Wilson memandangi wajah istrinya yang sedikit pucat daripada biasanya. Ditangkupnya wajah itu dengan kedua tangannya dengan lembut. Sepasang netra lelahnya memandangi wajah tersebut dengan tatapan penuh kerinduan. "Maaf, Sayang. Aku tidak ada di saat kamu membutuhkanku. Maaf," ucap Wilson lirih. Dipeluknya tubuh mungil istrinya dengan erat. Perasaan bersalah merayapi dirinya. Suaranya tercekat dan lidahnya terasa kelu. Seakan-akan ada sesuatu yang begitu besar tersangkut di tenggorokannya. "Wilson, aku—" Suara ketukan pada pintu kamar rawat Ruby menyela kalimat yang hendak diutarakan oleh wanita itu. Seorang wanita berusia empat puluhan mengenakan jas berwarna putih dengan stetoskop yang menggantung di lehernya masuk ke ruangan itu. Dia adalah dokter yang menangani Ruby saat ini. Dokter