"Kau benar-benar keterlaluan Arsene!" seru Oliver dengan ekspresi menggelap. Auranya yang dominan sungguh membuat seisi ruangan menjadi mencekam pun juga menakutkan. Pagi ini, awalnya Oliver tampak santai memasuki ruang kerjanya. Baru saja selesai menyesap kopi yang terhidang di meja, Arsene terlihat masuk. Berbincang sejenak soal pekerjaan, kemudian menyampaikan kabar soal keinginannya menikahi Olivia sesegera mungkin. Oliver tentu saja berang. Tidak menyangka pria muda yang selama ini susah payah ia rawat mengambil keputusan tanpa melakukan pertimbangan panjang terlebih dahulu. Lebih-lebih keputusan pria itu menurutnya membahayakan banyak pihak. "Dengarkan dulu penjelasanku, Uncle ---" "Cukup, Arsene!" potong Oliver seolah tidak memberikan kesempatan pria muda itu menyampaikan terleb