Kecupan

1068 Kata
Masih di hari minggu yang sama. Setelah acara berenang mereka yang tidak berlangsung lama, kini keduanya sudah berada di dalam kamar masing-masing untuk berganti baju. Stella memutuskan untuk memakai kaos pendek model crop top yang mempertontonkan perut datarnya dan rok pendek sebatas setengah paha yang model pias. Dengan bersenandung kecil, Stella keluar dari kamarnya menuju dapur. Hidup berdua saja bersama Juan dan menempati rumah sebesar ini terkadang membuat Stella kewalahan. Dia harus bisa mengatur waktu untuk membersihkan rumah agar tetap bersih. Stella pernah bertanya mengapa Juan tidak mempekerjakan seorang maid untuk mengurus rumah sebesar ini. Dan Omnya itu menjawab jika dia tidak suka ada orang asing yang masuk ke dalam teritorialnya. Sehingga Stella tidak bisa menentang keputusan Juan. Pagi ini dia memutuskan untuk memasak nasi goreng saja. Juan paling suka dengan nasi goreng udang buatannya. Terkadang pria itu malam-malam setelah pulang dari kantor akan membangunkannya untuk membuatkan makanan tersebut. Sibuk dengan kegiatannya memasak, Stella tidak menyadari jika ada seseorang yang terus memperhatikannya. Ya, dia adalah Juan, yang tampak mempesona dengan kaos oblong hitam dan celana belel pendek berwarna biru. Juan bersidekap, mengamati semua pergerakan Stella. Bagaimana dengan lincahnya gadis itu menggerakkan spatulanya, dan goyangan pinggulnya yang mengikuti irama lagu yang berputar dari HP-nya. DOR "Kyaaa... " Stella memekik karena terkejut akan seruan Juan yang mengagetkannya. Sehingga tanpa sadar dia memukul pelipis pria itu dengan spatula yang dia pegang. "Aduhh.. " ringis Juan memegangi pelipisnya. "Ya Tuhan, maaf Om.. Stella bener-bener nggak sengaja." ujar Stella merasa bersalah. Juan tak menjawab, dia justru mempoutkan bibirnya tanda kesal. Stella mematikan kompornya dan menarik Juan untuk duduk di kursi makan. Dia lalu keluar sebentar untuk mengambil kotak P3K yang ada di ruang keluarga. "Kamu tega banget mukul Om." kata Juan memelas. "Om sih tiba-tiba ngagetin Stella. Sekarang jadi kena pentuk kan." dumel Stella sembari memasangkan hansaplast di pelipis Juan yang terluka. "Sakit ya, Om?" tanya Stella karena sedari tadi Juan hanya diam. "Iyalah." jawab Juan ketus. Stella terkekeh. "Ututu kasihan banget Omnya Stella." "Kamu ya, nggak ngerasa bersalah malah ngeledek Om." kesal Juan. "Makanya Om jangan jahil." ledek Stella. Juan hanya menatapnya tajam dan membuang wajahnya. "Om tunggu sini aja deh, Stella mau lanjut masak." kata Stella akan beranjak. "Enak aja. Kamu bikin pelipis Om luka main pergi aja." gerutu Juan menahan lengan Stella. "Kan udah Stella obatin." balas Stella mengernyit. "Kurang. Harus dicium biar cepet sembuh." ujar Juan. "Mana ada aturan gitu." jawab Stella heran. "Kata Oma kamu dulu, kalau lagi luka terus dicium itu bikin cepet sembuh." jelas Juan mulai mengada-ngada. "Beneran Om?" tanya Stella. "Iya." balas Juan tersenyum menyeringai karena Stella gampang sekali dimanipulasi. "Y-Ya udah kalau gitu, Stella cium tapi Om jangan gerak ya." kata Stella terbata. Dia lalu membungkukkan tubuhnya. Juan mengangguk kecil dan diam. Stella mulai memajukan tubuhnya dan.. Cup Kecupan kecil itu mendarat di pelipis Juan yang terlapisi hansaplast. Stella bermaksud untuk menjauhkan dirinya dari Juan, tapi pria itu justru menarik pinggangnya sehingga kini gadis itu sudah berada di pangkuan Juan. "O-Om.. " cicit Stella gugup. Juan memeluk Stella dengan erat dan menyenderkan kepalanya di d**a gadis itu. Dia sengaja membenamkan wajahnya di d**a gadis itu, menghirup aroma yang menguar di antara belahan d**a Stella yang terlihat. "Geli Om." kikik Stella karena merasakan hidung mancung Omnya menggesek kulit dadanya secara langsung. Juan semakin nakal dengan mengecupi area tersebut. Membuat Stella yang baru pertama kali merasakan itu menjadi meremang. "Enggh.. Om." rintih Stella merasa aneh pada tubuhnya. Sama seperti yang dia rasakan ketika berada di kolam renang tadi. Juan bergumam, dan mendongak sehingga kini jarak di antara keduanya sangat dekat. Cup~ Stella mengerjap, merasakan sesuatu yang kenyal baru saja menyentuh bibirnya. Sepersekian detik gadis polos itu mematung memahami apa yang baru saja terjadi. "Wajah kamu lucu banget, Stel." tawa Juan pecah melihat raut wajah Stella. "O-Om tadi nyium Stella?" cicit Stella dengan kedua matanya berpendar tidak percaya. "Terus kenapa? Wajar donk, kan kita keluarga. Om tadi juga cuma ngecup bibir kamu aja, belum sampai nyium." kata Juan santai. "E-Emangnya boleh, Om?" tanya Stella gampang sekali dibodohi. "Boleh-boleh aja kok." balas Juan menahan diri untuk tidak menyeringai karena baru saja membohongi Stella. "Tapi Stella malu, Om. Jangan gitu lagi ya." ujar Stella menangkup kedua pipinya yang memerah. "Bukannya tadi waktu kita renang kamu bakalan ngabulin semua permintaan Om?" tanya Juan tersenyum smirk. "I-iya sih." jawab Stella gugup. "Ya udah, jadi Om bebas mau minta apa aja ke kamu." kata Juan santai. Stella hanya menghela napas pasrah dan setuju. Dia ingin bangkit, tapi Juan sepertinya tidak ingin Stella beranjak dari pangkuannya. "Kenapa lagi sih, Om?" tanya Stella mulai bete. "Mau ngecup bibir kamu lagi. Rasanya bikin nagih." kata Juan tanpa malu. "Ap-umphh.. " Ucapan Stella terpotong karena Juan sudah lebih dulu mengecup bibirnya. Pria itu hanya menempelkannya saja tanpa menggerakkannya. Untuk saat ini Juan akan membuat Stella terbiasa dengan ini. Stella membeku merasakan benda kenyal itu kembali hinggap di bibirnya. Darahnya berdesir, begitu bibir Omnya yang terasa kasar menempel pada bibirnya yang ranum. Juan tersenyum setelah kembali mengecup bibir keponakannya itu. Dia kembali memeluk Stella dengan erat dan menyembunyikan wajahnya di ceruk gadis itu. "Mulai sekarang Om akan sering ngelakuin ini ke kamu." bisik Juan yang membuat Stella meremang karena napas hangat pria itu mengenai kulit sensitifnya. "Ya udah, lanjutin masak sana. Om udah laper banget dari tadi." suruh Juan setelah puas bermanja dengan Stella. Dengan kikuk Stella beranjak dari duduknya dan kembali melanjutkan acara memasaknya yang tertunda. Selama memasak, pikiran Stella dipenuhi dengan sikap Juan yang mulai aneh. Berbeda dengan Stella, Juan justru tak dapat menahan senyumnya setelah berhasil mencuri first kiss keponakannya. Bermodalkan kebohongan, Juan akan membuat Stella tunduk padanya dan mau menuruti semua yang dia inginkan. Masakan yang Stella masak sudah terhidang di atas meja makan. Stella lalu menuangkan dua gelas s**u hangat untuk minuman mereka. Gadis itu hendak duduk di sebrang Juan namun pria itu dengan sikap diktatornya menyuruh Stella untuk duduk di sampingnya. "Padahal nggak ada bedanya loh Stella duduk di sana atau di sini." decak Stella. "Jelas beda. Kalau kamu duduk di samping Om, Om jadi gampang ngelakuin ini." serobot Juan dengan mengangkat tubuh Stella ke atas pangkuannya. Stella terkesiap karena Juan mengangkatnya tanpa aba-aba. Untung saja dia dengan refleks memegang bahu Omnya agar tidak oleng. "Ih, Om... Kita kan mau sarapan. Kenapa Om bawa Stella duduk di sini sih." rengek Stella berusaha melepaskan diri. "Inget, kamu harus nurutin semua permintaan Om." kata Juan tersenyum penuh kemenangan. Sudut bibirnya terangkat sombong. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN