BAB 94

1022 Kata

*** Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam karena macetnya kota jakarta, kami tiba juga di rumah kedua orang tuaku. "Aku deg-degan. Takut sama Mama kamu," ucap Luna sedikit sewot. "Kamu gak kaya Indah ya, bisa ambil hati keluargaku." Mata Luna membulat mendengar ucapan yang keluar dari mulutku. "Kok kamu jadi banding-bandingin aku sama Indah, Mas?" tanyanya dengan nada penuh emosi. "Aku malas ribut. Sekarang turun," kataku sedikit kesal. "Cepat! Malah bengong!" sentakku. Dengan kesal Luna pun membuka sabuk pengaman. Kemudian kami turun secara bersamaaan. Ting … Nong ….! Kutekan bel beberapa kali. Trakt! Pintu dibuka. Mama berdiri di depan pintu. Sambil menatap kami dengan wajah garang. Memperhatikan Luna dengan tatapan sinis. "Ma." Aku menjabat tangan Mama dan mencium pung

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN