Bab 6

1304 Kata
Terima kasih udah ngasih support buat aku.. Happy reading... ______ Gama baru saja selesai dengan rapat bersama beberapa direktur perusahaan. Selama tiga jam akhirnya dia bisa selesai dengan rapat itu. "Gama entar sore ada janji temu sama SM company" seru Bian. Gama menghentikan langkah tiba-tiba. "SM company?" katanya balik. "Kenapa? Karena itu perusahaan keluarga Felix jadi kamu bakalan nolak?" tanya Bian "Haduh Gama. Kamu ini udah gede bukan bocah 17 tahun lagi. Gak usahlah bersikap kayak anak abg lagian SM company juga perusahaan besar jika kita bisa bekerja sama sama mereka itu pasti akan menguntungkan" Lanjut Bian. "Bukan itu Bi. Negatif banget sih kepala lo" Sahut Gama lalu mereka masuk ke dalam mobil. Bian menyusul duduk di kursi kemudi "Lah terus kenapa ekspresi lo tadi kayak mau makan ayam goreng?" Bian mulai melajukan mobilnya. "Hanya kepikiran bakalan ketemu sama Felix, tunangan Lucy. Jangan sampe nanti aku malah hilang kendali dan ngehajar bocah itu" jawab Gama. "Felix lagi felix lagi" Ucap Bian mencemooh "Profesional dong Gam. Ah elah usia udah tiga puluhan juga masih aja kayak gini" Ejek Bian. Gama melirik Bian kesal "Mau gue pecat jadi asisten ya" geram Gama. Bian mengedikkan bahu "Terserah aku mah gak peduli lo mau pecat gue apa kagak yang jelas nantinya juga kamu yang bakalan keteteran nyari asisten yang berkompeten kayak aku gini" sahut Bian dengan lagak percaya diri yang begitu tinggi. Gama menghembuskan nafas rendah. "Kapan tepatnya acara pernikahan owner Russel Group?" tanya Gama mengalihkan pembicaraan. "Lusa" jawab Bian sambil membelokkan mobil ke arah basement. "Jadi ke sananya kamu mau pergi sama siapa, Karin atau siapa? Atau mungkin kamu udah pinya kandidat lain?" "Gak ada yang bakalan pergi kesana sebagai pasanganku. Aku akan pergi sendiri" Jawab Gama. Lelaki itu turun dari mobil lebih dulu sebelum di susul Bian di belakangnya. "Eh Gama. Kamu seriusan ini mau pergi tanpa pasangan ke sana?!" Seru Bian namun Gama sudah hilang di balik pintu Lift meninggalkan Bian. Bian berdiri menatap lift sambil geleng geleng. ________ Pukul 15:00pm Bian sebagai asisten Gama menjelaskan perincian mengenai software yang sedang di kembangkan oleh perusahaan Gama. Bahkan perusahaan yang Gama dirikan pun mulai melangkah masuk ke perkembangan terkini dalam dunia Game. Secara detail Bian jelaskan tanpa kurang sedikitpun sesekali ada pertanyaan mengarah pada Bian dan pria itu menjawabnya. William tersenyum bangga tanda ia puas dengan presentasi Bian meskipun si pemilik dari perusahaan software ini sendiri tidak bisa hadir. Bian berbincang bincang sebentar dengan William dan beberapa bawahannya. Lelaki berdarah jerman itu akhirnya setuju untuk bergabung dengan sistem yang di rancang oleh Gama untuk memperkuat sistem perusahaan nya sendiri yang beberapa kali kena Hack dan kehilangan beberapa data penting. William juga akan ikut ke dalam perkembangan Game sebagai sponsor. Bian menghela nafas lega setelah rapat itu selesai. Dalam hati dia mengumpat kesal dengan sifat kekanakan Gama yang tadinya siap untuk berangkat tiba tiba pura pura tidak enak badan. Tapi Syukurlah ternyata William orangnya tidak seburuk apa yang ia pikirkan sebelumnya. Bian keluar dari ruang rapat dan di sana dia tanpa sengaja berpapasan dengan Felix. Cowok itu menatap Bian tajam menandakan ketidak sukaannya namun bian tersenyum ramah lagian masalah Felix kan sama Gama bukan dengan dirinya. Felix bersikap tak peduli sambil melewati nya begitu saja. Bian berdecih pelan lalu pergi dari tempat itu kembali ke perusahaan di mana Gama berada. Di lihatnya Gama masih sibuk dengan komputer dan beberapa alat lain menemani pekerjaan nya. Bian duduk dengan lelah di sofa ruangan Gama. "Hebat ya pura pura sakit tapi sekalinya aku balik kamu sudah sehat kayak gini" Gerutu Bian. Gama mengangkat wajah menatap Bian dengan muka lelahnya. Setelah itu dengan sok tak pedulinya Gama kembali membuat formula di dalam komputernya untuk bisa mengakses apapun yang terhubung dengan ponsel Lucy atau sosial media perempuan itu. Namun tiba tiba Gama menggebrak meja membuat Bian terlonjak kaget. "Sialan lo bikin gue kaget aja" maki Bian. Gama berjalan keluar dari ruangan itu sedangkan Bian mengusap dadanya karena kekagetan yang di buat Gama barusan. Gama mengemudikan mobilnya menuju butik Lucy. Ini masih jam kerja pasti perempuan itu masih ada di sana dan sekarang ia ingin sekali bertemu dengan Lucy. Tiba di sana Gama mencari keberadaan wanita pujaannya yang ternyata masih melayani beberapa pelanggan sekaligus. Menatap perempuan itu cukup lama. Ada rasa sesak di hati Gama saat menyadari jika perempuan itu adalah perempuan yang sama yang telah mencintainya selama sembilan tahun namun begitu Gama sadar akan perasaan nya sendiri, Lucy justru melupakan nya. Kakinya melangkah mendekati Lucy. Lucy yang menyadari kehadiran Gama langsung tersenyum ramah seperti biasanya. "Hai pak Gama" sapa Lucy. Gama tersenyum geli. Pak Gama? Mendengar Lucy memanggilnya dengan sebutan 'pak' tiba-tiba membuat perutnya geli. Memang usianya cukup jauh di bandingkan dengan Lucy namun mendengar Lucy memanggilnya dengan sebutan seperti itu ada rasa tidak suka jauh di dalam hatinya. "Aku lebih suka kamu memanggilku Gama atau apa saja asal jangan 'pak'" ucap Gama. "Bagaimana kalau aku panggil om" ucap Lucy. Gama tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Om? Sejak kapan dirinya menikah dengan adik dari mama lucy? "Tidak. Kurasa lebih baik Gama saja" ucap Gama. "Oh ya Lucy. Bisa kita bicara sebentar?" lanjutnya. Lucy mengerutkan dahi sambil melihat pengunjung yang lumayan banyak. "Aku–" "Sebentar saja" sahut Gama. "Baiklah. Silahkan masuk ke ruanganku" Jawab Lucy mempersilahkan. "Silahkan duduk pak eh maksudku Gama" Lucy mempersilahkan Gama duduk. "Apa yang ingin anda katakan?" Kalimat Lucy terdengar begitu formal di telinga Gama. Meskipun baru tiga tahun tapi rasanya Gama ingin Lucy dan sikap manja gadis itu padanya kembali agar tidak ada kata 'anda' di antara mereka. "Oh ya bagaimana dengan Lucy mu? Apa di baik baik saja? Mungkin anda bisa mempertemukan kami agar aku juga bisa melihat Lucy mu" "Aku pasti akan mempertemukan kalian tapi bukan sekarang. Aku hanya punya pertanyaan jika aku ingin pergi ke suatu acara besar menurutmu apa yang harus aku pakai?" ucap Gama. Entah kenapa malah kalimat tidak berguna itu yang keluar dari mulutnya padahal tadi dia ingin mengatakan 'Apa kamu sungguh tidak mengingatku?' tapi ujungnya Gama urungkan. Lucy tertawa kecil, astaga ternyata hanya hal seperti ini? Tadinya Lucy pikir ada hal penting. "Aku bisa membantu, di sini banyak pakaian yang mungkin akan kamu butuhkan kamu bisa memilihnya" "Tapi aku ingin kamu yang memilihkannya untukku" sahut Gama. Lucy tersenyum "Baiklah tidak masalah" "Boleh ku tau nomor ponselmu agar aku bisa merekomendasikan butikmu ini ke temanku yang lain" "Tentu saja" sahut Lucy tanpa pikir panjang dia tidak tau jika itu adalah salah satu strategi Gama untuk membajak ponselnya. Yang Lucy tau cukup Gama yang tampan meminta nomor ponsel nya. Gama tau ini tindakan kurang ajar menurut sebagian orang. Tapi untuk mengetahui Lucy lebih dalam Gama rela melakukan apapun bahkan suatu hal yang di luar dugaan apa yang orang bayangkan. _______ Saat malam tiba Gama duduk bersandar di bahu ranjang sambil memangku sebuah mac. Dia mengutak atik mac nya dan memasukkan nomor ponsel Lucy begitu Gama menekan tombol enter dia bisa melihat plafon putih tanda dia berhasil menguasai ponsel pintar perempuan itu. Tak lama ponsel lucy terlihat bergetar seperti sementara di bawa lalu terdengar orang saling berbicara dan pintu tertutup. Gama memutar ke kamera depan hingga wajah Lucy terlihat dari bawah dengan rambut tergerainya. Gama tersenyum. Ponsel kembali bergerak tidak jelas sebelum wajah Lucy memenuhi layar mac Gama. Lucy sekarang dalam posisi tengkurap memainkan ponsel. Gama membuat dua layer di layar mac, sebelah kiri layar menghadap Lucy dan sebelah kanan adalah layar hp Lucy, Gama bisa melihat apa yang di lakukan Lucy di hp nya. Lucy terlihat berkirim pesan melalui w******p di salah satu grup chat dan sialnya Gama tidak tau apa yang mereka bicarakan karena Lucy mengetiknya menggunakan bahasa Jerman. Jengah melihat chat yang tidak Gama tau artinya, lelaki itu mengacak acak isi galeri ponsel Lucy melihat foto foto di dalam sana. Dari kebanyakan album rata-rata semua terisi dengan gambar desain baju juga gambar pemandangan pantai. Gama kembali membuka folder lain hingga dia di buat kaget sambil meneguk salivanya sendiri. Sial! Bagaimana bisa Lucy berfoto dengan pakaian seperti ini? Tanpa sadar Gama menggeram mencengkeram mac yang sedang dia pangku. Ternyata waktu 3 tahun cukup membuat tubuh Lucy lebih berisi dari sebelumnya. Dan Gama menginginkan itu. Namun membayangkan jika tubuh itu sudah di sentuh oleh Felix, Gama rasanya ingin langsung membunuh Felix saat itu juga. _______ To be continue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN