6. Annoying

1209 Kata
"Awalnya rindu menggebu-gebu. Sekarang berubah pasrah. Dan pada akhirnya menjadi menyerah." ---- Pagi itu, seperti biasa, Kiano sudah rapi dengan setelan jasnya. Sebelum menuju ruang kerja, pria bertubuh atletis itu melenggang santai terlebih dahulu menuju ruang makan. Di sana, lagi-lagi ia mendapati sosok Veronica. Menyadari kehadiran Kiano, wanita yang juga seorang sosialita itu memutuskan untuk langsung berdiri menghampiri. Merentangkan tangan, tanda meminta dipeluk. "Aku sudah dari tadi menunggumu," ucap wanita itu seraya mengecup singkat kedua pipi Kiano. "Maafkan aku," sahut Kiano. "Aku memang bangun agak telat pagi ini. Semalam banyak sekali pekerjaan yang harus aku selesaikan hingga larut." Mereka berdua kemudian sama-sama memilih untuk segera duduk. Dengan penuh perhatian Veronica menyiapkan makanan untuk Kiano santap. Keduanya larut dalam perbincangan. Riuh suara tawa terdengar di antara mereka. Kiano dan Veronica memang menjalin hubungan dekat satu tahun belakangan ini. Entah apa saja yang dibahas sampai-sampai keduanya tidak menyadari kehadiran Anne. Hingga wanita itu dengan sengaja menarik kursi lalu ikut mendudukkan diri di sana. "Siapa yang memperbolehkanmu duduk bersama kami, orang asing?" tanya Veronica begitu sinis. Ia terang-terangan menunjukkan sikap tidak suka. Bukannya menanggapi, Anne malah mengabaikan. Wanita itu sibuk mengoles roti dengan selai cokelat lalu memakannya dengan tenang. Bersikap begitu anggun dan elegan. "Apa kau memang tuli?" Veronica kembali berulah. Wanita itu dengan sengaja memancing emosi Anne. "Orang asing tidak sepantasnya tinggal di hotel mewah seperti ini. Lebih-lebih bersama kekasihku." Anne mendongak. Satu seringai mengejek terbit di wajah cantiknya. "Sepertinya kau ini tidak pernah disekolahkan," ucapnya santai. "Tingkah lakumu persis seperti wanita jalanan." "Kau!" Veronica tampak menahan napasnya. Kilat mata wanita itu dipenuhi dengan amarah "Bisa-bisanya kau menyebutku wanita jalanan. Aku ini orang kaya. Mana ada sejarahnya orang kaya tidak sekolah." Anne meraih gelas berisi orange juice di sebelah kiri tangannya dengan santai. Meneguk minuman itu sampai tandas barulah membalas perkataan Veronica. "Kalau bukan wanita jalanan, lalu apa? Wanita jalang?" Olok Anne. "Asal kau tahu, kaya sekali pun tidak bisa membuatmu terlihat berkelas. Yang ada, kau itu kelihatan sekali begitu kampungan." Veronica murka. Wanita itu langsung bangkit bermaksud untuk menyerang Anne yang masih duduk dengan tenang di kursinya. Kiano yang menyadari telah terjadi kekacauan di meja makan langsung memasang sikap awas. Gegas pria itu menahan Veronica agar tidak bertidak di luar kontrol. "Hentikan!" Pria itu memandang wajah Anne dan Veronica bergantian. "Kalian ini merusak selera makanku saja." "Wanita ini yang memulai duluan," tuduh Veronica sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Anne. "Lebih baik kau usir saja dia dari hotel ini, Kai." Anne, dengan senyum khasnya menjawab. "Kau tidak akan bisa memprovokasi Kiano untuk mengusirku dari sini. Kalau aku mau, besok-besok kau yang tidak akan bisa lagi menginjakkan kaki di hotel milik calon suamiku." "Kau ---" "Cukup Veronica!" Kiano memotong. "Lebih baik kau ikut denganku." Tatapan mata Pria itu kemudian beralih pada Anne. "Dan kau, Anne. Berhentilah membuat kekacauan!" **** "Kenapa mukamu masam sekali?" Kenzie, siang itu terlihat berkunjung ke hotel milik Kiano. Ada hal penting yang memang ingin pria itu ingin sampaikan hingga repot-repot mengunjungi saudara kandungnya tersebut. "Bisa gila kalau aku terus-terusan begini," sungut Kiano. Pria itu mengendurkan dasi yang membelit leher. Melepas jas yang membalut tubuh kekarnya, lalu melemparkan ke sembarang arah. "Mau apa kau kemari?" tanyanya kemudian. "Aku sengaja ingin mengecek keadaanmu secara langsung. Sekalian menyampaikan pesan khusus dari Mama." Alis mata Kiano terangkat tinggi. "Mama?" ulangnya. "Kenapa lagi dengan Mama? Apa terjadi sesuatu padanya?" "Dasar anak durhaka," sahut Kenzie tanpa sebab. "Akhir pekan Mama dan Papa akan melangsungkan perayaan Anniversary pernikahan mereka. Kau di minta untuk datang." Kiano mengembuskan napas pelan. Pikirnya sesuatu terjadi pada sang ibu. Ia memang sudah beberapa pekan tidak mengunjungi nyonya besar Winata itu. Pasti ketika bertemu nanti, ibunya akan mengomel panjang lebar. "Aku pastikan untuk datang." Kenzie mengangguk. Pria itu berkata-kata lagi. "Tapi ... " ucapnya sengaja menggantung. "Tapi apa?" Penasaran juga rupanya Kiano. "Kata Mama, kau harus membawa pasangan." Kiano langsung mendesah malas. "Kalau begitu, sampaikan pada Mama permohonan maafku. Aku tidak akan datang karena tidak bisa memenuhi permintaannya." Kenzie tertawa. "Kau ini! Kenapa tidak bawa saja Anne untuk menemui Mama? Bukannya dia calon istrimu?" "Jangan gila!" Kiano langsung mendelik tidak terima. Ia tampak menarik napas berulang kali. "Kehadirannya saja saat ini sudah membuatku pusing. Menunjukkannya pada Mama hanya membuat hidupku semakin kacau." "Tapi kalau wanita itu benar hamil anakmu, mau tidak mau, suka tidak suka, kau harus segera menikahinya." Mata Kiano menejam dramatis. Dalam diam, pria itu memilih untuk tidak berkomentar. Bukan apa-apa, ia hanya tidak ingin membayangkan apa yang baru saja adiknya itu katakan. "Lebih baik sekarang kau pergi saja. Sungguh, aku sedang pusing sekarang." Kenzie mengangguk paham. Sepertinya ia memang harus membiarkan sang kakak menikmati privasinya. Mood pria itu memang terlihat sedang tidak baik-baik saja sekarang. "Baiklah, aku pamit dulu," ujar Kenzie. Tapi sebelum benar-benar pergi, pria itu menyampaikan satu informasi lain yang hampir saja terlewatkan. "Malam ini aku dan yang lainnya ingin pergi menembak. Kalau keadaanmu sudah membaik, silahkan susuli kami di tempat biasa." Kiano tampak menimbang sebelum akhirnya menjawab pelan. "Lihat saja nanti." Dan ketika malam hari tiba. Selesai membersihkan diri, Kiano langsung bersiap-siap. Pria itu tampak terlebih dahulu memilah dan memilih pakaian apa yang akan ia kenakan untuk kegiatan menembak kali ini. Lama berdiam diri di depan lemari, kaos v-neck di padu padankan dengan topi hitam serta celana panjang basic warna senada Kiano pilih untuk ia kenakan. Selesai menpersiapkan semua keperluan, ia melangkah ringan menuju pintu keluar sebelum akhirnya Anne menegur pria itu. "Kau mau ke mana?" Kiano menoleh. "Bukan urusanmu!" Anne meneyeringai. Ia seolah sudah terbiasa mendengar perkataan ketus dari kakak kandung Kenzie Winata itu. "Kau ini, pemarah sekali," protesnya. "Apa aku tidak boleh ikut denganmu?" Kiano menarik napas dalam-dalam. Sebenarnya ia malas sekali meladeni Anne. "Kenapa aku harus repot-repot membawamu?" "Karena aku calon istrimu," jawab Anne dengan santai. "Kalau kau tahu, aku bosan di kamar terus. Sedangkan berjalan keluar hotel saja kau larang. Lama-lama aku bisa gila. Jadi, ku mohon, ajak aku ikut denganmu." Wanita itu mengedip-ngedipkan matanya penuh goda. "Lebih baik kau gila sekalian. Jadi aku tidak perlu repot-repot memikirkan nasibmu." Kiano kembali melanjutkan langkahnya. Sebelum memutar tuas pintu ruangan. Lagi, Anne berbicara dengan nada suara sengaja ditinggikan. "Ya sudah kalau kau tidak ingin mengajakku keluar. Aku bisa pergi sendiri. Tapi aku tidak jamin kalau besok ada beritamu terbit di surat kabar." Kiano menggeram kesal. Merasa nasibnya saat ini kacau balau di permainkan oleh Anne . "Ok ... " Pria itu memutar badan. "Kali ini kau boleh ikut denganku untuk pergi keluar. Namun, ada satu hal yang perlu kau ingat. Jangan sekali-kali merepotkanku di luar sana." Anne mengangguk setuju. Binar bahagia terpancar jelas dari sorot matanya. "Tenang saja. Kau bisa pegang omonganku kali ini." . . (Bersambung) . ====Note=== *Yang baru bergabung, boleh banget follow ig/sss ku @novafhe. Semua visual/jadwal update/spoiller cerita aku publish di status/story. *Yang mau gabung grup pembaca di f*******:, bisa cari nama grupnya : Fhelicious. *Yang mau gabung grup khusus pembaca di WA. Boleh klik link-nya di profile ig. . Thankiss semuanya. . Halo, Cerita ini eksklusif tayang/terbit di aplikasi Dreame/innovel dan hanya bisa di baca di sana. Jadi, jika kalian menemukan cerita ini dijual bebas dalam bentuk PDF oleh orang yang tidak bertanggung jawab, mohon bantuannya untuk melapor/memberitahu aku, yah. Karena tindakan tersebut bisa di proses secara hukum dan di tuntut untuk mengganti rugi. . Salam, Fhee.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN