Sentuhan

1481 Kata
Juan Perwira, pria matang yang akrab dipanggil Juan itu menelan ludahnya kasar melihat kemolekan tubuh gadis yang sedang meliuk-liukkan badannya di dalam air kolam yang jernih. Minggu pagi ini, keponakannya Stella tengah asik berenang di dalam kolam yang terletak di samping rumahnya. Tidak ada siapapun, hanya ada Stella dan juga dirinya yang tengah terduduk di gazebo dengan koran di tangannya. "Om Juan nggak ikut renang? Seru loh, Om." kata Stella, gadis cantik berusia 17 tahun itu. Saat ini Stella memakai baju renang model one piece berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Rambutnya sengaja dia gerai hingga kusut karena terkena air kolam. Namun justru hal tersebut membuatnya terlihat sangat sexy. Juan menghela napas gusar, sedari tadi adik kecilnya tidak bisa diam karena terus terpantik dengan pemandangan indah yang memanjakan matanya itu. "Ng-nggak, nanti aja kalau Om pengen." balas Juan susah payah, dia mengapit kakinya rapat agar keponakannya Stella tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi pada adik kecilnya. Sepertinya Stella tidak terima dengan penolakan Omnya itu. Sehingga dia memutuskan untuk menepi dan keluar dari kolam, menghampiri Juan yang terlihat cemas karena dia justru dapat melihat dengan jelas tubuh menggiurkan Stella yang ada di depannya. "Om Juan kenapa keringetan gitu?" tanya Stella mengernyit karena pelipis Juan yang banjir keringat. Juan hanya menggeleng dan berusaha mengalihkan perhatiannya ke koran yang dia pegang. Bruk "Om Juan sakit ya?" Shit! Umpat Juan karena tanpa diduga Stella justru menduduki pahanya walau dalam posisi menyamping. Tapi Juan bersumpah dia bisa merasakan p****t sekal milik keponakannya itu terasa empuk dan kenyal. "Enggak, Stel. Om Juan cuma gak mood aja renang." balas Juan mencuri pandang pada paha mulus Stella yang terpampang. "Nanti Stella bikinin sesuatu deh kalau Om mau nemenin renang." bujuk Stella, dia memang ingin sekali berenang dengan Juan hari ini. "Gak mau, ah. Kan tiap hari kamu udah sering bikinin Om sesuatu yang enak." tolak Juan, mulai terlintas ide licik di otaknya. "Terus apa donk?" tanya Stella bingung. "Terserah kamu, yang penting jangan masakan." balas Juan tersenyum misterius. "Apa ya? Stella bingung nih, Om. Om Juan aja deh pengen minta apa nanti Stella kabulin." kata Stella. Bagai mendapat jackpot, Juan sangat senang setelah mendengar ucapan Stella. Diam-diam tersenyum menyeringai memikirkan apa yang akan dia lakukan pada Stella nanti. "Oke deh, Om setuju. Tapi nanti aja Om bilangnya ke kamu." balas Juan terdengar senang. Stella memekik senang, dan dengan semangat menarik tangan Juan agar segera masuk ke dalam kolam. Byur Air yang tadinya tenang itu kini kembali bergoyang karena baru saja dimasuki oleh dua orang. Stella lalu kembali mengitari kolam yang berukuran cukup luas itu, sehingga dia bisa dengan leluasa berenang kemana-mana. Berbeda dengan Juan, pria itu kini justru bersender di tepian dengan kedua kaki menapak dasar kolam. Hanya setengah d**a Juan yang terlihat dari luar. Juan yang sedari tadi menatap gerakan lincah Stella, tak tahan untuk tidak menyusul gadis itu. Dia dengan gesit mendekati tempat Stella berenang dan... Hap "Kyaaa.... " Stella tiba-tiba memekik karena merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Tak perlu menebak, karena pasti orang itu pelakunya. "Om Juan ngagetin aja." desah Stella mengelus dadanya yang berada di bawah air. Juan hanya tersenyum smirk dan mengeratkan pelukannya pada keponakan cantiknya itu. Bukannya risih, Stella justru terlihat nyaman di dalam dekapan Omnya. "Kamu gak kedinginan dari tadi berenang terus?" tanya Juan basa-basi, dia sangat menikmati posisinya saat ini karena dapat merasakan buntalan daging yang menggantung indah mengenai lengannya. "Kan ada Om Juan, kalau aku kedinginan tinggal minta peluk." kekeh Stella menelengkan kepalanya agar dapat melibat wajah Juan. Juan tersenyum menyeringai tanpa disadari oleh Stella. Dia semakin mengeratkan dekapannya pada Stella yang dibalas tawa senang dari gadis itu. "Ya udah, Om meluk kamu aja kalau gitu." bisik Juan. Stella hanya tertawa kecil dan menikmati dekapan Juan yang terasa sangat nyaman. Lama dalam posisi tersebut, Juan tanpa aba-aba membalikkan tubuh Stella hingga kini menghadap ke arahnya. Keponakannya itu hanya sebatas pundaknya sehingga dia harus menunduk untuk melihat wajah ayu Stella. "Sini peluk Om kalau kamu kedinginan." alibi Juan. Kenyataannya dia sangat mengharapkan pelukan Stella. Dengan senang Stella melompat ke dalam pelukan Juan yang langsung disambut senang oleh pria itu. Juan tak segan mengangkat tubuh Stella sehingga kini gadis itu melingkarkan kedua kakinya di pinggang Juan. Juan mengumpat dalam hati karena miliknya yang tertekan oleh tubuh milik Stella. Dia berusaha untuk tetap tenang agar keponakannya itu tidak curiga. "Mau naik?" tanya Juan dengan suara berat. Stella mengangguk ringan dan mengeratkan pelukannya pada Juan sehingga kedua dadanya yang berukuran cukup besar itu menempel erat di d**a bidang Juan. Lagi-lagi Juan mengumpat dalam hati karena merasakan posisi intim itu. Dirinya dapat merasakan kekenyalan dari kedua bukit kembar Stella walau dilapisi baju renang. Juan mendudukkan dirinya di tempatnya tadi, lalu meraih handuk putih untuk mengeringkan wajah Stella. Gadis itu terpejam, menerima usapan lembut Juan pada wajahnya. Namun Juan merasa belum puas jika hanya melakukan itu. Dia lalu berinisiatif mengusap seluruh tubuh Stella dengan handuk putihnya. "Stella bisa sendiri kali, Om." kekeh Stella hendak merebut handuk yang ada di tangan Stella. "Biar Om aja." tolak Juan kembali melakukan kegiatannya. Mula-mulai dia mengusap kedua lengan Stella, lalu turun di salah satu paha gadis itu yang menekuk karena posisinya yang terduduk di pangkuan Juan. Stella merasa aneh ketika merasakan usapan Juan yang terasa sangat lembut di paha atasnya. Sesuatu dalam dirinya berdesir tanpa Stella tau maknanya. "Lebarin kaki kamu, Stel." kata Juan. Stella yang polos dengan patuh melebarkan kedua kakinya sehingga terbuka sedikit. Juan lalu mengusapkan handuk putih itu ke bagia paha dalam Stella bergantian. "Emnh.. " tanpa sadar Stella mengeluarkan bunyi aneh dari bibirnya ketika Juan tak sengaja menyenggol miliknya. "Loh, kamu kenapa Stel?" tanya Juan pura-pura bodoh. Dalam hati dia sangat girang karena sepertinya Stella mulai merasa terangsang dengan sentuhannya. Terbukti dengan lenguhan kecil yang keluar dari bibir ranum itu. "Ng-Nggak papa kok, Om." jawab Stella malu. Dirinya merasa malu karena baru saja mengeluarkan suara yang terdengar sangat memalukan. Juan mengangguk pelan dan menyelesaikan kegiatannya. "Udah lama ya Om kita gak ngabisin waktu bareng kaya gini." ujar Stella menatap Juan. "Maaf ya, Om terlalu sibuk sama urusan kantor. Kamu tau sendiri, setelah Papa Mama kamu nggak ada, cuma Om yang bisa handle perusahaan." balas Juan mengelus sayang rambut Stella yang kusut. "Waktu berlalu cepet banget. Nggak terasa Papa sama Mama udah 2 tahun ninggalin kita." desah Stella yang terlihat murung. Greb "Jangan sedih, ini semua udah takdir. Yang penting sekarang kamu udah sama Om. Kita jalanin hidup ini sama-sama." jawab Juan memeluk Stella yang masih berada di atas pangkuannya. Stella mengangguk dalam pelukan Omnya. Hatinya kembali menghangat karena ucapan Juan yang mampu menenangkannya. Larut dalam keterdiaman, Juan mengambil kesempatan untuk mengelus lengan mulus Stella. Gerakannya naik turun, namun terasa sangat lembut. Stella membiarkan Juan melakukan itu karena berpikir jika apa yang dilakukan Juan itu wajar. Dia menggigit bibir bawahnya karena justru merasakan desiran yang dia rasakan beberapa waktu lalu kembali datang lagi. "Kenapa tiap Om Juan nyentuh aku rasanya aneh banget?" tanya Stella dalam hati. "Kenapa kamu liatin Om terus?" tanya Juan menaikkan sebelah alisnya. "Rasanya aneh tiap Om Juan nyentuh Stella." tutur Stella polos. "Itu wajar, Stel. Kalau kamu udah terbiasa sama sentuhan Om, rasanya pasti nggak bakalan aneh lagi." balas Juan menahan kedutan pada bibirnya. Dia ingin sekali menyeringai, tapi saat ini Stella tengah menatapnya. "Beneran, Om?" tanya Stella ragu. Juan mengangguk dan memindahkan posisi Stella menjadi duduk di sampingnya. "Sekarang coba rasain sentuhan Om." ujar Juan yang kini mendaratkan tangannya di bahu mulus Stella. Menggerakkan telapak kasarnya naik turun di bahu polos itu. "Emnhh..." Suara itu kembali keluar dari bibir Stella. Dia dengan cepat membungkam bibirnya dengan telapak tangannya. "Jangan ditahan, Sayang. Itu emang reaksi alami yang akan keluar setiap tubuh kamu disentuh." bisik Juan lembut, sengaja meniup telinga Stella, membuat bulu kuduk gadis itu bergidik. Jari lentik Juan semakin nakal berjalan di kulit bahu Stella yang terlihat licin. Lalu tangannya turun, meremas pinggang Stella lembut yang membuat gadis itu tersentak dan tanpa sadar mendesah lirih. Juan cukup terhibur dengan respon yang diberikan Stella. "O-Om.." cicit Stella mencengkram tangan Juan yang masih aktif meremas pinggangnya. "Rasain sentuhan Om, Stel. Keluarin suara kamu." kata Juan memprovokasi. "Ennggh..." suara yang Stella tahan sedari tadi akhirnya terdengar. Juan tersenyum tipis dan semakin bernafsu menyentuh Stella. Tangan Juan beralih mengusap perut datar Stella yang masih terbalut baju renang. Stella tak bisa menahan rasa geli akibat permainan jari-jari Omnya yang menggelitiki perutnya. Dia terkikik menahan tangan Juan agar berhenti menggelitikinya. "U-udah Om haha..." kikik Stella. Juan terkekeh dan menghentikan gelitikannya. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke arah Stella yang menatapnya dengan wajah polosnya. Cup Juan mengecup ujung hidung Stella singkat. Lalu menariknya karena merasa gemas. "Kamu lucu banget." kekeh Juan. "Sakit tau, Om." sungut Stella mengusap-ngusap hidungnya yang pasti memerah. "Udah yuk kita masuk. Om udah laper nih." ajak Juan menarik tangan Stella lembut. Stella mengangguk dan mengikuti langkah Juan yang menuntunnya masuk ke dalam kamarnya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN