DELAPAN

1611 Kata
MARCO Sudah lebih dari 2 bulan Clarissa menjadi guru wali Aga, dan kemajuan besar benar-benar terjadi. Setiap sarapan Aga tidak lagi diam, ia bahkan sesekali menyapa Bi Minah. Saat berkunjung ke rumah Ibuku, ia mau berinteraksi dengan Ibu dan Zetira (adik perempuanku) juga dengan Amanda (sepupunya. Bhagas benar-benar membuka diri sekarang. Walau masih sedikit tapi itu perubahan besar buatku. Clarissa juga ternyata sosok yang menyenangkan, selain cantik tentunya. Aku sudah berusaha mendekatinya sebulan terakhir ini. Menurutku ia merespon dengan baik. Meskipun sesekali ia menerima telefon dari Ibun: ibu dari mantan tunangannya. Aku menyimpulkan kalau ada yang belum selesai di antara mereka. Mungkin kah mantan tunangannya itu Ariel? Orang yang memanggilnya sayang di kolom komentar IG? Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah Ibuku, aku hari ini ada acara menjadi groomsman untuk pernikahan salah satu teman lamaku. Junior-ku saat SMA, namun dulu kita tetangga jadi kami sangat dekat. “Aga, gak apa-apa yaa Ayah tinggal?” Tanyaku. “Iya gak apa-apa, Ayah!” sahutnya, Aku masuk ke dalam rumah Ibu dan menemukan Ibu sedang asik merajut sambil menonton TV. “Ibuuuu!” sapaku lalu memeluknya dan mencium pipinya. “Omaaa!” sahut Aga dan melakukan hal yang serupa. Kemajuan bukan? Dulu Bhagas salim pun enggan. “Uuuu kangeeeen Oma sama Aga!” “Aga juga kangen!” “Bu, aku tinggal gak apa-apa ya?” “Iyaaa, Zetira juga mau ke sini sama anak sama suaminya. Rame kok di rumah.” “Okee Bu, aku pergi yaaa, titip Aga. Aga Ayah tinggal yaa, Boy!” Aku melambaikan tangan lalu keluar. Menuju gedung tempat acara pernikahan berlangsung 2 jam lagi. Aku harus sampai sebelum acara di mulai. Aku mengambil jas berwarna biru dongker di jok belakang yang sudah diberikan untuku sebagai kostum groomsman. Lalu berjalan memasuki gedung. Sudah mulai ramai oleh keluarga dan kerabat dekat. “Man, sorry gue telat yaa!” kataku. “Engga santai aja.” sahut Armand Aku, Armand, Richard dan Joe sudah berkumpul semua. Kata Armand, Richard dan Joe adalah suami dari bridesmaid yang merupakan sahabat dari istrinya. Hanya aku groomsmen yang Armand tunjuk. Satu-satunya sahabat dari dulu hingga kini. Teman memang silih berganti, tapi sahabat untuk selamanya, right? “Mar, lo kudu pasangan loh sama bridesmaid.” “Wah, iyaa?” “Iya k*****t pas mau ke pelaminan bridesmaid sama groomsman jalan duluan pasang-pasangan!” “Kok lo baru bilang sekarang sih?” kataku. Siapa pula nanti yang jadi pasanganku “Gue baru inget. Tapi tenang, bridesmaid nya juga 3 orang kok. Yang satu gak ada pasangan. Sama lo aja!” “Okeee.” Kemudian kami semua keluar ruangan. Menuju ruangan kumpul di mana mempelai wanita, bridesmaid dan keluarga berkumpul. Armand menarikku, menuju seseorang yang sudah ku kenal dengan baik selama 2 bulan ini. Seseorang yang sangat cantik dalam balutan dress berwarna silver. Gaunnya panjang, terlihat sopan, elegan dan membuatnya makin cantik. Dia bisa berjalan di atas catwalk dan akan terlihat seperti model profesional yang membawakan mahakarya dari seorang perancang terkenal. Dia berbeda sekali hari ini. Yaaa ia menggukanan make up yang simple namun menambah kecantikannya. “Nah Mar, lo sama Sasa aja!” kata Armand begitu kami tiba di tempat Clarissa. Clarissa langsung menoleh dan kaget melihatku. “Sa, lo gak ada pasangan groomsman kan? Sama temen gue aja ini. Marco namanya!” “Gue kenal dia, Man!” kata Clarissa sambil tersenyum. Armand menatapku kaget. Aku tersenyum. “Okee good. Gue tinggal yaa?” “Sip! Sana gih, bisa-bisanya lo penganten ngurus ginian!” seru Clarissa sebelum Armand ngacir mencari pengantinnya. “So?” Kataku. Clarissa hanya mengangkat bahu. “Kamu temennya Kinan apa Armand?” Tanyaku. “Temen Kinan.” Jawabnya singkat dan kalem. Lalu ketika acara dimulai. Kami diminta berjalan terlebih dahulu. Memimpin mempelai dan para keluarga. “May I?” Tanyaku pada Clarissa sambil mengulurkan tanganku. Ia menyambutnya lalu menggandeng lenganku. Musik mengalun dan kamipun berjalan. Clarissa berjalan mantap di sampingku, dan aku baru memerhatikan kalau gaunnya terbelah sampai paha. Tadi saat berdiri gaunnya biasa saja. Namun saat berjalan seperti ini, gaunnya memperlihatkan kakinya yang mulus dan panjang, dihiasi highheels berwarna senada. Shit, aku kira gaun ini hanya menonjolkan punggungnya yang mulus saja, karena potongan gaun ini berbentuk V di belakang. Ternyata oh ternyata. Kami sampai di ujung pelaminan lalu menepi, membiarkan para pengantin dan keluarga naik ke pelaminan. Pernikahannya berlangsung meriah dan ramai seperti yang diharapkan. Aku sudah tidak bersama Clarissa lagi karena ia sekarang sudah kumpul bersama bridesmaid yang lain. Kemudian masuk sesi foto-foto. Akhirnya Clarissa di sampingku lagi. Aku melihatnya tersenyum manis ke arah kamera. “Eh foto yuk, kamu mau gak?” Ajaknya sambil menunjuk photoboth yang ada di bagian depan. Aku hanya mengangguk mengiyakan, tak mau menolak juga sih hahha. “Jarang-jarang soalnya aku dandan gini. Jadi harus diabadikan!” katanya saat kami berjalan ke arah photoboth. Tanpa mengantri, fotografer yang disewa Armand langsung memotret kami. Setelahnya aku memberi ponselku. “Pake ini juga ya mas!” kataku. Lalu kami berdua tersenyum lagi. Setelah selesai aku dan Clarissa berjalan tak tentu arah. Tiba-tiba saja MC memanggil nama Clarissa “Ehh giliran aku, bentar yaa.” Katanya. Lalu ia naik ke atas stage yang berada di samping pelaminan. Aku melihatnya mengobrol sebentar dengan gitaris lalu berdiri di depan standmic. Detik berikutnya ia bernyanyi dengan suara yang merdu. Ia selesai menyanyi. Aku tidak tahu lagu apa itu, yang jelas aku menyukainya. Tanpa sadar aku bertepuk tangan dan tersenyum. Aku melihatnya berjalan ke arahku lagi. “Cool!” pujiku begitu ia sampai. “Gilaa, aku masih amatir kali!” katanya. Kemudian seseorang naik lagi ke stage dan menyanyi lagi. “Tadi lagu apa?” Tanyaku. “One direction, judulnya 18.” Aku mengangguk. Aku kurang paham lagu-lagu boyband gitu, apalagi band yang udah bubar, Clarissa nih itungannya masih remaja kali ya? Dengernya lagu begitu hehehe. “Kamu lanjut after party? Atau pulang?” Tanyanya. “Lanjut, kamu?” jawabku. s**t! Padahal aku berjanji akan pulang awal pada Aga. Kenapa aku jawab lanjut? “Aku juga lanjut.” 3 jam kemudian saat pukul 11 malam, lampu sengaja diredupkan. Fokus cahaya hanya ada di depan pelaminan. Cake besar yang sudah tersedia di sana sedari tadi kini jadi primadona dan beberapa tumpukan gelas yang akan dituangkan wine sudah menunggu juga. After party dimulai dengan Armand dan Kinan memotong kue, menuang wine lalu memulai dansa. “Would you?” Tanyaku saat beberapa orang sudah mulai dansa. “Okee!” jawabnya. Kami berdansa, tanganku berada di pinggulnya dan tangannya merangkul leherku. Kami cukup dekat memang, tapi seperti berjarak karena ia tidak menatap mataku. Musik lalu berganti, semua berganti pasangan dan aku kebagian dansa bersama Kinan. “Selamat yaa Nan, akhirnya lo nikah sama Armand!” kataku. “Iyaa, thanks yaa. Eh tapi gue dari tadi liatin kayaknya lo deket sama Sasa.“ “Clarissa maksudnya?” Tanya gue memastikan. Kinan mengangguk. “Dia guru di sekolah anak gue. Guru pribadi. Lo pasti tahu kan anak gue kenapa.” Yeah, Kinan dan Armand salah satu orang yang tahu perjalanan hidupku. Armand sih lebih tepatnya yang tahu, tapi ya namanya Armand, pasti lah bocor ke ceweknya, apalagi sebelum menikah ini mereka berdua sudah tinggal bersama, gak ada rahasia lah pokoknya. “Yaa yaa. Gue paham.” Sahut Kinan. “Gue boleh tanya-tanya tentang Clarissa gak?” “Ya bolehh doong, masa gak boleh!” “Dia single gak sih?” Tanyaku. “It's complicated, Mar.” jawab Kinan. “Jelasin lah!” pintaku. “2 tahun yang lalu, dia udah mau nikah, but calon suaminya kecelakaan. Tabrakan gitu. Meninggal di tempat, pas sebulan hari H mereka.” kata Kinan. Aku diam. Tak bisa berkata-kata. “Kenapa lo?” Tanya Kinan dengan nada penasaran karena aku benar-benar syok. “Gak apa-apa.” “Lo suka sama dia? Kalo suka deketin aja!” “Gilaa, mana mau dia sama duda kaya gue?” “Ah elah, lebay lo. Coba dulu aja!” kata Kinan “Dia udah move on?” “Cuma dia dan Tuhan kayaknya yang tahu. Tapi berat sih kayaknya kalo mau deketin dia. Lo musti tahan, cemburu sama orang yang udah gak ada. Dan lagi keluarga mantan tunangannya, Sasa deket banget sama keluarganya, tiap minggu mungkin main ke sana. Nemenin Ibun.” jelas Kinan. “Sebulan lebih gue deket sama dia. Dia respon tapi kaya masih bikin jarak.” Kataku. “Dia masih nyoba buka hati kali. Kalo emang lo mau ya sabar. Orang kaya gitu kan biasanya pulihnya lama. Tapi lo jelasin aja kalo lo serius, biar dia gak ragu buka hatinya.” “Tapi kadang gue gak yakin dia mau sama duda kaya gue.” “Ah elu, dicoba aja belum!” kata Kinan. Musik berganti lagi. Aku melepas Kinan, mencari pasangan dansaku di awal. Namun tidak menemukan Clarissa. Sekian menit mencari, aku menemukannya di sudut bar yang disediakan Kinan dan Armand, sedang minum. Aku menghampirinya dan melihat 4 gelas kosong dihadapannya. “Clar?” Panggilku, memastikan ia masih sadar. Wow, anak ini suka minum ternyata. “Yaaa? Sini Mar, gabung!” Aku bukan peminum, namun sepertinya malam ini pengecualian. Bartender lalu memberikan 1 gelas padaku dan 1 gelas pada Clarissa. Kami minum bersama hingga gelas ke sekian. Kepalaku sudah mulai sakit. Clarissa tertunduk dengan kepala beralas lengannya. “Clar, kamu gak apa-apa?” Tanyaku. “Perut aku panas!” jawabnya. Aku langsung memapahnya, membawanya ke parkiran dan meletakkannya di mobilku. Aku segera keluar dan mengarahkan mobilku. Ohh s**t. Aku gak tahu rumah dia di mana. Aku juga gak bisa bawa dia ke rumahku kalau kondisinya dan kondisiku seperti ini. Oh s**t, gimana ini? Karena tak kuat menyetir lama dan bingung akan ke mana, akhirnya aku mengarahkan mobilku ke hotel terdekat. **** TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN