Nazhan baru saja selesai mengerjakan tugas dan berniat untuk kembali ke kamarnya. Namun langkah Nazhan terhenti saat tiba-tiba Tahani muncul dan menghalangi jalannya. Meskipun terkejut, beberapa detik kemudian Nazhan segera memasang senyum menawan pada Tahani yang juga memasang senyuman manis padanya. Nazhan pun bertanya, “Ada apa, Hani?”
“Bisakah kita bicara?” tanya balik Tahani dengan malu-malu. Tentu saja malu-malu, karena sebenarnya apa yang akan dibicarakan oleh Tahani pada Nazhan nanti, adalah pembicaraan pribadi yang rasanya tidak cocok untuk dibicarakan dengan orang yang tidak terlalu akrab. Namun, Tahani berusaha untuk melawan rasa malunya tersebut, demi apa yang ia inginkan. Ya, Tahani tengah berjuang untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Nazhan yang melihat sikap malu-malu Tahani tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. Diam-diam dalam hatinya, Nazhan memuji betapa menggemaskannya Tahani saat ini. Jika saja hubungan mereka sudah sangat dekat, Nazhan sangat ingin menarik Tahani ke dalam pelukannya dan memeluknya dengan erat-erat. Nazhan tidak akan pernah melepaskan Tahani, karena ia takut kehilangan perempuan satu itu. Hanya saja, hubungan Nazhan dan Tahani tidak sedekat itu hingga membuat Nazhan bisa melakukan hal itu pada Tahani.
Kini, Nazhan pun mengangguk. “Bisa, kebetulan Nona Puti juga sudah kembali ke kamarnya dan beristirahat. Jadi, aku punya waktu untuk berbicara denganmu,” ucap Nazhan lembut. Tentunya, Nazhan tidak tega untuk menolak berbicara dengan Tahani, apalagi Tahani terlihat begitu susah payah untuk meminta waktu berbicara dengannya. Lagi pula, kini Nazhan tengah dalam waktu istirahatnya. Nazhan bisa berbicara dengan Tahani untuk beberapa saat. Jika pun lebih, Nazhan sama sekali tidak keberatan berbicara dan menghabiskan dengan perempuan yang ia sukai tersebut.
Tahani tampak senang dan dengan apa yang dikatakan oleh Nazhan. Tahani lalu menggenggam kedua tangan Nazhan membuat pria itu benar-benar fokus dengan apa yang akan ia katakan beberapa saat lagi. Masih dengan menggenggam kedua tangan Nazhan, Tahani tak membuang waktu untuk memulai pembicaraan. “Jadi, aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Aku harap kamu tidak merasa tersinggung atau terganggu. Jika pun kamu terganggu, aku harap kamu mengatakannya secara langsung, agar aku tidak melanjutkan pembicaraan ini saat itu juga,” ucap Tahani.
Nazhan menatap Tahani yang tampak begitu polos dengan seragam pelayan yang melekat pada tubuhnya. Sejak pertama kali melihat Tahani, mungkin inilah yang menjadikan Nazhan terpesona padanya. Raut polos dan tingkahnya yang manis, rupanya sudah cukup untuk membuat Nazhan jatuh hati pada Tahani. Kini, Nazhan tersenyum dengan lembutnya dan mengangguk pada Tahani. “Tidak perlu sungkan. Katakan, atau tanyakan apa yang kamu ingin ketahui. Aku akan menjawab sebisaku,” ucap Nazhan.
Mendengar ucapan Nazhan tersebut, tentu saja Tahani menyunggingkan senyuman lebar. Raut antusia tampak tidak bisa disembunyikan oleh Tahani saat ini. Beberapa saat kemudian, Tahani pun bertanya, “Apa kabar yang tengah beredar di kalangan pelayan dan pengawal itu benar? Kamu dan Tuan Theo adalah teman kecil serta tumbuh bersama?”
Nazhan tidak terkejut dengan pertanyaan yang diberikan oleh Tahani ini. Setelah penyambutan tamu terakhir kali, kabar itu memang menyebar begitu saja. Hal itu terjadi, karena Puti dengan tepat menebak jika Nazhan dan Theo sudah saling mengenal. Bahkan, Puti secara terang-terangan menanyakan hubungan Theo dan Nazhan. Saat itulah, Theo menjelaskan hubungan mereka yang tak lain adalah seorang sahabat yang tumbuh besar bersama. Nazhan juga menambahkan jika dirinya adalah seorang anak dari pemilik kebun bunga yang juga merawat tanaman di kediaman Al Karafi, jadi dirinya dan Theo memang memiliki banyak waktu untuk tumbuh bersama.
Jadilah, kini tersiar kabar jika Nazhan adalah orang asing yang memiliki latar belakang yang baik. Hal itu mengingat keluarga Al Kharafi yang tak lain adalah keluarga pemilik kilang minyak terbesar di negara Kuwait, dan Nazhan sudah dipastikan memang lahir serta tumbuh besar di sana. Nazhan memiliki dukungan dari keluarga Al Kharafi. Tiba-tiba, Nazhan menjadi pusat perhatian—walaupun sebelumnya, sebenarnya Nazhan sendiri sudah menjadi pusat perhatian bagi para pelayan karena sosoknya yang tampan dan memesona—karena kabar yang menyebar tersebut.
Nazhan mengangguk. “Iya, kami memang tumbuh bersama. Memangnya kenapa? Apa ada hal yang salah mengenai hal tersebut?” tanya Nazhan. Pria itu memang belum bisa menemukan inti pembicaraan dengan Tahani ini. Ia tidak mengerti sebenarnya apa yang akan dibicarakan oleh Tahani padanya.
Saat itulah, Tahani menggeleng dengan tegas. Malahan, kini Tahani terlihat begitu senang. Tahani mengatupkan kedua tangannya dan berkata, “Tidak ada masalah apa pun. Hanya saja, aku ingin meminta bantuanmu. Aku benar-benar butuh bantuanmu. Jadi, aku harap kamu ingin membantuku.”
Ucapan Tahani membuat Nazhan mengernyitkan keningnya. Ia tentu saja merasa begitu penasaran dengan hal yang akan diminta oleh Tahani. “Sebenarnya, apa yang ingin kamu minta? Jika aku bisa membantumu, aku pasti akan memberikan bantuan tersebut,” ucap Nazhan sama sekali tidak berbohong dengan apa yang ia katakan. Selain itu, Nazhan juga penasaran, memangnya apa yang ia bisa bantu dengan status yang sudah diketahui oleh banyak orang tersebut?
“Aku minta bantuan untuk dekat dengan tuan Theo. Aku benar-benar menyukai tuan Theo!” seru Nazhan membuat Nazhan terkejut bukan main. Tentunya, Nazhan sama sekali tidak terpikirkan jika hal ini yang akan diminta oleh Tahani. Nazhan merasa kekecewaan menyerang hatinya. Ayolah, Nazhan yang sejak awal menyukai dan memberikan perhatiannya pada Tahani, kalah dengan Theo yang bahkan baru pertama kali muncul di hadapannya. Jika sudah seperti ini, bukankah ini layak disebut sebagai kalah telak? Ya, Nazhan kalah telak dengan Theo yang bahkan tidak melakukan apa pun untuk mendekat pada Tahani.
Melihat jika Nazhan sama sekali tidak memberikan reaksi, Tahani pun menyurutkan senyumnya. Ia berpikir, jika Nazhan rupanya tidak berniat untuk memberikan bantuan padanya. “Ah, maaf. Sepertinya, kamu tidak mau membantuku untuk melakukan hal itu, ya?” tanya Tahani dengan netra yang terlihat menyendu. Hal itu membuat Nazhan merasa bersalah.
Nazhan menghela napas dan mau tidak mau lalu mengangguk. “Baik, aku akan membantumu. Setidaknya, aku akan membuat kalian berkenalan secara pribadi. Namun, aku tidak bisa menjanjikan hal yang lebih daripada itu,” ucap Nazhan. Tentu saja hal itu menjadi harapan yang begitu besar bagi Tahani.
Kebahagian meluap-luap begitu saja di dalam d**a Tahani saat ini. Saking bahagianya Tahani saat ini, Tahani sama sekali tidak bisa menahan dirinya untuk memberikan pelukan yang begitu erat pada Nazhan. Tentunyam hal tersebut membuat Nazhan. Jantung Nazhan segera bekerja ekstra saat itu juga. Tanpa melepaskan pelukan tersebut, Tahani pun berkata, “Terima kasih. Aku benar-benar berterima kasih. Mulai dari saat ini, aku benar-benar meminta bantuanmu.”
Nazhan yang mendapatkan ucapan terima kasih tersebut merasakan hatinya tercubit. Padahal, dirinya sama sekali tidak berniat melakukan apa yang ia katakan. Nazhan sendiri malah berencana untuk memikirkan sebuah rencana yang membuat Tahani berbalik tidak menyukai Theo. Namun, saat ini Nazhan menepikan hal tersebut. Ia berniat untuk membalas pelukan Tahani. Sayangnya, belum juga Nazhan membalas pelukan tersebut, sebuah tangan kecil yang lembut dengan gerakan tidak terduga mendorong wajah Tahani yang semula menempel di d**a Nazhan untuk menjauh begitu saja dari sana.
Nazhan tentu saja tidak bisa menahan diri untuk menoleh dan melihat pemilik tangan kecil yang terlihat begitu lembut serta putih bersih tersebut. Puti melepaskan tangannya dan wajah Tahani dan memberikan tatapan tajam pada pelayan tersebut, seakan-akan jika Tahani adalah musuhnya yang sudah menjadi musuh turun temurun. Jika Nazhan hampir saja mengerang kesal karena tingkah Puti yang menjengkelkan tersebut, maka Tahani yang mendapatkan tatapan penuh peringatan dari Puti tentu saja menunduk ketakutan. Sebagai seorang pelayan yang sudah bekerja hampir dua empat tahun di kediaman Risaldi ini, tentunya Tahani sudah tahu karakter Puti sebagai nona muda.
Puti berdiri di antara Nazhan dan Tahani dengan seoeuhnya menghadap Tahani. Puti melipat kedua tangannya di depan d**a dan berkata, “Aku, sama sekali tidak senang jika ada yang memiliki kontak fisik dengan Nazhan. Terlebih jika itu adalah kamu. Camkan, mulai saat ini hingga ke depannya, jangan pernah berpikir untuk melakukan kontak fisik apa pun dengan Nazhan. Jika sampai hal itu terjadi, aku akan membuat perhitungan padamu. Kamu tau bukan, aku tidak pernah mengatakan omong kosong?”
Tahani yang mendengarnya tentu saja mengangguk dengan patuh. “Nona, saya mengerti dengan apa yang Anda inginkan. Saya akan mengingatnya, dan tidak akan mengulanginya lagi,” ucap Tahani patuh.
Namun, Nazhan tidak mau melakukan hal itu. Ia bahkan baru memiliki kedekatan dengan Tahani, tetapi sang nona muda malah kembali mengacaukan apa yang sudah terjadi dengan baik tersebut. Sepertinya, sangat tepat bagi Nazhan menjuluki Puti sebagai iblis cantik karena kelakuan Puti yang selalu saja mengacaukan apa pun yang tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Jika saja bisa, Nazhan ingin mencubit atau memberikan jitakan pedas pada kepala gadis satu ini. Hanya saja, Nazhan sama sekali tidak bisa melakukan hal tersebut.
Puti mengangguk puas dengan apa yang dikatakan oleh Tahani. Puti memberikan isyarat pada Tahani untuk pergi dari sana, dan tentu saja Tahani membungkuk pada Puti sebagai tanda hormat dan segera undur diri dari hadapan sang nona muda yang disebut sebagai iblis cantik tersebut. Puti pun berbalik pada Nazhan dan menatap pria yang menjadi bodyguard pribadinya tersebut. “Kamu sepertinya memiliki banyak waktu luang sebagai seorang pengawalku. Sebaiknya, sekarang kamu ikut aku. Ada beberapa buku yang tidak bisa aku bereskan,” ucap Puti pada Nazhan.
Tentu saja, Nazhan sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menolak apa yang sudah dikatakan oleh Puti. Karena itulah Nazhan mengangguk sebagai jawaban dan berniat untuk mengikuti Puti yang semula sudah akan melangkah, tetapi langakh keduanya tertahan karena Beltran yang datang dengan senyum merekah. Nazhan sebagai seorang pria bisa menilai jika Beltran ini memiliki perasaan yang lebih dari seorang sahabat pada Puti. Namun, entah kenapa Puti sama sekali tidak menanggapi perasaan Beltran, padahal Beltran sering kali memberikan perlakuan spesial. Ah, bukan sering, tetapi selalu memberikan perlakuan spesial pada Puti.
“Puti, ayo kita berkuda. Kita sudah lama tidak berkuda,” ucap Beltran tanpa basa-basi. Ia datang ke kediaman Risaldi untuk mengajak Puti menghabiskan waktu untuk berkuda. Sudah lama, Beltran tidak menghabiskan waktu bersama dengan Puti. Karena itulah, Beltran menghabiskan waktu yang lama dengan memikirkan waktu untuk menemukan ide, kegiatan apa yang akan membuat Puti tergerak untuk mau menghabiskan waktunya dengannya.
Puti terdiam, seakan-akan tengah menimbang apa yang akan ia putuskan. Namun, beberapa saat kemudian Puti mengangguk sebagai jawaban atas ajakan Beltran tersebut. tentu saja Beltran tersenyum lebar. Beltran senang karena Puti menyetujui ajakannya. Padahal selama ini, Puti jarang mau menerima ajakannya untuk melakukan sesuatu bersama atau setidaknya ke luar untuk menikmati waktu luang di kafe. Beltran tersenyum dan berkata antusias, “Kalau begitu, ayo cepat!”
Puti memberikan sebuah isyarat yang membuat Beltran menghentikan gerakannya yang semula berniat untuk menggenggam tangan Puti. Tentu saja hal itu terjadi karena Puti memang tidak suka disentuh secara sembarangan oleh orang lain, walaupun dirinya sudah mengenal lama dengan orang tersebut. Dan Beltran mengerti hal tersebut hingga tidak memaksa untuk menggenggam tangan Puti dan memaksakan kehendaknya pada perempuan yang memang sudah lama mengisi hatinya itu. Melihat jika Beltran tidak akan lagi berniat untuk melakukan kontak fisik padanya, saat itulah Puti mengalihkan pandangannya dari pria yang sudah berteman sejak lama dengannya itu.
Puti pun menoleh pada Nazhan dan berkata, “Bersiaplah untuk berkuda.” Setelah itu, Puti melepaskan pandangannya dari Nazhan, berniat untuk mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Alfa serta Tengku. Saat bersenang-senang, Puti memang tidak pernah melupakan keduanya. Kenapa? Karena Puti senang saat bisa mengalahkan kedua sepupunya yang sering bertingkah di hadapannya itu.
Nazhan yang mendengar ucapan Puti, tampak terkejut karena Puti juga mengajak dirinya untuk berkuda. Merasa jika tidak mendapatkan jawaban dari Nazhan, Puti pun kembali menatap wajah Nazhan dan bertanya, “Apa kamu tidak ingin melakukan perintahku?”
Nazhan menggeleng. “Bukan seperti itu, Nona. Saya akan mengikuti perintah Nona dengan baik. Hanya saja, bukankah lebih baik untuk meminta izin pada Tuan Besar atau pada Nyonya Besar dulu?” tanya Nazhan memastikan. Hal itu terjadi karena Nazhan cemas, berkuda bukan hal yang mudah. Kegiatan itu bahkan bisa dibilang berbahaya. Nazhan merasa jika dirinya memang perlu mendapatkan izin dari kedua orang tua Puti, karena Nazhan berpikir jika apa yang akan dilakukan oleh Puti, pasti akan dilarang oleh Agam dan Yasmin. Kedua orang itu pasti akan melarang putri mereka satu-satunya melakukan kegiatan yang berbahaya.
Puti melepaskan pandangannya dari Nazhan dan mengeluarkan ponselnya dari saku celana yang ia kenakan. “Tidak perlu cemas. Aku sama sekali tidak seperti nona muda keluarga kaya lainnya. Aku, Puti Grahita Risaldi. Aku bersinar dengan caraku sendiri,” ucap Puti dengan mengotak-ngatik ponselnya.
Beberapa saat kemudian, Puti pun menyambungkan teleponnya dengan Alfa dan Tengku. “Halo? Kalian sedang tidak memiliki kegiatan apa pun, bukan?” tanya Puti tanpa basa-basi.
“Iya, kami tidak memiliki kegiatan apa pun,” jawab Alfa.
“Hei, aku tidak sepertimu, Alfa. Aku baru saja selesai berlatih panahan. Aku bahkan baru duduk. Tapi memangnya kenapa, Puti?” tanya balik Tengku.
“Datang ke rumah, aku ingin balapan kuda dengan kalian,” ucap Puti membuat Nazhan yang masih berada di sana terkejut bukan main. Dan keterkejutan tersebut ditangkap dengan baik oleh Puti dan Beltran.
Tanpa menunggu jawaban Alfa dan Tengku, Puti pun segera memutuskan sambungan telepon. Saat itulah, Nazhan sama sekali tidak bisa menahan diri untuk berkata, “Nona, berkuda saja sudah berbahaya untuk Nona, apalagi Nona mengatakan akan balapan kuda. Itu sangat berbahaya. Saya tidak bisa menemani Nona, sebelum Nona mendapatkan izin dari Tuan dan Nyonya Besar.”
Puti menyunggingkan senyuma manis. “Bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali? Aku bukan gadis biasa, Nazhan. Aku luar biasa. Aku memiliki cara sendiri untuk menikmati hidup dan bersinar dengan terangnya. Jadi, cepat bersiap. Kita akan berkuda,” ucap Puti lalu melangkah begitu saja meninggalkan Nazhan yang masih gelisah dengan apa yang sudah diperintahkan oleh Puti.
Beltran yang masih berada di sana tentu saja melihat interaksi antara Puti dan Nazhan. Beltran merasakan ada yang aneh dengan Puti. Ia merasa jika Puti benar-benar tertarik dengan Nazhan. Kini, Beltran melirik Nazhan yang masih terdiam di posisinya. Nazhan menghela napas dan berkata, “Sebaiknya, kamu segera bersiap. Jangan sampai kamu membuat suasana hati Puti memburuk. Percayalah, jika itu terjadi, Puti bisa menggila saat memacu kudanya nanti.”
Mendengar hal itu Nazhan pun menatap Beltran dan bertanya, “Apa Tuan Muda tidak merasa jika kegiatan ini berbahaya untuk Nona? Saya rasa lebih baik rencana ini dibatalkan. Saya cemas jika aka nada hal buruk yang terjadi nantinya.”
Beltran pun terkekeh mendengar pertanyaan serta pernyataan kecemasan yang dirasakan oleh Nazhan. Beltra menatap Nazhan yang benar-benar tidak mengetahui apa pun mengetahui mengenai Puti itu dengan tatapan dingin. “Jangan pernah meremehkan Puti. Kau dengar sendiri apa yang dikatakan oleh Puti, bukan? Puti bersinar dengan caranya sendiri. Dan ini adalah salah satu cara yang dipilih oleh Puti. Jika penasaran, kau harus segera bersiap dan lihatlah seberapa bersinarnya Puti dengan jalan yang ia pilih,” ucap Beltran serius.