Mental Yupi

1087 Kata
"Kak, mau minum gak?" "Kak, mau aku kupasin mangga gak?" "Kak, ada yang sakit gak?" "Kak Shena mau apa, Kak? Ha? Mau aku berjodoh sama Lee Jeno?" "Heh!" Shena tertawa pelan, membuat Moza yang melontarkan pertanyaan tadi ikut tertawa juga. Sejak Aaron memberi kabar bahagia mengenai kehamilan istrinya, dua adik perempuannya itu langsung berlari menemui Shena dan tak berhenti bertanya ini itu sebagai bentuk perhatian katanya. Oh iya, Moza sudah mulai membiasakan diri tidak menggunakan 'Lo-Gue' lagi saat bersama Shena. "Kalian tuh kenapa sih? Dari tadi gak mau diem. Nanya-nanya terus mau Kakak apa," ucap Shena pada Moza dan Amanda yang kini meringis malu. "Ya maaf, Kak. Habisnya kita terlalu excited denger kehamilan Kak Shena. Ah, jadi gak sabar pengen liat dua keponakan Moza yang lahir di rahim yang berbeda itu. Pasti gemes-gemes banget kayak Tante nya ini," ucap Moza tersenyum sombong. "Kayak Manda juga dong, Kak." Amanda menyahut. Moza menoleh. Mengetuk-ngetuk dagunya dengan telunjuk tangan. "Hm, gimana ya? Ya udah lah boleh, lima persen aja tapi ya." Shena terkekeh pelan. "Udah-udah, sekarang lebih baik kalian ganti baju terus lanjut makan," ucapnya yang diangguki langsung oleh kedua remaja perempuan tersebut. Setelah Moza dan Amanda keluar dari dalam kamar dan menyisakan Shena seorang diri di atas tempat tidur. Shena yang sedang duduk sambil bersandar pada kepala ranjang dengan kaki berselonjor, ia mengulurkan tangannya, mengusap lembut perut ratanya. Senyum manis tampak terukir di wajah cantiknya. "Masih gak nyangka kalau sekarang udah ada kehidupan juga di dalam sini. Baby, sehat-sehat ya di sana. Bunda akan selalu berusaha menjaga dan melindungi kamu. Love you, Sayang." Tanpa Shena sadari, Aaron sudah berdiri di ambang pintu. Hatinya terenyuh melihat dan mendengar ucapan sang istri. Aaron mulai melangkah menghampiri Shena yang masih belum juga menyadari kehadirannya. "Iya, Bunda. Bunda sehat-sehat ya. Love you to, Bunda." Mendengar itu, sontak Shena menoleh dan menemukan suaminya yang kini mulai merangkak naik ke atas tempat tidur mendekatinya. Dengan senyum lebar, Shena merentangkan kedua tangannya dan langsung di balas pelukan hangat oleh Aaron. Shena bersandar nyaman pada dadaa bidang sang suami. Menikmati usapan lembut di pinggang serta kecupan di keningnya. Shena mendongak menatap wajah Aaron. "Makasih ya, Mas. Selama ini, Mas Aaron selalu ada di samping Shena. Dalam keadaan apapun Mas selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk Shena. Sampai akhirnya, Allah memberikan kepercayaan kepada kita untuk menjadi orang tua di usia pernikahan yang masih berumur jagung," ucapnya tersenyum tulus. Aaron membalas senyuman sang istri. Mengecup cukup lama kening Shena dengan mata terpejam. Lalu tangannya mendekap pipi perempuan itu. "Terima kasih juga karena kamu udah mau nerima Mas, setelah kesalahan fatal Mas lakukan sampai kamu dan Amanda harus kehil----," Sebelum Aaron selesai berucap, lebih dulu Shena menempelkan jari telunjuknya di atas bibir lelaki itu. Keduanya saling menatap. Shena menggelengkan kepala pelan, tanda jika ia tidak mau Aaron membahas yang sudah-sudah. Shena tahu, rasa bersalah itu akan selamanya membekas dalam diri Aaron. Tapi, ia juga merasa tidak seharusnya Aaron terus mengungkit kesalahan yang tidak ia inginkan. Semuanya terjadi begitu saja. Sebuah alur kehidupan yang telah Tuhan rancang. Aaron terpejam sejenak. Sebelum akhirnya ia kembali tersenyum. Mendekap lebih erat lagi tubuh Shena. Sampai akhirnya suara ketukan pintu, membuat keduanya tersadar dan mengalihkan perhatian ke pintu kamar yang tertutup. "Masuk!" teriak Aaron setelah pelukan mereka terlepas. Pintu kamar terbuka. Moza melangkah masuk sambil membawa sebuah kotak berukuran sedang. "Nih, ada paket buat Bang Aaron." Aaron menerimanya. Shena yang duduk di sampingnya mengerut heran. "Sama-sama, Bang!" ketus Moza menatap datar pada Aaron. Lelaki itu melontar cengiran lebar. "Makasih, Adek cantik." Moza memutar bola mata jengah. Lalu ia memutar tubuh lantas melangkah keluar dari dalam kamar. Perutnya terasa lapar karena memang belum makan siang. Aaron tersenyum menatap pada Shena yang justru menatapnya dengan pandangan heran. "Itu paket apa, Mas?" Aaron menyodorkan kotak tersebut pada Shena. "Di buka aja, Sayang. Ini paket spesial buat kamu," ucapnya. Shena pun menerimanya. Meneliti kotak tersebut sesaat. "Ini bukan bom kan, Mas?" Aaron tergelak. "Ya kali mau ngebom istri sendiri." Shena mengulum senyum. Merutuki kebodohannya yang telah bertanya tanpa akal. Kemudian perempuan itu mulai membuka kotak tersebut. Mengeluarkan sebuah kain di dalam sana yang ternyata itu adalah sebuah dress. Shena turun dari atas ranjang. Senyumnya mengembang indah, menatap kagum dress tersebut dari atas sampai bawah. *dress di posting di i********: @storyansa "Mas, ini serius buat Shena?" tanya nya, menatap tidak percaya pada Aaron. "Iya dong, Sayang. Masa iya buat Mas sih? Ya buat istri Mas Aaron tercinta lah, Nyoya Shena Ricardo." Aaron menjawab sambil menaik-turunkan kedua alisnya. Shena memekik kegirangan. "Aww ini cute banget, Mas. Kok bisa sih, dapet dress secantik dan semewah ini? Langsung terpesona pandangan pertama ini mah," ujarnya. Kemudian merangkak naik lagi ke atas tempat tidur. Aaron membelai rambut panjang sang istri yang tergerai bebas. "Tadi waktu kamu ngambek gara-gara Mas gak suka sama pilihan dress kamu, akhirnya Mas minta bantuan aja sama Mike. Dia ngasih beberapa pilihan sama Mas, sampai akhirnya Mas pilih yang ini karena emang cocok dan bagus buat kamu." Shena menghela napas panjang. Menatap sendu suaminya. "Maafin Shena ya, Mas. Pakai acara ngambek segala tadi sama Mas Aaron. Terlalu berlebihan jadinya." "Nggak apa-apa, Sayang. Mungkin itu bawaan hamil juga. Katanya orang yang lagi hamil itu lebih sensitif dari sifat biasanya. Mas bisa memaklumi kok. Cuma tadi emang agak kaget aja sih, tapi it's okay bukan masalah besar," balas Aaron mencoba menenangkan Shena. Shena mengangguk beberapakali. Keadaan hening sejenak, sampai akhirnya tangan Shena tiba-tiba terulur menyentuh bibir Aaron yang entah kenapa terlihat menggiurkan saat ini. Aaron terkekeh pelan karena kelakuan istrinya. Dan sekarang Shena mulai mengusap pelan bibir Aaron. "Kenapa, Sayang?" goda Aaron, bertanya. Shena mengerucutkan bibir. "Mau ini." Cup! Hanya sebuah ciuman biasa tanpa ada lumatan yang Aaron beri, membuat Shena merajuk dengan wajah menggemaskankannya. "Yang lama," rengek Shena. Aaron meneguk salivanya susah payah. Niat hati ingin menggoda sang istri terlebih dahulu, namun yang ada Aaron semakin tergoda untuk segera meraup bibir ranum Shena. Di tambah dengan ekspresi wajah perempuan itu yang berkali-kali lipat begitu menggemaskan. Dengan tidak sabaran, Aaron menarik tengkuk sang istri lalu melumatt bibir itu dengan lembut. Shena langsung menyambutnya, menyeimbangi cumbuan sang suami. Tangannya yang semula mencekal dress mulai merambat naik hingga kini mengalungkan tangannya pada leher Aaron. Mengusap lembut tengkuk lelaki itu dengan pelan dan sensuall. Aaron menarik pinggang Shena. Perlahan ia mulai merebahkan tubuhnya, membawa tubuh sang istri berada di atasnya. Memperdalam ciuman mereka dengan tangan Aaron yang sudah mulai merayap menyentuh apapun yang bisa ia sentuh dari tubuh perempuan di atasnya. Jika sudah berurusan dengan Shena, mental baja Aaron hilang tergantikan dengan mental yupi,ha! ha! ha!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN