5. Si Nyiur Melambai

1856 Kata
Satu bulan kemudian…. “Ma bujukin Papa dong buat kasih izin Eki liburan ke Yogyakarta. Eki kangen Daddy dan Mommy serta adik-adik Eki di sana. Udah sebulan loh Eki nggak dapat jatah liburan dari Papa,” rayu Rizky yang saat ini tengah rebahan di pangkuan mamanya, di ruang keluarga. “Ngomong sendiri sama Papa sana!” tolak Nidya sengaja menggoda putranya. Nidya tentu saja paham jika bukan hanya rentetan kalimat yang baru saja diucapkan oleh Rizky yang menjadi satu-satunya alasan putranya bersikeras untuk pergi ke Yogyakarta. Pasti ini karena ulah Arletta putrinya yang sengaja mengompor-ngompori Rizky dengan menunjukkan status i********: Nafla yang sedang bersama teman laki-lakinya. “Please Ma. Mama kan pawangnya Papa. Klo Eki yang ngomong nggak bakal dikasih. Yang ada Eki malah dikasih tambahan pekerjaan di kantor." Rizky terus mencoba meluluhkan hati Nidya agar bersedia membantunya untuk meminta izin kepada Bagas. “Letta ikut klo Bang Eki ke Yogyakarta!” sahut Letta yang baru saja turun dari kamarnya. “Kamu maen aja sama Rangga sana. Jangan ngintilin Abang aja!” tolak Rizky dengan terang-terangan. “Ya udah Letta pergi sendiri aja. Entar di stasiun minta jemput Ivand,” balas Letta seraya mendaratkan bokongnya di sofa. “Nggak. Mama nggak kasih izin kamu pergi sendiri lagi!” tukas Nidya yang masih trauma setelah kecelakaan yang membuat Letta amnesia dan menghilang saat pendakian gunung dulu. Jangan kan pergi sendiri. Mengendarai motor atau mobil saja Nidya dan Bagas tidak mengizinkan. “Baiklah Mama akan bujuk Papa. Tapi saat di sana nanti kamu jangan lupa awasi adik kamu. Jangan sibuk pacaran sama Lala aja!” peringat Nidya dengan serius. “Siap Mama Sayang. Lagian nanti di sana ada Ivand dan Nathan juga yang bisa direcokin Letta,” jawab Rizky dengan tersenyum lebar lalu duduk. “Bilang ke Papa, Eki akan pulang setelah mendapatkan status pacar Lala," terang Rizky dengan senyuman semakin merekah. “Semoga aja berhasil!” cibir Letta dengan tatapan meremehkan. Mengingat bagaimana Nafla begitu membenci Rizky membuat Letta yakin jika kakaknya tidak akan dengan mudah meluluhkan hati sahabatnya tersebut. Baru saja Rizky hendak menimpali cibiran adiknya saat Nidya berbicara, memberikan semangat. “Good Luck Bang!” Kabar yang ditunggu-tunggu Rizky akhirnya tiba. Esoknya saat mereka sarapan bersama Bagas menyampaikan secara langsung kepada Rizky. Bagas memberikan Rizky waktu 3 minggu tinggal di Yogyakarta selama liburan semester Letta. Tapi dengan syarat. Setelah liburan itu Rizky harus fokus di perusahaan dalam waktu yang tidak ditentukan. Urusan Rizky nanti ditolak atau diterima cintanya oleh Nafla, Bagas tak peduli. Putranya sudah cukup dewasa untuk menghadapi masalah asmara yang mungkin nanti dihadapinya. “Oya pesan Papa,” ujar Bagas saat Rizky berpamitan berangkat ke kantor. “Klo kamu serius mencintai Lala maka perjuangan. Tapi jangan sampai kamu memaksakan perasaan kamu padanya. Karena perempuan itu harus diperlakukan lembut. Bukan untuk kamu jahili terus!” Ucapan Bagas seketika meredupkan kobar semangat di d**a Rizky. Mana mungkin Rizky dapat meluluhkan hati Nafla tanpa pemaksaan. Gadis itu begitu keras kepala dan angkuh untuk dikalahkan. Image sebagai rival sudah melekat sejak berdua sejak kecil. “InsyaAllah Pa.” Hanya jawaban singkat itulah yang mampu Rizky berikan. Karena menaklukkan hati Nafla tentu tak semudah bayangannya. Mengubah rasa benci yang telah lama bercokol dalam hati Nafla menjadi cinta tentu menjadi tantangan yang tak mudah bagi Rizky. “Oya satu lagi Ki. Selesaikan semua urusan kamu dengan para gadis di luaran sana!” peringat Bagas dengan serius yang hanya ditanggapi oleh Rizky dengan senyuman hambar. Ancaman Papanya jelas bukan hanya isapan jempol belaka. “Makanya jadi cowok tuh kayak Bang Azka. Nggak pernah macem-macem!” ejek Letta menimpali ucapan Bagas. “Halah itu akal-akalan Azka aja. Kita nggak pernah tahu kan kehidupan Azka di Jakarta seperti apa!” sahut Rizky tak terima karena dibanding-bandingkan dengan orang lain. “Udah bubar sana!” tukas Nidya sebelum perdebatan dimulai. Letta turut beranjak dari tempat duduknya saat mendengar suara klakson motor Rangga saudara sepupunya. Gegas Letta berpamitan kepada kedua orang tuanya dan menyusul langkah Rizky yang sudah lebih dulu berjalan ke luar. *** Yogyakarta, 06.45 WIB Layla hanya mengulas senyuman saat memperhatikan penampilan rapi putrinya. Jika biasanya Nafla hanya mengenakan celana jeans berpadu dengan t-shirt kali ini Nafla merangkapnya dengan kemeja bermotif kotak-kotak. Rambut panjang black blue ombre yang biasa dibiarkan tergerai itu kini terikat rapi dengan sempurna. Jika dibandingkan dengan penampilan tomboy Layla dulu jelas tak sebanding. Dulu Layla hidup pas-pasan. Jangankan mengikuti trend mode, untuk memenuhi kebutuhan pribadinya saja Layla harus bekerja paruh waktu sedangkan putrinya memiliki segalanya. Inilah alasan Layla tidak pernah melarang Nafla yang sering mengubah warna rambut meskipun tak jarang Arfan melayangkan protes. Layla juga membebaskan Nafla untuk urusan penampilan asalkan tidak terlalu seksi dan terbuka. Membiarkan putrinya berdandan senyaman mungkin. Tapi jika menyangkut urusan pendidikan dan pergaulan Layla beda lagi. Dua hal tersebut Layla perketat. Layla pun mengenal ketiga sabahat Nafla yang semuanya laki-laki. Bagi Layla itu tak menjadi masalah. Apalagi Nafla dan mereka bertiga sudah akrab sejak duduk di bangku SMA. Tak jarang mereka juga datang ke rumah. “Bareng aku aja La!” ucap Nathan seraya menarik kursi untuk diduduki. Nafla menatap Natha heran. Tak biasanya saudara kembarnya itu mengajaknya berangkat kuliah bersama. Mereka memang saudara kembar tapi jarang sekali bersama. Bukannya mereka tidak akur. Tapi karena Nafla sudah bosan dijadikan obat nyamuk saat abangnya pacaran. Daripada seperti orang bodoh menjadi orang ketiga saat abangnya berkencan Nafla lebih memilih menghabiskan waktu bersama ketiga sahabatnya. “Ogah jadi obat nyamuk!” sahut Nafla menolak tawaran Nathan secara gamblang. “Siapa juga mau jadiin kamu obat nyamuk. Aku Cuma jalanin perintah Bang Eki untuk jagain kamu!” sahut Nathan dengan santai yang sukses membuat kedua mata Nafla melotot. Sekali aja ada orang menyebut nama laki-laki pohon kelapa itu pasti nasibnya bakal sial seharian. Seperti kemarin Nafla harus gagal hang out bareng gengnya. “Please…. Jangan sebut dia lagi kenapa. Aku ngga mau kena sial hari ini!” ucapan Nafla sukses membuat orang yang berada di ruang makan tercengang. “Eh eh jangan ngomong jelek gitu buat calon mantu Mami dong!” timpal Layla tak terima karena calon menantunya yang di bully putrinya sendiri. “Mami….!” Nafla memekik. “Bukan Lala tumbalnya. Mami aja sono yang nikah sama nyiur melambai itu!” sambung Nafla marah. “Hus nggak boleh ngomong sembarang. Trus Papi mau dikemanain Lala Sayang?” tukas Arfan dengan menggelengkan kepala. Tak menyangka dengan ucapan putrinya yang jelas ngawur. “Hajar Pi anak durhaka satu ini!” Nathan sengaja memanas-manasi. Biar tidak dirinya saja yang selama ini kena omel dan marah dari Papinya. “Udah. Kita di sini itu untuk sarapan, bukan untuk bertengkar!” Layla bangkit dari tempat duduknya, menghentikan perdebatan kedua buah hatinya. “Sekarang semua diam dan kita sarapan!” titah Layla lalu menuang nasi untuk suaminya terlebih dahulu barulah untuk kedua buah hatinya yang lebih sering bertengkar daripada akur tersebut. Nafla dan Nathan menghabiskan sarapan dengan cepat kemudian segera berpamitan dan berangkat kuliah. Karena ujian semester mereka tidak boleh sampai datang terlambat. Sembari menggerutu Nafla masuk ke dalam mobil Nathan. Gara-gara Rizky kebebasannya mulai terusik. Padahal tempat tinggal Rizky di Surabaya tapi pengaruhnya mengapa sampai di Yogyakarta. Nahasnya kedua orang tuanya bersikap acuh. Mereka justru memberikan dukungan kepada laki-laki berwajah oriental tersebut. Sesampainya di parkiran kampus mereka segera turun dari mobil. Sontak mereka menjadi pusat perhatian para penghuni kampus terutama mahasiswi. Membuat Nafla merasa tak nyaman. Inilah alasan Nafla enggan jalan bersama saudara kembarnya. Di mana ada Nathan maka di sana dapat dipastikan banyak perempuan memandang. “Dedek Lala Poh kamu tuh dandan cewek dikit napa? Biar cowok nggak pada ngeri deketin kamu,” bisik Nathan yang saat ini merangkul bahu Nafla. Panggilan kesayangan Nathan untuk Nafla kecil. Dulu Nathan akan menyanyikan Tinky Winky Dipsy Lala Poh untuk menggoda Nafla. “Justru enak Bang. Lala nggak perlu repot-repot deket sama cowok playboy macam Babang Nata de coco!” cibir Nafla yang sukses mengundang derai tawa Nathan. Panggilan kesayangan Nafla untuknya yang terdengar sangat manis. Nathan berdecak lalu kembali berkata-kata, “Justru cewek model kamu ini jadi mangsa para predator!” sahut Nathan seraya tersenyum lebar menatap Nafla yang kini melototinya. “Halah itu bukan masalah. Udah ada dua predator yang selama ini gangguin hidup Lala juga!” kalimat Nafla sukses menghentikan langkah kaki Nathan. “Siapa? Bobby dan Dimas?” ujar Nathan lalu kembali melangkah bersama Nafla. Nathan tentu saja mengetahui sepak terjang kedua sahabat adiknya tersebut. Kepala Nafla menggeleng seraya menyeringai, “Babang dan Bang Eki. Kalian lah justru predator paling berbahaya dalam hidup Lala! “Hahahaha… Bener juga. Makanya sekarang kamu jadi mangsanya Bang Eki!” ejek Nathan lalu menyingkirkan tangannya dari bahu Nafla karena mereka harus berpisah, menuju gedung fakultas masing-masing. Tak jauh dari mereka berada seorang mahasiswi berpenampilan cukup seksi dengan pakaian ketatnya melambaikan tangan. Tentu saja mahasiswi itu adalah salah satu teman kencan abangnya. Nafla sendiri sampai heran mengapa bisa memiliki saudara kembar seperti Nathan yang tak bisa setia hanya dengan satu perempuan. Kadang Nafla sampai malu sendiri mengakui Nathan sebagai saudara kandungnya yang sudah memiliki image playboy di kampus mereka. “Jangan lupa entar pulang bareng Babang! Awas aja klo ditinggal!” ucap Nathan sambil mencubit pipi Nafla dan pergi begitu saja. Mengabaikan umpatan kasar Nafla yang dilayangkan kepadanya. Umpatan yang terdengar manis di telinga Nathan. Mana pernah Nathan marah kepada Nafla. Sebesar atau separah apapun kesalahan yang pernah diperbuat Nafla kepadanya. Hanya saja Nathan memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan rasa sayangnya. Sesampainya di kelas Nafla langsung menempati kursi kosong sesusai nomor ujiannya. Nafla menyapa Andra hanya dengan senyuman karena dosen pengawas ujian datang tak lama Nafla masuk kelas. Suasana ujian berjalan tertib dan kondusif hingga waktu yang telah dijadwalkan usai. “Kenapa? Sulit soal ujiannya?” ujar Andra saat kembali mendapati ekspresi kelam wajah Nafla. Lebih tepatnya bete’ seperti kemarin. “Ke kantin yuk! Aku butuh sesuatu yang dingin untuk menyembuhkan sakit kepalaku,” sahut Nafla yang berhasil membuat Andra tergelak. Mengerti maksud ucapan Nafla. Hari ini mereka hanya berdua di kantin karena jadwal ujian Bobby dan Dimas berbeda. Namun baru saja mereka sampai di lantai dasar mereka mendengar keributan yang lebih didominasi oleh suara para mahasiswi. Spontan mereka berdua menuju tempat keributan terjadi. “Permisi!” Nafla dan Andra mencoba menyibak para mahasiswi yang tengah mengerubungi seseorang. Ternyata mereka tengah mengantri berfoto dengan seorang laki-laki. Entahlah siapa itu yang pasti Nafla tak peduli. “Nggak jelas banget mereka!” gerutu Nafla yang tadinya mengira ada peristiwa fenomenal yang terjadi di kampus mereka. Gegas Nafla menggamit lengan Andra dan menyeretnya pergi. “Permisi! Maaf saya harus menjemput calon istri saya!” Suara seorang laki-laki yang memecah di antara suara para mahasiswi berhasil menghentikan langkah kaki Nafla. Suara seseorang yang paling dibencinya. Andai bisa, Nafla sudah melempar jauh laki-laki itu ke laut lepas agar menjadi santapan lezat para hiu agar hidupnya tentram. Kedua Netra Nafla memejam sejenak. Mengusir firasat buruk yang sudah meneror ketenangannya sejak beberapa hari yang lalu. “Ada apa La?” tanya Andra saat langkah kaki Nafla tertinggal olehnya. “La kamu kenapa? Sakit?” Andra menarik tubuh Nafla yang masih mematung. Andra menatap Nafla dengan rasa penuh tanya di benaknya hingga seseorang memanggil dari arah belakang mereka. “Lala!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN