Ketika Puti diam, Puti sudah memiliki pesona untuk menarik semua perhatian untuk tertuju padanya, walaupun Puti sendiri memasang tameng pertahanan yang membuat tidak setiap orang bisa mendekat padanya sesuka hati. Namun, ketika Puti sedikit melepaskan diri dan menunjukkan pesona yang selama ini simpan rapat-rapat, Puti terlihat semakin menarik saja. Siapa pun yang melihat Puti saat ini, pasti menilai jika Puti memang benar-benar bersinar dan membuatnya terlihat begitu memesona. Tentu saja, siapa pun yang tidak bersiap pasti hatinya akan tercuri begitu saja karena pesona yang dimiliki oleh Puti.
Nazhan sendiri tidak bisa menahan diri untuk kembali terkejut sekaligus bertanya-tanya. Ya, bertanya-tanya sebenarnya apa yang tidak bisa Puti lakukan dalam hidup ini? Dan seberapa banyak kemampuan dan pesona yang Puti miliki?
Kekaguman yang dirasakan oleh Nazhan tentu saja ditangkap dengan mudah oleh Alfa dan Tengku. Hei, Alfa dan Tengku sudah tumbuh dan bersama dengan Puti sejak kecil. Sudah tak terhitung lagi, berapa banyak laki-laki yang pernah mendekati mereka hanya untuk meminta bantuan keduanya untuk dekat dengan Puti. Selain itu, Alfa dan Tengku sudah lebih dari biasa melihat para laki-laki yang menyimpan ketertarikan pada Puti. Jadi, mereka lebih dari mampu untuk menyimpulkan jika kini Nazhan sudah terpukau dan terjerat dengan pesona yang dimiliki oleh Puti. Namun, Nazhan tidak boleh terpukau sedini ini.
“Kamu tidak boleh terpukau sedini ini pada Puti,” ucap Tengku lalu memberikan kode pada Alfa. Tentu saja, Alfa mengerti dengan kode tersebut. Keduanya memang selalu kompak dalam berbagai situasi dan kondisi, termasuk dalam hal ini. Meskipun keduanya tidak enak hati pada Beltran yang sudah lama menyukai Puti, tetapi mereka tetap akan mendukung Puti. Termasuk dalam hal percintaan. Karena Puti sudah terang-terangan mengatakan jika dirinya memiliki ketertarikan pada Nazhan, maka kini tugas Tengku dan Alfa untuk membuat Nazhan merasakan hal yang sama pada Puti.
Meskipun keduanya lebih dari tahu jika Puti memiliki sejuta cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, tetapi Alfa dan Tengku tidak bisa berpangku tangan begitu saja. Keduanya harus memberikan sedikit dorongan pada Nazhan, apa lagi dengan fakta jika Nazhan sudah memiliki seseorang yang menempati hatinya, maka bertambahlah tugas bagi keduanya untuk memastikan jika Nazhan membuka matanya lebar-lebar untuk melihat pesona dan jatuh ke dalam pesona milik Puti tersebut. Tentu saja, Tengku dan Alfa tidak akan membiat Puti kehilangan pria pertama yang sudah berhasil menarik perhatiannya itu.
Nazhan menarik pandangannya dari Puti yang masih asyik menabuh drum, dan menoleh pada Alfa dan Tengku yang tengah menatapnya dalam diam. Nazhan mengernyitkan keningnya dan membuat Alfa serta Tengku mendengkus. Sepertinya, Nazhan adalah tipe pria yang tidak cepat tanggap dalam masalah yang seperti ini. Tengku memberikan isyarat pada Alfa, dan saat itulah Alfa mengangguk. “Ya, saat ini terlalu cepat jika kamu sudah terkagum pada Puti. Kenapa? Karena Puti memiliki sejuta pesona yang belum ia tunjukkan padamu,” ucap Alfa.
Tengku menghela napas dan membuat Nazhan menatapnya. “Sebenarnya, aku dan Alfa juga merasa terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Puti kali ini,” ucap Tengku membuat Nazhan mengernyitkan keningnya.
“Memangnya, apa yang dilakukan oleh Nona ini, adalah hal yang salah?” tanya Nazhan tidak bisa menahan diri untuk menyuarakan rasa penasaran yang menyerang dirinya.
Nazhan dan Alfa menggeleng dengan kompak. “Tidak ada yang salah, hanya saja ini tidak seperti Puti yang biasanya,” ucap Alfa.
“Puti memang perempuan yang sangat memesona, hanya diam saja, Puti sudah terlihat memesona. Namun, ketika dirinya menunjukkan pesonanya seperti kali ini, bukankah Puti terlihat sangat menakjubkan? Sayangnya, Puti sama sekali tidak senang menunjukkan kemampuan seperti kali ini. Jika pun iya, Puti tidak pernah mau menujukkan di depan orang yang tidak ia kenal. Jadi, aku dan Alfa benar-benar merasa jika tingkah Puti ini sangat aneh,” tambah Tengku.
Alfa terdiam beberapa saat sebelum menatap Nazhan yang tampak serius mencerna informasi yang baru saja ia terima dari dirinya dan Tengku. Alfa menyeringai dan membuat posisinya kembali menghadap panggung musik di mana Puti baru saja menyelesaikan aksinya yang menakjubkan. “Namun, sepertinya aku sedikit banyak mengerti alasan dari apa yang dilakukan oleh Puti ini. Hanya saja, bukankah lebih baik menanyakannya secara langsung pada pemilik jawabannya?” tanya Alfa membuat semua orang dengan serentak mengalihkan pandangannya pada Puti yang muncul dari kerumunan dengan langkah penuh percaya diri.
Puti melepaskan topi yang ia kenakan lalu melemparkannya pada Nazhan, setelah itu Puti mengambil totebag yang sejak tadi digenggam ole Nazhan. Puti menyadari tatapan ketiga pria yang di hadapannya dan menatap balik mereka sembari memiringkan kepalanya. “Apa yang ingin kalian tanyakan?” tanya Puti.
Tengku berdeham dan balik bertanya, “Apa alasanmu menunjukkan kemampuanmu menabuh drum seperti tadi?”
Puti mengernyitkan keningnya seakan-akan pertanyaan yang diberikan oleh Tengku adalah pertanyaan teraneh yang pernah Puti dengar selama hidupnya. Melihat ekspresi Puti, Alfa pun menambahkan, “Aku dan Tengku hanya merasa aneh dengan sikapmu ini, Puti. Setau kami, kamu sama sekali tidak senang menunjukkan kemampuanmu secara langsung di hadapan orang banyak seperti tadi.”
Puti mengangguk saat mengerti apa yang tengah dipikirkan oleh kedua saudara sepupunya tersebut. Puti lalu menatap Nazhan yang juga tampak penasaran dengan jawaban yang akan diberikan olehnya. Puti mengulum senyum dan membuat sosoknya yang manis terlihat semakin manis saja. “Sepertinya, kalian sangat penasaran dengan alasan yang kumiliki,” ucap Puti dengan nada yang terdengar menjengkelkan di telinga semua orang yang mendengar pernyataan Puti tersebut.
“Ya, kami sangat penasaran, jadi jangan menundanya dan cepat jawab apa yang menjadi sumber penasaran kami,” ucap Tengku tidak sabar.
Puti menarik pandangannya dari Tengku dan menatap Nazhan yang juga tengah menatapnya. Nazhan tampak mencari-cari jawaban atas pertanyaannya, dan menunggu Puti untuk memberikan jawaban atas rasa penasaran yang hampir saja membuatnya mempertanyakan rasa penasaran tersebut saat itu juga. Puti yang melihat hal itu tidak bisa menahan diri untuk kembali tersenyum dengan manisnya. Entah kenapa, Puti sangat menyukai raut penasaran Nazhan yang tampak bodoh baginya itu. Puti pun akhirnya memutuskan untuk menjawab rasa penasaran para pria tampan tersebut.
“Aku melakukan semua ini tentu saja karena sebuah alasan, dan alasan itu tidak terlepas darimu,” ucap Puti sembari menatap Nazhan.
Tengku, Alfa, dan Nazhan tentu saja tidak mengerti kenapa alasan dari tindakan Puti disangkut pautkan dengan Nazhan. Puti pun semakin tersenyum lebar dan menambahkan, “Ya, alasannya adalah dirimu, Nazhan. Aku melakukannya untuk membuatmu terpesona padaku.”
**
Setelah apa yang dikatakan oleh Puti di kampus, Nazhan tidak bisa berhenti untuk bertingkah mati gaya. Puti sendiri tampak tidak peduli dengan hal itu. Lebih tepatnya, Puti tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Puti seakan-akan berdiri di dalam dunia dirinya sendiri, sedangkan yang lainnya juga berdiri di dunia mereka sendiri. Hal itu membuat Puti terasa begitu jauh dari jangkauan. Tampak terlindungi dengan tameng perlindungan yang dibangun oleh Puti sendiri. Ya, Puti tampak tidak ingin diganggu dengan pemikirannya yang tengah diselami oleh Puti.
Sementara itu, Alfa dan Tengku tampak sibuk dengan ocehan mereka. Ya, Alfa dan Tengku memang sibuk dengan ocehan mereka yang tengah menggoda Nazhan. Ayolah, meskipun mereka adalah sepupu dari Puti, keduanya sama sekali tidak pernah melihat tingkah Puti yang seperti ini. Sepertinya, Puti benar-benar tertarik pada Nazhan. Karena hal itulah, Puti tidak segan-segan untuk menunjukkan betapa dirinya tertarik pada Nazhan. Bahkan, tadi pun Puti tidak malu-malu mengakui jika dirinya melakukan semua yang bukan kebiasaannya, alasannya adalah untuk membuat Nazhan terpesona padanya.
“Hah, sepertinya, Puti benar-benar tertarik pada Nazhan,” ucap Tengku agak tidak percaya dengan apa yang ia simpulkan ini.
“Entah ini kabar baik atau kabar buruk bagi Nazhan,” sahut Alfa tidak lupa menyelipkan nada simpati pada ucapannya.
Tengku terdiam beberapa saat sebelum menyahut, “Sepertinya ini adalah setengah kabar baik, dan setengah kabar buruk bagi Nazhan.”
Alfa yang mendengarnya tentu saja penasaran. “Kenapa kamu bisa menyimpulkan hal itu?” tanya Alfa ingin mengetahui apa yang dipikirkan oleh Tengku.
“Mudah saja. Kabar baik, karena Puti terpasuk pada sepuluh persen perempuan jenius serba bisa yang memiliki pesona yang diaku oleh semua orang. Bukankah sangat menakjubkan jika memiliki seseorang yang menyukaimu dengan kualifikasi seperti itu?” tanya Tengku. Alfa mengangguk. Tentu saja ia setuju dengan apa yang dikatakan oleh Tengku.
Namun, beberapa saat kemudian Alfa bertanya, “Lalu, apa kabar buruknya?”
“Kabar buruknya adalah, perempuan itu bernama Puti. Si galak yang sangat menyeramkan ketika marah. Bukankah sangat mengerikan memiliki kekasih yang berubah kejam ketika dirinya kesal atau marah? Wah, aku saja yang membayangkannya sama sekali tidak tahan dengan hal itu,” ucap Tengku.
Alfa mau tidak mau mengangguk dengan apa ang dikatakan oleh Tengku. “Tapi, kalau sudah cinta, mau bagaimana lagi. Puti yang mengerikan pun, pasti akan berubah dan terlihat seperti bayi kucing yang lucu,” komentar Alfa.
Saat itulah, Puti yang semula masih bisa menahan diri tidak lagi bisa diam. Meskipun berusaha untuk tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Alfa dan Tengku, Puti sama sekali tidak bisa melakukan hal itu. Kenapa? Karena keduanya berbicara dengan suara keras yang tentu saja bisa didengar oleh Puti dan Nazhan yang masih sibuk mengemudi. Puti melirik Nazhan dan berkata, “Hentikan mobilnya.”
Tentu saja Nazhan menurut dan segera menghentikan mobilnya di bahu jalan. Puti ke luar dari mobil dan membuka pintu belakang. Puti menatap kedua sepupunya yang juga tengah menatapnya dengan penuh tanya. “Keluar!” perintah Puti dingin.
“Hei, kamu ingin kami turun di tengah jalan?” tanya Tengku tidak percaya.
“Apa kamu tega?” tanya Alfa.
Puti tidak peduli dan berkata, “Kalian tau bukan, aku ini orang yang tidak peduli dengan penderitaan orang lain, terutama kalian. Jadi, keluar sekarang juga. Aku hitung sampai tiga, jika kalian tidak juga menurut, aku akan memberikan sebuah hadiah pada kalian. Satu, dua, ti—”
Belum juga selesai dengan apa yang dikatakannya, Alfa dan Tengku segera turun dari mobil. Saat itulah, Puti menutup pintu dan masuk kembali untuk duduk di kursi penumpang bagian depan. Alfa dan Tengku menatap Puti dengan penuh harap. Keduanya benar-benar berharap untuk kembali diizinkan menumpang kembali, tetapi Puti sama sekali tidak menoleh dan berkata, “Kalian pasti punya uang untuk naik taksi. Jangan memberikan tatapan seperti itu, atau aku akan membuat kalian menyesal.”
Tengku dan Alfa dengan kompak mengerucutkan bibir mereka, setengah kesal. Namun, keduanya sama sekali tidak berkomentar. Setelah itu, mobil milik Puti tersebut melaju dengan mulusnya. Nazhan pun bertanya, “Nyonya, apa kita akan tetap ke toko buku?”
“Tentu. Kemudikan yang benar, jangan melebih batas kecepatan,” jawab Puti lalu memejamkan matanya.
Nazhan menutup mulutnya rapat-rapat lalu mengemudikan mobil Puti dengan hati-hati. Tidak lama, mobil tersebut tiba di area parkir toko buku yang sebelumnya disebutkan oleh Puti. Tanpa harus dibangunkan oleh Nazhan, kini Puti sudah kembali membuka matanya dan merapikan diri sebelum turun dari mobil mewahnya. Hal tersebut juga diikuti oleh Nazhan. Puti menatap Nazhan dan berkata, “Kamu juga harus ikut ke dalam. Kamu juga membutuhkan beberapa buku untuk tugasmu, bukan?”
Nazhan mengangguk dan mengikuti langkah anggun Puti. Begitu dekat dengan pintu masuk, Nazhan mendahului langkah Puti dan membukakan pintu untuk nona mudanya tersebut. Puti melangkah begitu saja, tanpa mengucapkan terima kasih sedikit pun. Namun, beberapa pengunjung di belakang Puti juga segera masuk karena Nazhan masih saja menahan daun pintu. Puti yang menyadari hal tersebut menghentikan langkahnya dan menatap Nazhan dengan datar. Puti bertahan di posisinya hingga Nazhan selesai dengan kegiatannya tersebut.
Baru saja Nazhan akan meminta maaf karena membuat Puti menunggu, Puti sudah lebih dulu berbalik dan melangkah menuju tempat di mana buku yang ia inginkan dipajang. Nazhan tentu saja mengikuti langkah Puti dan melihat satu per satu buku yang terpajang di rak-rak buku tinggi. Saat itulah, Nazhan melihat jika Puti sangat larut dalam kegiatannya memilih buku-buku. Melihat hal itu, Nazhan pun memilih untuk memilih buku yang memang ia butuhkan. Namun, saat itulah Puti membuka pembicaraan.
“Aku sama sekali tidak mengatakan omong kosong. Aku memang tertarik padamu. Karena itulah, kamu tidak boleh menjadikan apa yang aku katakan sebagai angin lalu,” ucap Puti.
Nazhan yang baru saja berniat untuk mengambil sebuah buku, menghentikan gerakan tangannya dan memilih untuk menatap Puti yang ternyata bersandar dengan nyaman pada rak buku sembari menghadapnya. Nazhan yang bertubuh tinggi dan kekar, tampak berbanding terbalik dengan tubuh Puti yang mungil dan manis. Siapa pun yang melihat keduanya pasti akan menyimpulkan dengan mudah jika keduanya adalah sepasang kekasih. Namun, kenyataannya jelas jauh dari hal tersebut.
“No—”
“Puti,” potong Puti cepat.
Nazhan menghela napas dan berkata, “Puti, aku sudah mengatakannya berulang kali. Kita tidak bisa memiliki hubungan lebih daripada seorang Nona Mudan dan seorang bodyguard pribadi. Kamu sendir tau, bukan? Aku juga sudah memiliki seorang wanita yang aku sukai.”
Untunglah, lorong rak buku di mana keduanya berada tidak dikunjungi oleh siapa pun. Jadi, keduanya bisa membicaraka hal pribadi mereka tanpa merasa terganggu oleh kehadiran orang lain yang tentu saja bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Puti meletakkan kembali buku yang sebelumnya ia ambil ke dalam rak buku dan berkata, “Bukankah aku sudah berulang kali mengatakan jika aku sama sekali tidak peduli dengan hal itu? Jika masalah perbedaan status, aku bisa membuatnya berubah dalam sekejap mata. Untuk masalah hati, waktu akan membuatmu jatuh ke dalam pesonaku.”
Nazhan tidak bisa menahan diri untuk menghela napas dan mengusap wajahnya kasar. Nazhan lalu menatap nona mudanya dan bertanya, “Kalau begitu, aku ubah pembicaraan ini. Bagaimana jika aku bertanya atas alasan apa kamu jatuh hati padaku?”
Puti melipat kedua tangannya dan melangkah mendekat pada Nazhan. Setelah menyisakan beberapa langkah, Puti pun menatap Nazhan dan balik bertanya, “Sebelum itu, aku ingin bertanya dulu padamu. Apa alasanmu melakukan kebaikan seperti membukakan pintu dan menahan pintu untuk orang yang bahkan tidak kamu kenali seperti tadi?”
Nazhan tentu mengernyitkan keningnya saat mendapatkan pertanyaan yang diberikan oleh Puti. Tentu saja hal itu terjadi karena Nazhan sama sekali tidak memperkirakan akan mendapatkan pertanyaan seperti ini dari Puti. Namun, Nazhan segera menenangkan dirinya sendiri dan mencari jawaban yang paling tepat untuk ia berikan pada Puti. “Aku melakukannya tanpa alasan, tetapi jika ditelusuri lebih jauh, bukankah sudah sudah menjadi tindakan manusiawi untuk saling tolong menolong sebagai manusia? Jadi, itu akan menjadi jawabanku. Aku melakukan semua hal tersebut sebagai tindakan manusiawi,” jawab Nazhan.
Mendengar jawaban Nazhan, Puti pun tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. Ia mendongak menatap netra hitam Nazhan yang sebenarnya adalah warna dari kontak lensa yang menutupi warna asli netra Nazhan. Puti sama sekali tidak berbohong saat dirinya mengatakan bahwa dirinya terganggu dengan kontak lensa yang menutupi warna asli netra Nazhan. Puti mengulurkan tangan kanannya dan merapikan kerah kaos Nazhan sembari berkata, “Kalau begitu, aku sama sekali tidak salah saat mengatakan jika aku memang tertarik padamu.”
Nazhan mengernyitkan keningnya, sedangkan Puti menarik dirinya kembali dan melipat kedua tangannya di depan dadanya. “Kamu belum mengerti? Alasanku didasari oleh alasanmu. Aku, tertarik padamu, karena kamu memiliki sisi manusiawi atau empati yang begitu besar dalam dirimu. Ah, mungkin itu adalah salah satu dari faktor yang membuatku tertarik. Intinya, aku tertarik pada hal yang sangat berbading terbalik dengan diriku. Kamu memiliki empati tinggi, maka aku sama sekali tidak memiliki hal itu pada diriku ini. Apa, itu sudah cukup menjadi jawaban atas rasa penasaranmu?”
Nazhan yang mendengarnya tentu saja tidak bisa menahan diri untuk merasa terkejut. Rasanya, sampai kapan pun, dirinya tidak akan bisa mengerti bagaimana caranya Puti berpikir, dan dari sudut manakah Puti melihat sebuah permasalahan. Hingga saat ini, Puti adalah orang paling unik yang pernah Nazhan temui. Orang yang juga memiliki sejuta pesona yang siap untuk ia tunjukkan. Orang yang paling menarik yang pernah Nazhan temui selama hidupnya ini. Namun, Nazhan harus menolak semua pesona yang ia lihat tersebut.
Nazhan harus mempertahankan hatinya untuk Tahani seorang. Nazhan tidak boleh menjadi seorang pria berengsek yang tidak bisa menjaga hatinya. Namun, sampai kapankah Nazhan bisa tahan dengan pesona Puti ini? Dan apakah Nazhan bisa menepis semua pesona Puti hingga dirinya tidak jatuh hati pada sang nona muda yang ia kawal ini? Hanya waktu yang bisa menjawab semua pertanyaan Nazhan ini. Karena jujur saja, Nazhan sendiri tidak bisa menemukan jawabannya seorang diri.