Puti terlihat bersandar di ambang pintu balkon dan mengamati dua orang yang tengar berinteraksi dengan akrabnya. Dua orang tersebut, tak lain dan tak bukan adalah Nazhan dan Tahani. Bodyguard, dan pelayan tersebut tampak begitu akrab hingga membuat Puti merasa begitu terganggu akibat kedekatan mereka. Namun, Puti tampaknya tidak tergerak untuk memisahkan keduanya yang sudah jelas sangat mengganggunya itu. Puti masih mengamati dalam diam, dan dengan nyaman masih bertahan dalam posisinya.
Namun, beberapa sat kemudian, Alfa dan Tengku tiba-tiba masuk ke dalam ruangan yang bisa dibilang sebagai area kekuasaan Puti tersebut. Keduanya menyeringai saat melihat Puti yang tengah terdiam dengan pandangan yang tertuju ke luar balkon. Karena merasa jika Puti tidak menyadari kehadiran mereka, Alfa dan Tengku tampak mengendap-endap, mencoba untuk memberikan kejutan pada Puti. Namun, ternyata Puti sudah lebih dulu mengetahui kehadiran keduanya. Tanpa menoleh dan menatap keduanya, Puti pun berkata, “Jangan melakukan tindakan bodoh, atau akan kubuat kalian tidak bisa bangun dari ranjang selama dua minggu.”
Ucapan Puti tentu saja membuat Alfa dan Tengku menghentikan niat mereka. Keduanya memang sudah lebih dari mengenal Puti. Karena mereka sudah tumbuh bersama sejak kecil, tentu saja hal itu menjadi hal yang wajar. Alfa dan Tengku tahu, jika Puti sama sekali tidak pernah mengatakan omong kosong. Puti selalu menepati apa yang sudah ia katakan, karena itulah Alfa dan Tengku sangat menurut pada Puti. Bahkan lebih daripada keduanya menurut pada orang tua mereka sendiri.
Hal ini tidak terjadi begitu alasan. Ada sesuatu yang mendasari sikap patuh Alfa dan Tengku pada Puti. Karena suatu kali, Alfa dan Tengku pernah mendapatkan hukuman dari Puti hingga keduanya tidak bisa bangkit dari tempat tidur hampir satu bulan penuh. Tentu saja, tidak ada yang menyalahkan Puti karena memang Puti sudah memberikan peringatan pada keduanya, tetapi Alfa dan Tengku tetap bertingkah dan membuat Puti melakukan apa yang sudah ia peringatkan.
Puti pun berbalik dan menatap kedua sepupunya yang tampak mengenakan pakaian santai. Sama seperti dirinya, sepertinya keduanya tidak memiliki jadwal kegiatan di luar rumah, hingga keduanya bisa datang berkunjung ke kediaman Risaldi ini. Puti pun melenggang dengan anggunnya menuju sofa dan duduk di sana dengan santai. Sebelum mengikuti langkah Puti, Alfa dan Tengku menyempatkan diri untuk menatap apa yang sebelumnya diperhatikan oleh Puti. Alfa dan Tengku merasa sangat aneh ketika keduanya menyadari apa yang sudah diperhatikan oleh Puti sebelumnya.
Alfa dan Tengku saling berpandangan. Keduanya saling memberikan kode, dan keduanya menyadari jika memiliki pemikiran yang sama. Kedua pemuda tampan tersebut lalu mengikuti Puti untuk duduk di sofa—ah, lebih tepatnya bantal besar yang empuk yang akan menyerupai sofa ketika didudki. Puti rupanya sudah membuka sebuah buku kedokteran yang tebal, dengan menggunakan kacamata bacanya, Puti tampak berkonsentrasi membaca satu per satu kata yang ia baca. Alfa dan Tengku memperhatikan dalam diam. Keduanya tengah memikirkan mulai dari mana mereka akan memulai pembicaraan ini.
Kini, ketiganya memang tengah berada di salah satu dari sekian ruang pribadi yang dimiliki oleh Puti di kediaman megah milik keluarga Risaldi ini. Kali ini, Puti memang tengah ingin menghabiskan waktunya di perpustakaan sekaligus ruang baca miliknya. Tetu saja, ini bukan satu-satunya perpustakaan yang berada di kediaman Risaldi. Ada dua perpustakaan lagi, yang terdiri dari perpustakaan umum yang bisa dimasuki oleh siapa pun, serta perpustakaan pribadi bagi Agam dan Yasmin. Untuk perpustakaan pribadi milik Puti, isinya tentu saja robuan buku yang sudah pernah dibaca oleh Yasmin. Entah itu buku pengetahuan umum, hingga ilmu kedokteran yang tentu harganya tidak murah.
Perpustakaan ini juga diisi oleh beberapa buku yang ditulis oleh Puti. Ya, hanya beberapa karena sebagian besar Puti simpan di kamar pribadinya. Puti tentu saja merasakan jika saat ini dirinya tengap diperhatikan oleh kedua sepupunya, karena itulah Puti melepaskan pandangannya dari buku yang tengah ia baca dan menatap kedua sepupunya di balik kacamata baca yang ia gunakan. Puti menelengkan kepalanya dan bertanya, “Apa yang sebenarnya ingin kalian tanyakan?”
Tengku memberikan kode pada Alfa. Tentu saja Alfa mengerti dan segera menjawab, “Kami penasaran. Apa alasan kamu memilih Nazhan sebagai bodyguard pribadimu? Padahal, ada banyak bodyguard yang jelas lebih kekar dan berpengalaman daripada dirinya, tetapi kamu malah memilih Nazahan. Apa mungkin, kami memikirkan hal yang benar? Apa mungkin kamu … tertarik padanya?”
Puti yang semula menatap datar, berubah menarik sebuah senyum yang membuat Alfa dan Tengku terkejut. “Ya, aku tertarik padanya.”
Tengku meremat tangannya cemas sembari bertanya, “Memangnya, apa hal yang membuatmu tertarik padanya?”
Puti yang mendengar pertanyaan tersebut segera meletakkan buku yang semula berada di atas pangkuannya ke atas meja. Puti melipat kedua tangannya di depan d**a lalu berkata, “Entahlah, aku hanya tertarik dan tidak bisa menjelaskan apa yang membuatku memiliki ketertarikan sebesar ini padanya. Lagi pula, aku sama sekali tidak memiliki kewajiban untuk menjelaskan apa pu termasuk hal tersebut padamu. Kalian juga tidak memiliki hak untuk menuntutku guna menjelaskan semua yang kalian inginkan.”
Mendengar jawaban Puti, Alfa dan Tengku dengan kompak menahan untuk mengerang kesal atas sikap Puti. Hei, siapa yang tidak jengkel jika mendengar jawaban Puti tersebut. Tengku terlihat kesal dan memilih untuk menenggelamkan dirinya pada bantalan lembut yang memang terlihat seperti menenggelamkan dirinya. Sementara itu, Alfa tampak belum mau menyerah. Dibandingkan dengan Tengku, Alfa memang bisa mempertahankan ketenangannya dengan lebih baik. “Tapi aku masih penasaran. Apa ketertarikan ini dalam artian positif atau negatif. Jika ini benar-benar dalam konteks negatif, kamu harus mengatakannya dan mengakuinya. Kamu tidak ingin ada hal buruk yang terjadi, bukan?”
Puti yang mendengarnya mau tidak mau mendengkus kesal. “Tenang saja, ini tidak seperti yang kalian takutkan. Mungkin, ini ketertarikan yang akan membawa kabar baik. Bukankah kalian sendiri tau, jika aku tidak pernah memiliki ketertarikan untuk memperhatikan orang lain selian Bunda dan Ayah?” tanya balik Puti membuat Tengku yang semula tidak mau kembali berbicara dengan Puti yang menyebalkan, kini terlihat menatap Puti dalam diam. Ada sesuatu yang tengah dipikirkan oleh Tengku.
“Jika ini sesuai dengan apa yang aku pikirkan, sepertinya ketertarikanmu ini mungkin akan menghasilkan rasa suka pada Nazhan. Tapi, apa kamu tidak menyadari jika Nazhan sendiri sudah memiliki seseorang yang ia sukai?” tanya Tengku.
Tengku dan Alfa memang lebih muda satu atau dua tahun dari Puti. Namun, keduanya tidak kalah pintar dari Puti. Lagi, keduanya tidak memiliki gangguan seperti Puti, yang membuat mereka tidak bisa memiliki empati pada orang-orang, termasuk pada lawan jenis. Ya, karena sosiopat yang diderita oleh Puti, ia terkadang berubah menjadi pribadi yang agresif, dan kasar. Namun, yang sudah terlalu melekat pada Puti adalah sikap antisosial, dan kurangnya rasa empati pada sesama. Karena itulah, mungkin Puti tidak akan menyadari perihal perasaan antar lawan jenis. Dan mungkin saja, saat ini tengah mengalami fase pertama dari perasaan tersebut.
Puti yang mendengar pertanyaan Tengku tentu saja tersenyum. Puti memang tidak bisa merasakan empati sebesar orang-orang normal lainnya, tetapi Puti adalah seorang pemikir yang bisa membandingkan semua yang ia lihat dan ia pelajari. Karena itulah, Puti bisa mengetahui jika Nazhan memang menyukai seseorang, lebih tepatnya menyukai Tahani. Namun, Puti tidak peduli mengenai hal itu. “Ya, aku mengetahuinya. Lalu, apa masalahnya?” tanya balik Puti dengan nada yang terdengar menjengkelkan di telingan Tengku dan Alfa. Jika saja, orang yang tengah berbicara itu bukan Puti, Tengku dan Alfa pasti sudah meninggalkan pembicaraan ini begitu saja.
“Tapi kamu bisa kecewa,” ucap Tengku sungguh-sungguh. Tengku tahu rasanya kecewa karena patah hati, dan luka seperti itu memiliki waktu yang lama untuk sembuh, melebihi waktu sembuh luka yang terlihat. Tentunya, Tengku dan Alfa tidak mau sampai Puti mendapatkan luka seperti itu dalam hidupnya. Keduanya tidak ingin sampai kondisi mental Puti semakin bermasalah.
“Tidak perlu khawatir. Kalian sendiri tahu bukan aku ini seperti apa? Aku tidak akan membiarkan apa yang aku inginkan lolos begitu saja. Bagiku tidak ada yang mustahil, dan aku akan mendapatkan apa pun yang aku inginkan, termasuk Nazhan,” ucap Puti dengan penuh percaya diri. Setelah mengatakan hal tersebut, Puti pun kembali meraih bukunya dan kembali dengan kegiatan untuk memahami setiap kata yang tertulis di sana.
Alfa dan Tengku mungkin bisa bernapas lega. Karena keduanya memang tahu, jika Puti selalu saja memiliki sejuta ide. Puti memiliki banyak sudut pandang yang memungkinkan dirinya mendapatkan sebuah ide yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Jadi, tidak menutup kemungkinan jika Puti memang pada akhirnya akan mendapatkan hati Nazhan sesuai dengan apa yang ia rencanakan. Saat ini, mungkin Alfa dan Tengku bisa sedikit bernapas lega serta menepikan masalah ini.
Hanya saja, keduanya kini tengah memikirkan Beltran. Ya, Beltran si putra Nagendra yang sejak kecil juga tumbuh bersama dengan keduanya. Beltran jelas-jelas memiliki ketertarikan yang besar pada Puti. Ah, bukan ketertarikan lagi. Beltran malah dengan terang-terangan mengatakan pada keduanya jika ia sudah jatuh hati dan mencintai Puti. Sebenarnya, hal itu sangat wajar. Puti memang menutup diri dan tidak mau berinteraksi dengan banyak orang, tetapi jika sudah mengenalnya lama, kalian bisa melihat betapa memesonanya gadis satu ini. Jadi, tidak mengherankan jika Beltran jatuh hati pada Puti.
Namun, yang menjadi masalah adalah, fakta jika ternyata Puti sudah jatuh hati pada pria lain. Mungkin, belum sampai ketahap jatuh hati, melainkan masih dalam fase ketertarikan. Namun, jika Beltran mengetahui fakta ini, sudah dipastikan jika Beltran akan sangat kecewa. Hei, selama ini Beltran sudah menunggu waktu yang sangat tepat untuk menyatakan cintanya pada Puti. Bahkan, sudah puluhan wanita yang Beltran tolak hanya untuk bersama Puti, dan menunggu Puti menyadari jika dirinya tetap di sana hanya untuknya.
**
Nazhan syok bukan main saat mendengar apa yang sudah dikatakan oleh Agam padanya. Saat ini, Nazhan memang tengah berada di ruang pribadi yang diperuntukkan sebagai ruang kerja Agam di kediaman Risaldi. Hari ini, Agam memang tidak berangkat ke kantor untuk bekerja dan memilih untuk mengerjakan semua tugasnya di rumah pribadinya. Setiap minggu, Agam memang akan memiliki jadwal untuk tetap berada di rumah, di luar libur mingguannya. Tentu saja, berdiam diri di rumah pun, Agam tetap dengan tugasnya sebagai seorang pemimpin perusahaan besar.
“Apa saya tidak salah dengar, Tuan?” tanya Nazhan masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar beberapa saat yang lalu.
Agam menghela napas dan mengangguk. Ia meninggalkan kursi kerjanya dan memilih untuk berpindah tempat dengan duduk di samping Yasmin yang baru saja menuangkan teh hangat untuknya. Di ruang kerja tersebut, memang bukan hanya ada Agam dan Nazhan saja. Ada pula Yasmin dan Puti di sana. Jika Yasmin sibuk menyiapkan teh dan camilan untuk keluarga kecilnya, maka Puti sibuk dengan buku kedokteran yang tampaknya belum selesai ia baca. Puti seperti tidak peduli dengan apa yang terjad di sekitarnya, tetapi sebenarnya telinga Puti tentu saja bisa menangkap semua yang ia dengar dengan detail.
Setelah menyesap tehnya, Agam pun menatap Nazhan yang kini sudah berpindah berdiri di belakang kursi yang diduduki oleh Puti. Melihat keduanya, Agam merasakan ada hal yang aneh. Entah kenapa ia merasa jika Puti memilih seorang bodyguard yang sangat cocok. Ya, sangat cocok dengannya. Puti yang cantik terlihat didampingi oleh pengawal yang tampan, keduanya tampak serasi. Namun, hal itu membuat Agam jengkel. Ya, jengkel. Apalagi mengingat apa yang sebelum ini, putrinya kembali meminta sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya dengan apa yang tengah direncanakan dan dipikirkan oleh putri kesayangannya itu.
“Kau sama sekali tidak salah dengar. Apa yang kau dengar memang benar. Mulai besok, kau akan ikut kuliah dengan Puti,” ucap Agam tegas. Namun, Nazhan yang mendengar hal itu tentu saja masih tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya diperintahkan oleh tuan besarnya itu.
“Tapi, saya hanya serang bodyguard, kenapa saya haru ikut berkuliah?” tanya Nazhan tidak bisa menahan diri untuk mempertanyakan apa yang tidak ia mengerti.
Namun, Agam sendiri sama sekali tidak memiliki penjelasan yang bisa menjawab kebingungan oleh Nazhan. “Aku hanya mengikuti keinginan putriku. Jadi, kau ingin penjelasan detailnya, tanyakan saja putriku. Aku sendiri tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh putriku,” ucap Agam agak kesal dan memilih memeluk istrinya yang sebelumnya tengah mengupas apel. Yasmin sendiri menampar tangan Agam yang memeluk bahunya erat-erat. Tentu saja Yasmin kesal dengan tingkah Agam yang membuatnya tidak bisa melanjutkan kegiatannya yang tengah mengupas apel.
“Lepaskan, aku tidak bisa melanjutkan mengupas buah! Hei, lepas! Nanti kamu terluka.” Yasmin memberikan isyarat dengan jengkel.
Sayangnya, Agam sama sekali tidak mau menurut. Agam malah mengeratkan pelukannya pada Yasmin dan membuat Yasmin semakin kesal saja. Melihat tingkah kedua orang tuanya, Puti sama sekali tidak bisa menahan diri untuk bangit dan berkata, “Puti kembali ke kamar.”
Agam dan Yasmin tentu saja memberikan izin untuk Puti. Kini, Puti sudah ke luar dari ruang kerja Agam dan melangkah menyusuri lorong dengan Nazhan yang mengikutinya. Puti terlihat susah payah dan kesulitan membawa buku kedokteran yang tebal. Karena itulah, Nazhan menyusul langkah Puti dan berkata, “Nona, biarkan saya yang membawa bu—”
Belum juga selesai dengan apa yang dikatakannya, Nazhan sudah mendapatkan buku yang ternyata memang cukup berat tersebut. Puti menyerahkan buku tersebut, bahkan tanpa menoleh sedikit pun pada Nazhan. Kini, Nazhan kembali mengikuti Puti yang masih berjalan menyusuri lorong tanpa mengatakan sepatah kata pun. Namun, begitu sampai di persimpangan lorong, Puti menghentikan langkahnya dan menghadap Nazhan yang untugnya berhenti tepat waktu. Puti menatap Nazhan yang tentu tampil dengan setelan jas serupa dengan para bodyguard yang ada di kediaman Risaldi ini.
“Apa kamu masih penasaran atas alasan apa aku memintamu untuk kuliah di kampus yang sama denganku?” tanya Puti to the poin.
Nazhan tentu saja tidak bisa berbohong. Nazhan mengangguk. “Saya tentu saja penasaran,” jawab Nazhan.
“Aku akan memberikan penjelasannya, tapi panggil namaku tanpa menggunakan embel-embel nona. Sekarang, panggil namaku,” ucap Puti memberikan syarat pada Nazhan.
Nazhan tampak ragu. Tentu saja Nazhan ragu jika dirinya harus memanggil nama Puti begitu saja tanpa panggilan hormatnya sebagai seorang pengawal. Namun, sekali saja Nazhan rasa tidak apa-apa. Lagipula di sini tidak ada siapa pun, dan Nazhan tahu jika nona muda yang ia layani ini tidak akan mengingkari apa yang sudah ia katakan sebelumnya. “Puti,” panggil Nazhan pelan.
Puti yang mendengarnya memiringkan kepalanya sedikit. Gerakan Puti tersebut terlihat anggun. Siapa pun yang melihatnya tentu saja akan merasa jika Puti sangat memesona sebagai seorang gadis. Jika saja, Nazhan lebih dulu mengenal Puti daripada mengenal Tahani, Nazhan sendiri tidak yakin jika hatinya akan dimiliki oleh Tahani sekarang. Puti tanpa sadar menarik sebuah senyum. Senyuman pertama yang Nazhan lihat dari nona mudanya tersebut. “Baik, aku puas dengan apa yang kamu lakukan. Jadi, aku akan menjelaskan apa alasanku membuatmu ikut kuliah denganku.”
Nazhan mengangguk lalu memasang telinganya baik-baik untuk mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya tersebut. Apa yang dilakukan oleh Nazhan tersebut mau tak mau membuat Puti merasa sangat geli dengan tingkah Nazhan tersebut. Namun, Puti masih menatap Nazhan dengan datar, tanpa riak emosi yang berarti. “Aku ingin kamu mengikutiku ke mana pun, dan kapan pun itu. Selain itu, aku yakin kamu tidak akan kesulitan untuk mengikuti perkuliahan. Aku tau, jika kamu berbeda dengan bodyguard yang lainnya. Kamu memiliki pendidikan tinggi, dan aku yakin kamu memiliki titel yang sudah kamu dapatkan setelah menemuh pendidikan tinggimu itu.”
Nazhan yang mendengarnya jelas terkejut. Sepertinya, setelah dipilih menjadi pengawal pribadi Puti, Nazhan tidak henti-hentinya dibuat terkejut dengan pemikiran dan apa yang dikatakan oleh Puti. Lebih dari itu, Nazhan penasaran, kenapa bisa Puti mengetahui semua hal yang ia sembunyikan? Dimulai dari warna matanya yang ia tutupi menggunakan kontak lensa, hingga jenjang pendidikannya yang bahkan tidak disebutkan dalam resume. Sekarang, Nazhan merasa sangat gugup. Ya, ia gugup karena takut jika Puti malah sudah mengetahui identitas aslinya. Identitas asli yang sudah susah payah Nazhan sembunyikan hingga bisa mencapai posisi saat ini. Puti yang menyadari kekalutan Nazhan hanya bisa tersenyum tipis. Puti pun berbalik memunggungi Nazhan sembari berkata, “Ini terlalu awal untuk terkejut dan merasa bingung, Nazhan. Sebaiknya, mulai saat ini kamu menyiapkan diri.”