Chapter 39

1084 Kata
Grace menatap jam tangannya dengan gelisah. Sudah pukul dua siang lewat enam belas menit. Sedangkan Leo belum juga tiba. Tadi ia mengabari pria itu bahwa dirinya memesan ruang VIP yang tertutup. Ia juga telah memesan minuman untuk dirinya dan Leo. Ia berulang kali menelpon Leo. Namun tidak tersambung. Waktunya hampir habis. Ia berharap Leo segera tiba, dan mereka akan langsung pergi mendatangi Federico. Grace berharap waktu tempuh tidak melebih setengah jam. "Maaf aku terlambat, Grace."  Grace menoleh dan bernapas lega saat Leo tiba. Pria itu langsung mengambil posisi duduk dihadapan Grace . Grace merasa gugup seketika. Jantungnya berdebar sangat cepat. "Maaf aku tidak bisa berlama-lama. Aku sangat sibuk." ucap Leo sembari melirik jam tangannya. "Aku merindukanmu" ucapnya lirih. Hanya itu yang mampu Grace ucapkan. Setengah bebannya terasa terangkat. Ia sangat ingin memeluk Leo. Sangat ingin. Namun ia harus menahan keinginannya itu. Ada beberapa hal yang harus segera ia sampaikan. Leo tersenyum. "Aku juga merindukanmu." ucap Leo. Grace tersenyum tipis. Ia bahagi mengetahui Leo juga merindukan dirinya. "Dan merindukan masa kecil kita yang bahagia." sambungnya. "Aku mencari-carimu selama ini. Setelah kau pindah. Kita benar-benar lost contact. Dan aku tidak tahu keberadaanmu." Leo menundukkan kepalanya, namun sejurus kemudian ia memandang Grace. "Aku pergi ke Italia. Maafkan aku. Aku kehilangan ponsel saat baru tiba disana. Dan segala sesuatu yang berhubungan dengan New York hilang bersamaan dengan hilangnya ponsel itu. Termasuk kontakmu." Grace menatap Leo. Jadi itu alasannya mengapa Leo tidak pernah bisa dihubungi. Dan juga mengapa Leo tidak pernah menghubunginya duluan.  "Pantas saja kau tidak pernah menghubungiku." ucap Grace. "Bagaimana kabar Ayah dan Ibumu? Dan Gabriella?" tanya Leo. "Mereka baik dan sehat. Gabriella sudah besar sekarang." ucap Grace. 'Kenapa kau tidak menanyakan kabarku, Leo?' batin Grace. "Pasti dia sudah tumbuh menjadi remaja yang cantik. Terakhir yang kuingat. Dia memintaku menaiki pohon mangga di rumahnya karena dia ingin memakan itu." ucap Leo terkekeh. Grace memandang Leo yang terlihat santai. Sedangkan dirinya sangat tegang. Entah bagaimana cara dia memulai ucapannya. "Ada. Ada yang ingin aku bicarakan." ucap Grace. "Ya baiklah, silahkan katakan saja." Leo mulai memperhatikan Grace. "Ini tentang hubungan kita." Grace mengalihkan pandangannya. Ia tidak berani menatap Leo. "Maksudmu?" tanya Leo. Raut wajahnya terlihat berubah. Grace menggigit bibir bawahnya. Ia merasa jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Inilah saatnya ia harus mengeluarkan apa yang ia pendam selama ini. "Aku masih mencintaimu." ujar Grace. Ia merasa sedikit lega setelah mengucapkan tiga kata ajaib itu. Ia memandang Leo. Leo terlihat terkejut.  "Aku ingin menikah denganmu." sambungnya. Leo menatapnya dengan tidak percaya. "Grace. Apa maksudmu? Apa kau gila?" "Aku serius, Leo. Bukankah terakhir sebelum kau pindah. Kita masih berstatus sebagai sepasang kekasih. Dan bagiku hubungan kita masih seperti itu hingga kini."  Leo mengusap rambutnya dengan gusar. "Tapi itu sudah sangat lama, Grace. Itu saat kita akan mendaftar SMA. Dan itu.." "Aku masih mencintaimu hingga kini, Leo." "Tapi. Itu, hanya cinta monyet saat SMA, Grace." "Cinta monyet?" tanya Grace dengan tidak percaya. "Benar. Dan bagiku, itu sudah berakhir. Berakhir bersamaan dengan hilangnya ponselku. Berakhir bersamaan dengan keadaan dimana kita sudah tidak saling bertukar kabar dan tidak mengetahui keadaan satu sama lain, Grace." Grace kini memberanikan diri memegang tangan Leo diatas meja. "Tapi aku mencintaimu, Leo. Aku mencintaimu. Aku masih ingat kau memintaku untuk menjaga diri dan belajar dengan sungguh-sungguh agar nanti kita bisa sama-sama sukses saat kita menikah. Aku masih mengingatnya sampai sekarang." mata Grace mulai berkaca-kaca. Leo menarik tangannya.  "Grace dengar. Aku memang mengatakan hal seperti itu dulu. Tapi itu dulu saat aku masih mencintaimu. Sekarang aku sudah tidak mencintaimu lagi, Grace." Air mata Grace perlahan menetes. Ia tidak percaya akan apa yang baru saja ia dengar. Ia tidak percaya Leo baru saja mengatakan hal seperti itu kepadanya.  "Apa maksudmu?" tanya Grace disela air mata yang terus menetes membasahi pipinya.  "Aku sudah memiliki kekasih, Grace."  Grace merasa jantungnya seketika berhenti berdetak. Ia merasa kesulitan bernapas. Kenyataan yang baru Leo katakan terasa mencambuk hatinya. Nyatanya rasa itu lebih sakit dibanding pengakuan Leo yang mengatakan bahwa Leo sudah tidak mencintai Grace. "Kau.." Ujar Grace lirih. "Maaf Grace. Sudah kubilang tadi bahwa hubungan kita dulu sudah berakhir karena kita sudah tidak pernah berkomunikasi." "Tapi aku mencintaimu, Leo. Mengapa kau melakukan ini. Sepuluh tahun, Leo. Sepuluh tahun aku berusaha mencarimu keseluruh penjuru dunia. Aku mencarimu seperti orang gila. Aku bekerja keras agar aku bisa sukses dan aku bisa membantumu mewujudkan mimpimu untuk memiliki restoran yang besar dan terkenal." Grace terisak dalam tangisnya. Ia benar-benar merasa kecewa. "Aku minta maaf, Grace. Apa dayaku. Aku bertemu dengan seorang wanita di Italia. Dan aku mencintainya. Maafkan aku Grace. Tetapi aku sudah tidak mencintaimu." ucap Leo. "Dan aku tidak bisa menikah denganmu. Bukankah kau akan menikah dengan Edward?" tanya Leo.  "Aku tidak pernah mencintainya dan aku tidak akan menikah dengannya!" ujar Grace. "Grace. Aku tidak tahu bagaimana perasaanmu terhadap Edward. Tetapi aku yakin dia sangat mencintaimu. Aku bisa melihat dari sorot matanya saat memandangmu."  "Aku tidak peduli dengannya, Leo. Aku hanya mencintaimu. Tidak bisakah kau meninggalkan kekasihmu itu untuk menikahiku, Leo?" Grace terus berucap dalam tangisnya. Leo benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan pada Grace. Ia juga tidak tega melihat Grace menangis seperti ini. "Maaf ,Grace aku tidak bisa melakukannya. Aku sangat mencintaiku kekasih." Grace terus menangis. "Aku harus kembali, Grace. Maaf, aku telah menyakitimu. Tapi aku sudah tidak mencintaimu lagi. Aku harap Edward dapat membahagiakanmu dan kau dapat melupakan aku. Aku harap semoga kau bisa belajar mencintai Edward." ucap Leo. "Leo. Leo, kumohon.." lirih Grace. Namun Leo mengabaikannya.  "Maaf" ucapnya sebelum akhirnya ia menutup pintu dan meninggalkan Grace yang menangis di ruang VIP. Grace merasakan hatinya sangat hancur. Sepuluh tahun ia menanti Leo. Sepuluh tahun ia berusaha mencari Leo kemanapun. Sepuluh tahun ia memendam rasa rindunya dan hanya bisa memandang foto Leo yang ia punya. Dan kini saat ia bertemu Leo. Saat ia merasa penantiannya membuahkan hasil. Leo datang dengan membawa kenyataan yang sangat menyakitkan bagi Grace. Kenyataan yang membuat Grace seperti orang bodoh.  Penantiannya selama ini ternyata sangat sia-sia. Harapannya hancur kini. Ekspetasinya akan kehidupan dimasa depan bersama Leo, hanyalah tinggal ekspetasi yang memilukan. Ia kecewa pada Leo. Juga pada dirinya sendiri. Seandainya ia bisa mengulang waktu. Ia akan memaksa Leo memberitahu tujuan kepergiannya. Ia akan berusaha lebih keras mencari Leo.  Tidak ada yang bisa Grace lakukan selain menuruti kehendak ayahnya. Ia harus bisa melapangkan d**a meskipun ia sangat kecewa dan ingin menikah dengan Leo. Grace mengusap air matanya. Ia harus tegar. Meskipun telah diusap , air matanya tetap saja turun. "Meskipun aku tidak bisa memilikimu. Aku akan tetap mencintai dan me perjuangkanmu. Aku akan melakukannya." ujar Grace. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN