Bab 3

1109 Kata
Hola gengs... Aku apdet lagi.. Happy wedding eh reading.  ________ Waktu menunjukkan pukul tujuh malam saat keluarga Felix baru saja selesai dengan makan malam nya. "Jadi hari senin kamu udah kerja di butik mama kamu?" Tanya tante Yuna membuka percakapan. Lucy tersenyum "Iya tan. Tadi butik lagi sementara di kerja untuk tambah ruang kerjaku nanti" jawab nya. "Terus orang tuamu tetap di jerman gak ikut balik ke indonesia?" Sahut papa Felix yang notabenenya adalah orang Jerman. "Katanya mau nyusul kalau kerjaan papa di sana sudah selesai. Selama mereka belum ke indonesia aku nanti akan tinggal di butik setelah tempat itu di bersihkan" "Kamu tinggal di sini saja. Rumah ini masih punya banyak kamar kosong untuk kamu tempati atau tinggal satu kamar sama Felix juga gak masalah" celetuk Tante Yuna. Uhukkk... Felix tiba tiba tersedak air yang sementara ia minum lalu menatap mama nya. "Kita kan belum nikah masa udah tidur satu kamar?" jawab Felix. Papa felix yang duduk dekat dengan putra nya menepuk bahu Felix "Kalian akan menikah sebentar lagi kenapa harus takut jika hanya tidur satu kamar" katanya. Felix tercengang, dia menoleh menatap Lucy yang seperti menahan tawanya. Bola mata Felix memutar tak tentu arah. Oh astaga yang benar saja. "Lucy akan tinggal di rumah ini tapi aku tidak setuju tidur satu kamar sebelum kita menikah" Ucap Felix menekankan. Lucy menatap Felix lalu mengedikkan bahu masa bodoh seakan mau tidur di manapun asal layak untuk di tempati itu tidak masalah. Papa Felix tertawa dengan suara bariton itu, padahal biasanya Felix akan takut dengan papa nya yang satu ini. "Anak papa ini memang pantas di andalkan. Tidak salah kamu yang bakal mewarisi perusahaan nanti" katanya. Felix berdecih pelan, lagi lagi tentang perusahaan. "Oh ya Lucy. Kamu boleh tinggal di sini tidak usah di butik. Lagian di sana pasti kamu akan kesepian mending di sini saja" Sahut Tante Yuna. Namun tiba-tiba ponsel mama Felix berbunyi dan wanita itu menjawabnya. "Oh Iya saya akan segera ke sana" Tante Yuna kemudian menatap anggota keluarga nya. "Kalian lanjutkan saja aku mau ke klinik dulu, ada pasien yang harus segera di tangani" dan mama Felix pun segera bergegas. Felix menghela nafas, padahal baru saja dia bisa berkumpul bersama sama seperti ini namun mamanya harus kembali bertugas. "Papa juga mau ngecek data perusahaan. Papa tinggal kalian berdua ya" kemudian Papa Felix nyusul meninggalkan meja makan dan hanya menyisakan Felix dan Lucy. "Kamu gak protes sih di suruh tinggal sekamar sama aku" ucap Felix. Alis Lucy terangkat "Protes kenapa? Kan tidur sekamar cuman tidur aja kan gak lain lain?" jawab Lucy masih saja sepolos tiga tahun lalu. Felix rasanya ingin menjedukkan kepalanya di meja makan jika tidak ingat hasilnya pasti akan sakit. Dia menatap tunangan nya horor. Tidak semua orang yang berbeda jenis itu tinggal satu kamar hanya sekedar tidur apa lagi Lucy adalah tunangan nya, jangan sampai sebelum hari jadi mereka sebagai suami istri Felix sudah merebutnya duluan. Felix menyayangi Lucy seperti dia menyayangi nyawanya. Lucy adalah segalanya bagi Felix, dia akan melindungi Lucy sebisa yang ia mampu dan tidak akan pernah merusak Lucy. "Pokoknya kamu tetep tinggal di sini tapi bukan sekamar sama aku ngerti! Bisa bahaya!" Seru Felix. Lucy terlihat santai dengan meminum air mineral dari gelas sambil melirik Felix lalu meletakan gelas yang sudah kosong ke meja. "Bisa bahaya kenapa? Aku kan bukan psikopat atau pembunuh bayaran" jawab Lucy. Felix memijit keningnya "Terserah lah yang penting kamu gak boleh sekamar sama aku. Oke!" Lucy mengedikkan bahu "Tidak masalah" katanya. Felix menghela nafas lega, semoga saja Lucy yang ia kenal ini menepati apa yang di katakan. Karena lucy memang gadis polos yang banyak berubah sejak tinggal di jerman tapi tidak menampik jika gadis itu juga keras kepala. _______ Srakk... Gama membuka tirai jendela kamar nya sambil menatap pemandangan malam hari lewat jendela kaca besar itu. Gama membalik badan dan bersandar di sana. Mata nya di pejamkan lalu menghembuskan nafas panjang berkali kali. Sebelah tangan di masukkan di saku celana. "Jadi lucy sampe sekarang belum ingat sama kamu?" Tanya Dewa yang baru masuk ke kamar Gama sambil mengigit buah apel merah. Mata Gama melirik sahabat nya itu. Sekali lagi dia menghembuskan nafas sebelum menghampiri Dewa. Dewa duduk di pinggiran meja dan Gama berdiri di dekat tempat tidur mengambil ponselnya. "Aku merasa jadi orang asing lagi saat Lucy mengulurkan tangan memperkenalkan diri" jawab Gama kemudian mendudukkan diri di pinggir tempat tidur. "Nah baru tau kan rasanya di campakkan itu kayak gimana. Makannya kalo udah di kasih kesempatan di manfaatkan dong" Cibir Dewa lalu menggigit apelnya lagi. Gama menatap Dewa malas "Tadi kamu sendiri pas ketemu sama Lucy dia ada bicara gitu sama kamu?" Dewa terlihat berpikir "tidak juga, dia kan lupa ingatan. Lucy cuman senyum aja sekilas pas papasan, gak ada nyapa tuh. Kayaknya beneran lupa deh" jawabnya. Gama membuka screen hp nya di sana ada foto Lucy yang ia ambil diam diam dari sosial media gadis itu, namun sejak kecelakaan beberapa tahun itu Lucy tidak pernah memposting foto terbaru nya lagi. "Terus pas tau Lucy kayak gini lo mau apa Gam. Aku pernah denger orang kalo lupa ingatan karena kecelakaan itu gak bisa di paksa buat ingat soal masa lalu nya" Kepala Gama bergerak menatap Dewa. "Entahlah Dew. Gak tau juga mau apa, mungkin perlahan mulai deketin Lucy lagi agar pelan-pelan dia ingat siapa aku di kehidupan nya" ucap Gama. Dewa mangguk mangguk. "Aku kasih saran mendingan kamu  jangan kasih tau Lucy sekarang deh, nanti pas Lucy ingat lo suka buat hati cewek itu sakit nanti dia malah jauhin kamu" kata Dewa. Gama mengacak rambutnya Frustasi. Bukan hanya sekali dua kali dia menyakiti hati Lucy, tapi berkali kali selama sembilan tahun dan rasa penyesalan itu memang selalu ada di belakang. Dewa mendekati Gama dan menepuk pundak sahabatnya itu. "Udah pernah gue bilang. Umur itu cuman angka kalo emang suka kenapa di tahan. Embat ajalah gak usah sok pasang ego tinggi kayak gini. Banyak kok orang nikah yang usianya terpaut jauh" ucap Dewa lagi. Gama mendongak, Dewa benar, kenapa dulu dia tidak mendengarkan apa kata Dewa. "Lucy sama cowok itu deket banget entah apa hubungan mereka aku juga gak tau. Tapi serius deh Gam, kalo kamu gak gerak cepet Lucy gak bakal balik sama kamu dan aku yakin seumur hidup lo bakal nyesel" lanjut Dewa. Gama berdiri, dia sedikit mendorong Dewa yang berdiri tepat di depannya. "Aku gak tau kamu ini sedang ngasih saran atau nyumpahin?" sahut Gama bernada ketus, cowok yang hampir berkepala tiga itu melewati Dewa sambil berjalan keluar dari kamar meninggalkan Dewa. Dewa sendiri hanya menggeleng pelan, ia harap Gama tidak salah ambil keputusan lagi. Tapi jika untuk mendapat kan hati Lucy kembali ini masih belum terlambat. Masih ada kesempatan untuk Gama menyatakan perasaan nya pada Lucy dan kali ini semoga itu berjalan lancar. Mengembalikan ingatan yang terlupakan itu memang tidak mudah tapi percayalah jika hati tidak pernah berbohong. _________ To be Continue Jangan lupa tinggalkan pesan kalian di kolom komentar ya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN