Sudut hati Zahra merasa tidak nyaman ketika mengingat ‘pria asing’ itu. Apalagi setiap ingin membicarakannya dengan Azka, mulut Zahra seolah ke kunci secara otomatis. Ada prasangka kurang baik menelusup hatinya jika Azka sampai mengetahui hal itu. Bukan karena Zahra takut Azka akan marah dan melawan, tapi justru sebaliknya. Ia takut, khawatir dan tidak ingin melibatkan Azka dalam bahaya. Orang bodoh saja bisa melihat dan menilai bahwa ‘pria asing’ itu berbahaya dalam artian sesungguhnya. ‘Apa yang harus hamba lakukan, Yaa Rabb. Rasa tidak nyaman ini ingin sekali aku bagi dengan Mas Azka. Tapi bagaimana jika aku melibatkannya dalam bahaya?’ Dalam diam, Zahra bergelut dengan pikirannya dan mengabaikan hal di sekitarnya. Dessert yang tadinya menjadi makanan menggugah selera, hanya di aduk-