Secercah Keromantisan

1224 Kata
"Masyaallah, Bumil yang satu ini cantiknya bikin makin jatuh cinta aja." Shena tersenyum merekah, melihat Aaron yang berkacak pinggang melalui pantulan cermin. Pagi ini, Shena terlihat berkali-kali lipat cantiknya. Ia mengenakan dress pemberian dari Aaron kemarin dengan memakai make up natural. Rambut panjangnya di buat ikal di bagian ujung dengan mengikat sedikit bagian sisi kanan dan kiri ke belakang. Cantik dan elegan, mungkin itu yang bisa menggambarkan penampilan Shena pada hari ini. "Terima kasih banyak, Mas. Mas Aaron juga sama kok," balas Shena setelah memutar tubuh menjadi menghadap Aaron. "Lho, Mas juga cantik?" Aaron menatap polos pada istrinya. "Eh, bukan. Ih, maksudnya Mas Aaron keren. Jadi inget pas nikahan kita dulu," kekeh Shena. Aaron tersenyum. Melangkah mendekati istrinya. Meraih tangan Shena agar berdiri. Ia menyimpan tangannya di pinggang Shena, menatap kedua bola matanya dalam. "Teringat pada pernikahan kita dulu, Mas jadi terharu, Sayang. Kita menikah tanpa ada rencana dalam hidup kita masing-masing. Semua terjadi begitu mendadak. Rencana Tuhan itu emang unik. Kita gak bisa nebak apa yang akan terjadi pada kehidupan kita ke depannya. Masyaallah, sekarang Mas dikaruniai seorang istri yang begitu luar biasa. Bahkan sekarang, ada sosok yang hidup di dalam sini," ucapnya sambil menyentuh perut rata Shena. Kemudian Aaron merendahkan tubuhnya. Mensejajarkan wajahnya dengan perut Shena. "Baik-baik di dalam ya, Nak. Kehadiran kamu adalah anugerah terindah dalam hidup kami," ucapnya lalu memberikan kecupan di sana. Shena tersenyum haru. Ia mengusap rambut Aaron, lalu lelaki itu kembali berdiri. Menarik bahu Shena dan memberikan kecupan cukup lama pada kening istrinya itu. Shena terpejam, merasakan kecupan lembut yang selalu membuat hatinya menghangat. Namun, momen romantis di pagi hari itu harus berakhir karena kehadiran Moza yang tanpa permisi langsung membuka pintu, hingga membuat keduanya terkejut. "Kak---, Eh, astagfirullah! Mata Dedek ternodai!" Moza membalikkan posisi tubuhnya, menjadi membelakangi Aaron dan Shena. Shena meringis malu, sedangkan Aaron menghela napas panjang menatap sang adik dengan lelah. "Kayaknya kamu lupa cara untuk mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam ruangan orang." Moza mengerucutkan bibirnya. Memutar tubuh, menatap pasangan suami istri itu lagi. "Maaf, Bang. Moza kira Bang Aaron udah gak di kamar, cuma ada Kak Shena doang." "Kenapa?" tanya Aaron. "Udah ditungguin di bawah," jawab Moza menyampaikan apa yang membuatnya datang ke sini. Sebelumnya, Moza pikir jika Aaron bersama Thony dan Derry di parkiran. Aaron mengangguk. Meraih tangan Shena. "Ya udah, ayo!" ••••• "Saya terima nikah dan kawinnya Angela Evangelista Binti John dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" Dalam satu tarikan napas, Derry berhasil mengucap kobul. "Bagaimana saksi? Sah?" tanya Penghulu pada dua saksi yang duduk di samping meja ijab kabul. Kedua saksi sama-sama mengangguk. Lalu dengan kompak, para tamu yang datang menyaksikan bersorak, "SAH!!!" "Alhamdulillah....." Penghulu melanjutkannya dengan doa dan para tamu undangan dengan senang hati mengamini doa tersebut. "Sekarang kalian sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Silahkan, boleh dikecup punggung tangan suaminya, lalu dibalas ciuman oleh suami pada kening istri," lanjut Penghulu memberi instruksi. Angela tersenyum manis, membawa tangan Derry lalu memberikan kecupan pada punggung tangan yang terasa dingin itu. Derry merasakan debaran pada jantung nya. Masih tidak menyangka jika ia telah mempersunting perempuan di hadapannya. Kemudian, Derry menarik pelan pundak Angela dan mendaratkan kecupan pada keningnya. Bersamaan dengan itu, Aaron dan Shena saling beradu tatap dengan senyum mengembang bahagia. Apakah ada perasaan sesak dalam hati Aaron, melihat perempuan yang pernah ia mimpikan untuk menjadi istrinya? Maka jawabannya adalah tidak. Setelah Aaron mengucap janji saat prosesi ijab kabul, sejak saat itu pula, semua jiwa raganya hanya milik Shena seorang. Tidak ada kewajiban untuk Aaron mencemburui apa yang terjadi di hadapannya. Setelah semua berkas pernikahan Derry dan Angela tanda tangani, kini mereka sudah bersanding di pelaminan. Para tamu undangan naik untuk mengucapkan selamat dan doa kepada pasangan suami istri baru itu. Sambil bergandengan tangan, Aaron dan Shena menghampiri pasangan baru itu. "Selamat menempuh hidup baru ya. Semoga rumah tangga kalian sakinah, mawadah, dan warahmah," ucap Aaron setelah menyalami keduanya. "Terima kasih, Bang. Dan maaf juga karena gue---," belum sempat Derry menyelesaikan ucapannya, lebih dulu Aaron memberi kode agar pemuda itu berhenti melanjutkan ucapannya. Aaron sudah tahu kemana arah ucapan adiknya tersebut. Kemudian Aaron merengkuh pinggang Shena. "Apapun yang terjadi di masa lalu, gak usah di ungkit lagi. Kita punya jalan masing-masing untuk bahagia. Gue udah punya pasangan yang bikin gue bahagia lahir dan batin. Begitu juga dengan kalian, semoga bisa selalu bahagia dalam menjalani ikatan suci ini. Percaya sama takdir. Gak ada takdir buruk dari Tuhan untuk makhluknya," ujar Aaron. Derry dan Angela mengangguk mengerti. Shena mengusap lengan Aaron, memintanya untuk melempar rengkuhan di pinggangnya. Kemudian Shena memeluk Angela, dengan ragu Angela membalas pelukan Shena. "Selamat ya, doa yang terbaik untuk kalian," ucap Shena tersenyum tulus. Angela terpaku pada senyuman Shena. Ia tidak munafik, Shena memang perempuan yang cantik dan juga baik. Angela menjadi merasa bersalah, karena pernah mencoba untuk merusak rumah tangga Aaron dan Shena. Sekarang ia mengerti, kenapa Aaron bisa semudah itu melupakannya. Shena jelas jauh lebih segalanya dari pada dirinya. Angela mengangguk, membalas senyuman Shena. "Terima kasih banyak." Setelah itu, Aaron dan Shena turun dari pelaminan. Shena bergelayut manja pada Aaron. "Mas, laper." "Laper? Astagfirullah, Mas lupa kalau kita belum sarapan. Ya udah, kamu duduk di sini. Mas ambilkan makan dulu ya." Shena mengangguk. Mendudukkan tubuhnya di salah satu bangku yang tersedia, sedangkan Aaron mengambilkan makan untuk istrinya yang kelaparan. Tanpa sengaja Shena menangkap keberadaan Amanda yang sedang duduk seorang diri. Gadis itu tampak sedang memperhatikan seseorang. Shena mengikuti arah pandang adiknya. Setelah itu, ia tahu siapa yang sedang Amanda perhatikan. Di sana, ada Liam dan Moza yang tampak sedang bersama. Kedua nya terlihat serasi, seperti sepasang kekasih. Helaan napas panjang keluar dari mulut Shena, tidak salah lagi, ada cinta segitiga yang terjadi pada ketiga remaja itu. "Sayang," panggil Aaron yang kini duduk di sampingnya sambil membawa dua piring nasi beserta lauk pauknya. "Nih, makan ya." Shena mengerucutkan bibir menatap makanan yang Aaron sodorkan untuknya. "Kenapa? Kamu gak suka?" tanya Aaron. Shena mengelus perut ratanya. "Dedek nya mau di suapin," lirihnya namun masih dapat di dengar oleh Aaron. Aaron mengulas senyum. "Dedek nya atau Bunda nya nih?" goda Aaron. "Dedek, Mas. Kan tadi Shena bilangnya Dedek," ketus Shena menjawab, menatap Aaron dengan tajam. Aaron tersentak. "Eh, iya-iya. Dedek nya manja ya, pengen di suapin sama Ayah." Aaron menyimpan satu piring nya, lalu bersiap untuk menyuapi Shena. Dalam hati ia menggerutu, "hormon Ibu hamil gini amat. Gue lebih suka yang tadi malam. Liar dan ganas, hot-hot gemoy." "Aaaa...." Aaron memasukkan sesendok nasi ke dalam mulut Shena. Sambil menerima suapan dari dari suaminya, Shena tampak asik memotret keadaan sekitar dengan ponselnya. Sekarang jadi terlihat seperti seorang Ayah yang sedang menyuapi makan anak perempuannya. Setelah puas mengambil beberapa gambar, Shena memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Lalu mengambil alih sendok di tangan Aaron, membuat lelaki itu mengerutkan kening. "Gantian, tinggal Shena yang suapin Mas Aaron. Nih, aaaa...." Aaron menatap ragu, dengan senyuman lebar Shena mengangguk meminta Aaron menuruti perintah nya. Lalu dengan segera Aaron menerima suapan itu, dari pada kembali membuat mood Shena burukk. Jadilah setelah itu mereka bergantian saling menyuapi satu sama lain atas keinginan Shena, sampai dua piring makanan yang Aaron bawa tadi habis. Mungkin terlihatnya begitu sederhana, tapi perlakuan romantis kecil itu membuat hubungan lebih harmonis lagi. Dan aksi suap-menyuap mereka menyita perhatian tamu undangan. Bahkan beberapa dari mereka mengabadikan momen dengan mengambil foto atau rekaman untuk di unggah di media sosialnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN