Luna mengernyitkan dahinya saat melihat Malik yang memalingkan wajahnya. “Lik. Kenapa kamu memalingkan wajahmu? Apa kamu mengabaikan aku?” “Bu—bukan begitu, Non. Ta—tapi sa—saya...” Suara Malik terhenti saat Luna menangkup kedua pipinya, menariknya, dan akhirnya kedua matanya kembali bertemu tatap dengan kedua mata indah Luna. Wajah mereka bahkan begitu dekat. Hingga Malik maupun Luna bisa sama-sama merasakan hembusan nafas hangat yang keluar dari lubang hidung keduanya. Dimana saat ini kedua pasang mata itu sama-sama terpaku menatap satu sama lain. “Lik... aku gak tau apa yang membuatmu tak tertarik padaku. Tapi, aku gak akan pernah menyerah untuk mendapatkan hatimu. Kamu tau ‘kan aku orangnya seperti apa?” Tentu saja, Luna yang keras kepala dan harus mendapatkan apa yang diinginka