vampire, setangah vampire dan setengah manusia sepertiku."batin Yogi berkonfrontasi.
"Ada."