"Apa ada sesuatu lagi yang kau rahasiakan dariku?."Yumi harap tidak, namun jika ada sepertinya sudah saatnya bagi Yogi untuk memberitahukannya agar tidak ada lagi kejutan.
"Ada."jawaban Yogi membuat Yumi dilanda perasaan cemas, ia berharap rahasia ini bukanlah sesuatu yang mengkhawatirkannya.
"Boleh aku tahu tentang itu?."tanya Yumi dengan suara ditarik-tarik.
"Belum saatnya, tapi aku berjanji akan mengatakannya padamu nanti."Yumi terdiam tidak ingin bertanya lebih jauh tentang rahasia itu, mungkin memang belum saatnya ia mendengarkan rahasia itu dan Yumi tak ingin mendengarkannya untuk saat ini, ada hal lain yang cukup menyita perhatiannya, ia penasaran dengan suatu hal. Tubuhnya bergerak semakin merapat ke arah Yogi.
"Apa kau juga minum darah?."Sebelah alis Yogi mengernyit, melemparkan tatapan bingung ke arah Yumi, dari semua pertanyaan kenapa harus itu. Seharusnya Yumi tahu jika itu benar, banyak gambaran yang di tunjukkan dalam film-film di tv. Atau di dalam buku-buku, penggamabaran vampire, salah satunya apa makanan mereka.
"Tentu saja."
"Aku tidak pernah melihatmu meminumnya."ucap Yumi anehnya ia sangat bersemangat dengan pertanyaan ini.
"Haruskah aku meminum darah di hadapanmu!."
"Apa boleh?."
"Apa kau sudah gila!."umpat Yogi, entah bagaimana jalan pikiran wanita yang berada di dekapannya saat ini. Manusia mau melihat vampire minum darah, Yogi rasa Yumi sudah tidak waras.
"Setiap manusia akan merasa takut dan jijik saat melihat vampire meminum darah, tapi kau malah mau melihatnya! Kenapa perginya pikiranmu itu!."
"Aku penasaran, aku hanya melihatnya dalam drama-drama, film, dan juga buku komik. Aku ingin melihatnya secara langsung."ucapnya bersemangat.
Yogi menghembuskan nafasnya. Terheran-heran dengan sikap istrinya.
"Kau ini, sekarang kau minta untuk melihat aku meminum darah, nanti kau malah memintaku untuk meminum darahmu lagi"
"Ayolah... ya.. ya... ya..."Ucap Yumi antusias dengan matanya yang berbinar.
**
"Itu darah."tunjuk Yumi pada sebuah kemasan plastik yang digenggam Yogi. Keduanya sedang duduk di meja makan, saling berhadapan satu sama lain. Setelah memaksa Yogi berkali-kali untuk bisa melihatnya meminum darah pada akhirnya, pria itu mengalah dan mengijinkannya untuk melakukan hal ini di hadapan Yumi walau sebenarnya Yogi sendiri merasa ragu, terakhir kali Yumi pergi darinya dan Yogi harap ia tak melakukannya setelah ini.
"Ya, kau mau mencobanya?."Yumi menggelengkan kepalanya dengan cepat, ekspresi wajahnya terlihat memelas.
"Terima kasih, aku tidak lapar. Itu darah manusia atau darah binatang?."
"Binatang, kau pasti mendengar dari Marin, kalau kami memangsa darah manusia hanya saat bulan purnama muncul"
Yumi mengangguk, dan menatap penasaran pada plastik kemasan tersebut. Yogi terkekeh, mulutnya menggigit ujung kemasan, merobek sisinya dan meludahkannya. Hidung Yumi mengerut, saat merasakan aroma darah dari plastik tersebut yang menyeruak, mengusik penciumannya yang tajam."Amis."pikirnya.
"Aku akan meminumnya."
"baiklah, aku akan melihatnya."gumam Yumi, yang terdapat keraguan dari gumamannya. Yogi mulai memposisikan bibirnya diujung plastik, dengan jarinya yang memegang sisi bawah.
"Tunggu, tunggu, tunggu."ucap Yumi cepat yang membuat Yogi menghentikan pergerakannya.
"Ada apa!."
"Ok lanjutkan, aku hanya menyiapkan diriku, ini membuatku gugup."Yogi terkekeh lantas kembali kepada aktifitasnya.
"Itu darah, vampire minum darah, oh no... aku akan melihatnya. Hal ini benar-benar membuatku gugup."batin Yumi.
Slurpppp>>>
Yumi dapat melihatnya secara jelas, bagaimana Yogi meneguk darah itu dalam sekali teguk, dan menelannya tanpa menyisakan setetes pun diplastik tersebut. Yogi mengangkat tinggi-tinggi plastik tersebut, saat sudah berhasil mengosongkan isinya.
"Wow... luar biasa. Ini benar-benar menakjubkan."ucap Yumi heboh, yang membuat Yogi memutar bola matanya malas.
"Sudahkan, kau puas."
"Ya... kau tidak perlu bersembunyi saat meminumnya."
"Terserah."
"Yogi, boleh aku melihatmu berburu"?
"Tidak mau,"ucap Yogi cepat. Kini ia merasa jengkel dengan permintaan Yumi yang lagi-lagi tak masuk di akal. "Tidak boleh dan tidak akan pernah. Permohonan yang tidak akan pernah aku kabulkan, walaupun kau memohon ataupun mengemis padaku."
Yumi merengut, menggembungkan pipinya kesal."Memangnya kenapa?."
Yogi menggeleng lemah, matanya berubah sendu."Membayangkan kau melihatku berburu adalah hal yang tidak bisa ku lakukan, cukup kau pergi menjauh beberapa hari yang lalu saat aku membunuh vampire lain yang akan memangsamu. Aku tidak akan membiarkannya."Yumi tertegun, jadi Yogi benar-benar peduli padanya.
Yumi akui itu benar-benar terlihat mengerikan, walaupun tidak begitu jelas karena berada pada kegelapan. Tapi Yumi dapat merasakan betapa buasnya Yogi saat itu."Apa... kita masih harus menyembunyikan pernikahan ini pada orang lain?.”
"Ya."Yumi terkejut, matanya menatap Yogi kecewa.
"Banyak vampire di luar sana, dan aku mempunyai banyak musuh. Aku tidak mau mereka melukaimu karena kau dekat denganku"
"Ohh.. jadi aku menikah dengan seorang gengster begitu?."
"terserahlah."
**
Sett>>>
Putus, Yogi memutuskan kepala seorang vampire bergolongan Strigoi itu dengan sekali tarikan.
"Aku lapar"sahut Teo dengan mengibaskan bahunya.
"Ya, semua ini membuatku juga lapar"Jun mengambil alih untuk berdiri di samping Teo. Bobby ikut bergabung dengan matanya yang mengedar ke segala arah, menampakan belasan vampire Strigoi di sana.
"Pemburuan yang hebat untuk malam ini bung."ucap Bobby seraya menyikut Yogi yang berada di sampingnya.
"Akhh... aku suka sekali perkerjaanku. Memburu Strigoi pak..pak..pak.. membunuh mereka hingga menjadi debu."heboh Jun yang membuat Bobby memutar bola matanya malas.
"Tinggal menghitung hari menuju bulan biru, mereka benar-benar bermunculan. kau harus menjaga Yumi dengan baik."ucap Bobby.
"Aku tahu."matanya melirik jam tangan nya yang menunjukan pukul 02.00 am.
Yogi menatap setiap Strigoi dengan lamat.
"Cukup untuk malam ini."gumamnya seraya menaiki jaketnya yang melorot.
"Aku harus kembali, sudah terlalu larut. Aku tidak mau wanita cerewet itu meneriaki namaku karena pulang terlambat"
"Aku pergi duluan."
"Ya. "
Sett>>>>>>
Yogi berlari bagai kilat, hingga akhirnya menghilang tanpa jejak.
"Suami yang baik, aku iri."gumam Jun.
"Berhenti seperti itu, aku geli melihatnya haha."tawa Teo meledak dan di balas wajah mengerut dari Jun.
Kuyukkk..kruyukkk..
Jun dan Teo terpanjat saat mendengar suara aneh yang mengusik telinganya. "Aku lapar, ayo cari makan"gumam Bobby seraya mengelus perutnya. "Eoh, perutmu , aku pikir suara petir."
"Haha."tawa Jun dan Teo meledak yang dibalas tatapan tajam dari Bobby.
"Slow man. Ayo kita berburu."ajak Jun cepat saat menyadari aura kelam pada Bobby.
"Ayo, aku mau darah babi hutan."sahut Teo.
"Aku lebih suka beruang."sahut Jun, dan berlari dari sana.
**
Yogi memasuki kamar Yumi yang sudah gelap gulita. Matanya menyusuri sang gadis yang tengah terlelap di sana.,Tubuhnya ikut berbaring di samping sang gadis dan memeluknya hingga erat.
Kepalanya ditaruh di sela-sela curuk leher milik Yumi, hidungnya mendengus --menghirup lembut aroma milik sang gadis yang sangat memabukan. Hidungnya bergesekan dengan kulit leher sang gadis, menyusuri setiap lekukan di sana, belakang telinga hingga bahu sang gadis. Hal yang paling Yogi sukai, aroma harum itu begitu kuat di sana. Hanya menghirup, namun kemudian terganti dengan lumatan-lumatan kecil serta hisapan lembut dari bibirnya. Tangannya menyusuri setiap lekukan tubuh sang gadis dan megusap lembut, benar-benar lembut, hingga akhirnya berhenti menjadi melingkarkan tangannya dipinggang Yumi.
"Ehmmmm."erangan lolos dari bibir milik Yogi. Hal ini begitu memabukan baginya. Tanpa dia sadari posisinya berubah hingga menjadi menindih sang gadis. Bibirnya terus mengekspose kesetiap kulit putih itu dengan lembut. Tak tergesa-gesa karena Yogi tidak mau membuat tidur sang gadis terusik.
"Ahh...."