Bab 8 - Tawaran Samuel

1799 Kata
Saat ini Ruby sudah bertemu dengan Samuel Xia, pemilik King Group. Gadis itu cukup terkejut ketika melihat wajah pemilik perusahaan King Group ternyata adalah seorang pria paruh baya yang ditemuinya waktu itu. "Anda ... Anda bukankah kakek yang waktu itu ya?" tanya Ruby memastikan bahwa dirinya tidak salah orang. Mungkin saja ada dua orang yang berwajah sama di dunia ini, pikirnya. Samuel tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi canggung gadis itu. "Hahahaha … ternyata Anda masih mengingatku, Nona Xiao," ucapnya. Ruby menundukkan sedikit wajahnya dan tersenyum malu. "Ah, i-iya. Bagaimana kesehatan Anda, Kek? Ah maksudku, Tuan Besar Xia?" tanyanya salah tingkah. "Panggil saja, Kakek Xia," ralat Samuel tersenyum simpul melihat kegugupan gadis itu. "Ah, saya tidak mungkin memanggil Anda dengan sebutan itu di sini. Maafkan kelancangan saya waktu itu. Saya tidak tahu kalau Anda adalah pemilik perusahaan King Group. Saya ke sini untuk melakukan wawancara atas pemberitahuan Manajer Zhou, Tuan Besar Xia," ucap Ruby sungkan. Pria paruh baya itu mengangguk setuju. "Baiklah, tetapi setelah ini pun kamu tetap harus memanggilku Kakek Xia. Di depanku Anda tidak perlu sungkan seperti ini, Nona Xiao," ucapnya membuat gadis itu bingung. "Apa maksud Anda?" tanya Ruby masih tidak mengerti ucapan Samuel Xia. Samuel tersenyum. "Duduklah dulu." Samuel mempersilakan Ruby duduk di sofa panjang khusus tamu di dalam ruangannya yang besar. Gadis itu pun mengangguk gugup dan duduk berhadapan dengan Samuel. Pria paruh baya itu berdeham dan mulai menjelaskan maksudnya, "Nona Xiao, sebenarnya saya ingin kamu menjadi istri untuk cucuku." "Apa?" Sesaat suasana menjadi hening. Mulut Ruby masih menganga mendengar ucapan pria paruh baya itu dengan kedua manik mata yang membulat. Pikiran berusaha mencerna tawaran yang diberikan Samuel padanya. Samuel Xia tertawa renyah melihat ekspresi terkejut Ruby. Wajah gadis itu semakin memerah. Ruby pun mengatupkan mulutnya dan menetralkan wajahnya. "Ehem … Tuan Besar Xia, ternyata Anda pintar bergurau juga ya. Lelucon Anda hampir membuat saya percaya," ujar Ruby berusaha memastikan bahwa tawaran itu hanya sekedar candaan ringan dari Samuel padanya. "Saya tidak sedang bercanda. Saya ingin kamu menjadi istri cucuku," jelas Samuel. Kali ini dengan tatapan serius. Ruby pun tersenyum kaku merespon hal itu. "Ta-tapi kenapa?" Ruby masih tidak percaya akan penawaran itu. "Saya membutuhkan bantuanmu, Ruby," pinta Tuan Besar Xia dengan nada sedikit merendah. Ruby masih belum sepenuhnya sadar dari rasa kagetnya. Ia merasa Samuel Xia terlalu berlebihan dalam memberikan tawaran itu kepadanya. Apalagi tawaran itu adalah menjadi istri cucunya, sungguh tidak masuk di akal, pikirnya. "Apa yang bisa saya bantu, Tuan Besar Xia? Saya hanya gadis biasa. Anda tidak sedang mabuk bukan?" "Tentu saja tidak," ucap Tuan Besar Xia sembari menyodorkan selembar kertas ke hadapan gadis itu. Ruby melihat kertas tersebut; mengambilnya dan membacanya. Raut wajahnya berubah semakin tak percaya dengan yang ia lihat saat ini. "I-ini … kenapa Anda melakukannya?" tanya gadis itu melihat surat pelunasan hutang milik ayahnya yang berada di tangannya saat ini. "Apa dengan begini, kamu mau memenuhi permintaanku?" tanya Samuel Xia tersenyum puas. Ruby menggigit bibir bawahnya. Gadis itu bingung menjawabnya. Ia memijat pelipisnya sejenak, lalu ia pun berucap, "Maaf, Tuan Besar Xia. Saya … saya tidak bisa menerima tawaran itu." Ruby menolak tawaran itu secara halus karena ia tidak ingin pernikahannya terjadi tanpa cinta di dalamnya. Apalagi ia tidak mengenal siapa cucu Samuel Xia. Baginya pernikahan adalah sekali seumur hidup. Ia ingin menikah dengan orang yang ia cintai dan mencintainya dengan tulus. Bukan dengan pernikahan seperti yang ditawarkan Samuel Xia kepadanya. Ketegangan begitu terasa di dalam ruangan pemilik King Group tersebut. Samuel tidak menyangka seorang gadis belia di hadapannya saat ini akan menolak permintaan yang mungkin sangat diimpikan semua wanita. Apalagi ia telah memberikan bantuan yang cukup besar bagi gadis itu. Samuel menghela nafas pelan. Ia tidak bisa memaksa gadis itu karena ia bisa melihat tekad gadis itu yang begitu kuat terpancar dari kedua matanya. Jarang sekali ada seseorang yang memiliki kekuatan hati seperti gadis itu. Tidak tergiur akan materi dan kekuasaan. "Tuan Besar Xia, saya tidak akan menyia-nyiakan bantuanmu. Tentu saja aku akan membalas kebaikanmu dan mengembalikan semua hutangku," jelas Ruby. Gadis itu membalik lembaran kertas surat pelunasan hutang itu dan menulis beberapa kalimat di atasnya, kemudian membubuhkan tanda tangan di sana. "Ini ambillah sebagai jaminan untuk Anda, Tuan Besar Xia. Saya pasti akan melunasi hutang ini. Setiap minggu saya akan mengirim uang itu ke rekening Anda," jelas Ruby. Gadis itu menyodorkan kertas yang tertera bahwa dirinya meminjam uang sebesar satu juta Yuan dari pemilik King Group. Jumlah uang tersebut sesuai dengan jumlah hutang yang telah dilunasi oleh pria paruh baya itu kepada rentenir. "Saya juga akan menambahkan bunganya untuk Anda, Tuan Besar Xia," lanjut gadis itu. Samuel tertawa kecil. Gadis itu benar-benar membuatnya membuka mata terhadap dunia bahwa tidak semua dapat dibeli dengan uang. Ia tidak mampu membeli waktu dan kehidupan gadis itu. "Nona Xiao, kamu benar-benar gadis yang unik," ujar Samuel Xia. Samuel meneliti sikap gadis itu yang begitu berbeda dengan gadis seusianya. Berdasarkan pengalaman hidupnya, Samuel dapat melihat beban yang begitu besar pada pundak gadis belia di hadapannya ini. Beban itulah yang membuat gadis itu terlihat begitu tegar dalam menjalani hidupnya. "Baiklah. Saya tidak akan memaksamu. Bagaimana kalau kamu bekerja di perusahaan ini sebagai Sekretaris CEO? Setiap bulan gajimu akan dipotong lima puluh persen untuk p********n hutang," tawar Samuel Xia. Pria paruh baya itu masih tidak menyerah untuk membuat gadis itu berada di dekat cucunya. Ia akan membuat mereka perlahan-lahan mengenal satu sama lain. Walau penawaran awalnya tidak diterima oleh gadis itu, tetapi ia yakin kali ini bisa membuat gadis itu menerimanya. Samuel telah membuat plan B secara mendadak kali ini. Ruby menggigit bibir bawahnya. Ia menimbang tawaran Samuel Xia. Tawaran pekerjaan dengan gaji yang melebihi penghasilan sambilannya cukup membuat gadis itu melewati harinya dengan damai. 'Penawaran bagus ini mungkin hanya datang sekali seumur hidup. Aku mungkin bisa mencobanya,' batin Ruby setelah menimbang tawaran itu beberapa detik. "Baiklah, Tuan Besar Xia. Aku menerima tawaranmu, tetapi aku belum memiliki pengalaman sebelumnya untuk pekerjaan itu," ucap Ruby berterus terang. Ia tidak ingin Samuel memiliki harapan yang sangat tinggi kepadanya. "Tidak apa-apa. Tidak perlu pengalaman apapun. Kamu cukup menemani CEO perusahaan ini saja," jelas Samuel keceplosan. Gadis itu mengernyitkan keningnya. "Maksudnya?" "Ah, maaf. Maksud saya, kamu bisa belajar pelan-pelan. Semua juga dimulai dari nol, tidak ada yang langsung bisa berdiri sendiri bukan?" Samuel segera meralat ucapannya. Percakapan mereka terhenti karena tiba-tiba pintu ruangan Samuel Xia diketuk. Wilson masuk bersama Asisten Han tanpa menunggu jawaban dari pemilik ruangan. Pria gunung es itu menatap Ruby yang juga menatap dirinya. Mereka saling melempar pandangan kaget. 'Kenapa pria ini juga datang kemari?' batin Ruby. Samuel Xia tersenyum tipis melihat ekspresi cucunya dan gadis itu. "Nona Xiao," panggilnya kepada gadis yang masih menatap cucunya. "Ah, iya. Tuan Besar Xia," jawab Ruby berbalik menatap pria paruh baya itu. "Anda bisa melapor sekarang ke Manajer Zhou. Besok mulailah bekerja di sini," ujar Samuel Xia. Ruby mengangguk pelan dan segera berdiri dari duduknya. Ia tahu pria paruh baya itu telah menyelesaikan pembicaraannya. Ia pun mengulurkan tangannya dan mengucapkan terima kasih. "Asisten Han, tolong antarkan nona ini ke ruangan Manajer Zhou," pinta Samuel Xia. Alvin pun mengangguk dan berjalan keluar bersama Ruby meninggalkan kedua pria yang saling menatap bagaikan kedua belati yang saling beradu. Tidak lupa Alvin menutup pintu ruangan itu agar suara pembicaraan mereka tidak terdengar yang lain. Ia pun berjalan beriringan bersama Ruby yang masih memiliki beberapa pertanyaan di kepalanya. "Siapa perempuan itu?" tanya Wilson memecahkan keheningan yang cukup lama di antara mereka. "Calon istrimu," jawab pria paruh baya itu datar. "Apa?" Wilson mengernyitkan kedua keningnya tak percaya. Pria paruh baya itu tersenyum kecil melihat reaksi cucunya. "Bagaimana apa kamu suka dengan pilihanku kali ini?" "Aku tidak mau menikah dengannya, Pak Tua," tolak Wilson cepat. "Mau sampai kapan kamu mencari cinta masa kecilmu itu, Chen Er?" tanya Samuel Xia. Chen Er adalah panggilan kesayangannya kepada cucunya dan Wilson tidak menyukai itu. "Stop memanggilku seperti itu!" Wajah Wilson berubah masam. Ia merasa panggilan itu seperti anak perempuan. "Chen Er, usia kakek sudah tua. Kakek ingin melihatmu menikah dan menimang cicit darimu. Apa kamu tau para tetua yang lain juga mencemaskanmu?" jelas Samuel Xia tidak menggubris Wilson. "Mencemaskanku? Hahaha … Aku rasa mereka mencemaskan kelangsungan King Group," sindir Wilson. Para tetua yang disebut adalah para sesepuh yang memiliki saham di King Group. Mereka cemas karena Wilson sebagai tumpuan mereka di dalam perusahaan masih belum menikah dan memberikan mereka keturunan. Apalagi usia Samuel Xia yang sudah tidak muda lagi. Ia ingin melihat Wilson menikah dan memberikan keturunan untuk kelangsungan keluarga Xia. Samuel terkadang harus ke kantor untuk membujuk Wilson agar segera menikah dan hal ini membuat Wilson gerah. "Chen Er, jaga sikapmu! Bagaimanapun juga mereka adalah senior, kamu tidak boleh berbicara seperti itu di depan mereka. Mengerti?" Samuel Xia memperingatkan cucunya itu. Wilson tersenyum sinis. "Apa yang mereka khawatirkan tentangku? Bukankah mereka selama ini hanya menganggapku sebagai noda di dalam keluarga?" Memang benar selama ini Wilson tidak pernah dianggap oleh para sesepuh itu karena status Wilson di mata mereka yang telah mencoreng wajah keluarga Xia. Semua itu karena Wilson adalah anak di luar nikah. Oleh karena itu, Wilson sejak kecil selalu dikucilkan di dalam keluarga. Ayah Wilson yang telah memiliki istri, berselingkuh dengan wanita lain dan mengandung Wilson. Ibu kandung Wilson tidak mengetahui bahwa dirinya mengandung ketika ia dicampakkan oleh ayah Wilson. Setelah melahirkan, wanita itu meninggalkan Wilson yang masih bayi di panti asuhan. Samuel Xia mengetahui keberadaan cucunya karena ibu kandung Wilson yang telah menikah dengan orang lain; datang menemuinya dengan meminta sejumlah uang untuk membantu usaha suaminya yang hampir gulung tikar. Wanita itu meminta kompensasi karena telah melahirkan penerus untuk Keluarga Xia. Ketika Wilson berusia dua belas tahun, Samuel Xia datang menjemputnya di panti asuhan dan membawanya masuk ke dalam Keluarga Xia. Samuel membimbing Wilson menjadi pewaris perusahaan King Group. Putranya alias ayah Wilson mengundurkan diri sebagai pewaris karena dirinya merasa telah membuat malu dan mencoreng wajah Keluarga Xia atas sikapnya dahulu. Kehidupan Wilson kecil di dalam Keluarga Xia tidak bahagia seperti di dalam dongeng. Ia selalu menjadi bahan olokan dan cemooh di dalam keluarga karena statusnya. Semua merendahkan dirinya, kecuali kakeknya dan ayahnya. Akan tetapi, semuanya berubah ketika Wilson tumbuh dewasa dan mulai masuk ke dalam perusahaan. Dalam waktu singkat ia berhasil membawa perusahaan Xia yang sekarang bernama King Group masuk ke kancah Asia dan menjadi perusahaan sepuluh terbesar dengan omset triliunan Dolar Amerika. "Apa kamu masih belum melupakan masa lalumu?" tanya Samuel Xia kepada cucunya itu. Pria paruh baya itu tahu bahwa kehidupan masa kecil cucunya tidak semulus yang dibayangkan orang luar. Akan tetapi, ia tidak ingin cucunya hidup dengan kebencian. "Pokoknya aku tidak ingin menikah dengan gadis itu!" seru Wilson seraya beranjak keluar dari ruangan kakeknya tanpa menjawab pertanyaan pria paruh baya itu. Kesedihan dan kebencian terpancar dari kedua manik matanya yang tajam. Pria muda itu tidak mungkin dapat melupakan masa lalunya begitu saja. Tidak mungkin. Hanya waktulah yang dapat mengobati lukanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN