Chapter 49

1101 Kata
"Akhirnya anda datang juga. Selamat datang Mr.Edward dan Mrs.Grace. Saya merasa terhormat kalian bisa datang kemari." ujar Mr.Antonio Grace hanya mampu tersenyum. Ia sama sekali tidak mengenal Mr.Antonio. Ia juga tidak mengenal siapapun disini. Dan sedari tadi Edward merangkul pinggangnya dengan protektif. "Justru kami yang merasa terhormat telah diundang ke acara anda ini." ujar Edward. Mr.Antonio terkekeh. "Anda sangat cantik Mrs.Grace." ujar seorang gadis.  Grace menoleh, ia tersenyum canggung. Siapa lagi itu, Grace tidak mengenalnya. Gadis muda seumuran Gabriella. Melihat gadis itu, Grace jadi merasa rindu pada adiknya. "Sofia, putrinya." bisik Edward.  "Oh. Terimakasih, Sofia. Kau juga sangat cantik malam ini." ucap Grace seolah-olah mereka saling mengenal. "Kau mengenalku? Bagaimana kau tahu namaku?" tanya Sofia.  "Edward yang memberitahuku." "Mr.Edward bolehlah aku membawa Mrs.Grace? Aku ingin mengobrol dengannya." ujar Sofia malu-malu. Grace tersenyum sumringah. Akhirnya ia bisa bebas dari rangkulan Edward yang terkesan terlalu protektif. "Oh tentu saja. Kalian bisa membicarakan banyak hal. Aku titip istriku, ya" ujar Edward dengan seringaiannya. Seolah tersirat perintah tak terbantahkan disana. Grace mengikuti langkah Sofia. Mereka duduk di kursi yang tersedia. "Bagaimana rasanya menjadi istri seorang Edward Jacob, Mrs.Grace?" tanya Sofia to the point, dari nada bicara terlihat Sofia sangat penasaran. Grace sedikit tercengang. Mengapa gadis ini berani menanyakan hal seperti itu.  Grace berdehem. "Mengapa kau bertanya seperti itu?"  "Eum. Aku dan teman-teman sekolahku sangat mengidolakan Edward Jacob. Dia sangat tampan, tinggi, dan kaya. Jujur saja Mrs.Grace, saat berita mengenai pernikahan Mr.Edward dengan kau diketahui oleh teman-temanku. Teman-temanku langsung mengeluarkan sumpah serapahnya untukmu." "Benarkah?" tanya Grace tidak percaya. Ia mengepalkan tangannya. Grace paling tidak suka ada yang membicarakannya. Apalagi orang tersebut tidak tahu apapun tentang Grace. "Mereka bilang kau tidak cocok untuk Edward. Tetapi setelah aku bertemu langsung denganmu. Kurasa ucapan mereka tidak benar. Kau sangat cantik, pantas saja Edward menikahimu. Dia pasti sangat mencintaimu, kan?" tanya Sofia. Grace mengangguk perlahan. "Pasti Mr.Edward sangat romantis. Mrs.Grace tolong ceritakan hal romantis apa saja yang sudah dia lakukan. Dan bagaiamana dengan bulan madu kalian? Kalian pergi kemana saja?" Grace membulatkan matanya. Ia bukanlah tipe orang yang mudah terbuka apalagi pada orang asing. Tetapi mengerjai para teman Sofia yang telah berani mengatasinya dibelakang, sepertinya akan menjadi seru. "Yaa. Dia sangat romantis. Dia memberikanku bunga dan ciuman di setiap pagi. Dia selalu memelukku saat tidur. Dan dia selalu mengatakan bahwa dia mencintaiku."  "Wah.. Dia sangat romantis..." ujar Sofia kegirangan. Grace membulatkan matanya. Ia reflek menutup mulutnya dengan tangan. "Tunggu, berapa usiamu?" tanya Grace. Sepertinya kurang pintar melihat situasi jika ingin berbohong. "Delapan belas tahun." jawab Sofia. "Seharusnya tidak aku katakan hal seperti itu tadi kepadamu." keluh Grace. "Tak apa. Kau sudah menceritakannya. Aku jadi iri padamu, Mrs.Grace. Kau sangat beruntung bisa menikah dengan pria sempurna seperti Mr.Edward." Grace menaikkan satu alisnya.  "Tidak ada manusia sempurna di dunia ini, Sofia."  'Kecuali, Leo.' batin Grace menambahkan. "Kecuali, Mr.Edward. Dia dambaan para wanita." "Em. Mrs.Grace. Aku mohon pamit dulu. Kakakku memanggil." ujar Sofia.  "Baiklah.." Selepas kepergian Sofia. Grace menghela napas. "Anak kecil yang tidak tahu malu." geram Grace. "Bisa-bisanya dia dan teman-temannya memuja Edward seperti itu. Memangnya apa bagusnya Edward." "Tidak baik membicarakan suamimu seperti itu, Mrs.Grace." suara bariton membuat Grace terkejut. Sepertinya ia terlalu keras tadi saat berbicara. Grace menoleh dan sedikit terkejut mendapati pria asing telah duduk di sebelahnya. Pria itu tersenyum manis. "Kau siapa?" tanya Grace dengan mengerutkan keningnya.  "Kau tidak mengingatku, Mrs.Grace?" tanya nya. Grace berusaha mengingat. Wajah pria ini nampak tidak asing. Sepertinya Grace pernah bertemu. Tapi dimana. "Marko Douglas." ucapnya. Grace masih nampak berpikir.  "Kau benar-benar tidak mengingatku?" tanya Marko.  "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Grace. "Kau sepertinya melupakanku, mrs.Grace. Kita pernah menjalani kerja sama. Lebih tepatnya sebelum kau menjadi CEO." ujar Marko. "Em. Itu sudah lumayan lama. Maaf aku tidak mengingatmu. Aku berjumpa dengan banyak orang setiap hari." Ujar Grace. "Aku mengerti." Marko mengangguk paham. "Em. Tentang ucapanku yang barusan. Apa kau mendengarnya?" tanya Grace. "Ucapan yang mana?" tanya Marko. Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.  "Tentang Edward."  Marko terkekeh.  "Aku mendengarnya. Tenang saja. Aku tahu kau hanya cemburu."  "Cemburu?" tanya Grace tidak percaya. "Ya. Cemburu pada gadis-gadis yang menyukai suamimu." ucap Marko. Grace menggelengkan kepalanya. Mana mungkin ia cemburu. "Kalau boleh tahu, dimana Edward? Aku tidak melihatnya sedari tadi." tanya Marko. "Dia sedang berbincang bersama Mr.Antonio. Kenapa? Apa kau ingin mengobrol dengannya?" tanya Grace. "Oh tidak, tidak. Aku hanya bertanya saja. Aku takut dia marah padaku karena mengobrol bersama istrinya yang cantik." Grace tersenyum canggung. Ia sedikit tidak nyaman jika bersama orang asing. Terlebih laki-laki. "Mau minum?" tanya Marko , ia menyodorkan segelas wine pada Grace. "Tidak. Aku tidak minum alkohol." ujar Grace dengan tersenyum. "Ayolah mrs.Grace ini hanya wine. Kadar alkoholnya sedikit. Kau tidak akan mabuk jika meminum ini." Grace merasa ragu.  "Anggap saja ini salam pertemanan kita." ucap Marko tersenyum manis. Grace akhirnya menerima minuman tersebut. Dan meminumnya.  "Rasanya aneh." ujar Grace. Ia merasakan kerongkongannya sedikit panas saat dilalui benda cair itu.  "Begitulah rasanya, mrs.Grace" ucap Marko dengan terkekeh. "Edward pasti sangat beruntung bisa mendapat istri seperti anda, mrs.Grace."  Grace tersenyum canggung. Beberapa orang pernah berkata demikian kepada dirinya. "Setiap pria pasti akan merasa beruntung memiliki seorang wanita sebagai pendamping hidupnya." ucap Grace.  "Tetapi tidak semua pria merasa beruntung. Ada yang tidak bisa memiliki wanita yang ia cintai sebagai pendamping hidupnya."  "Terkait itu. Itu kehendak yang kuasa." Grace merasakan badannya mulai merasa panas. Ia menggeliat tidak nyaman. "Ada apa mrs.Grace?" tanya Marko terlihat panik.  "Entahlah. Badanku tiba-tiba terasa panas." Grace semakin merasa tidak nyaman. Ia mulai mengibaskan tangannya agar dapat merasakan angin. "Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tetapi rasanya sangat panas." Grace menggigit bibir bawahnya. Ia sudah tidak tahan lagi. "Tolong aku. Aku tidak tahan lagi." ujar Grace.  "Sepertinya aku tahu apa yang harus ku lakukan. Ayo ikuti  aku, mrs.Grace." Marko berdiri dari duduknya. "Tapi Edward?" tanya Grace. "Kita akan memberitahunya nanti. Anda terlihat sudah sangat gelisah mrs.Grace. Lebih cepat, lebih baik bukan." ----- "Kita akan kemana?" tanya Grace. Grace ingin sekali membuka gaunnya. Namun ia masih memiliki akal. Tidak mungkin ia melakukan itu di hadapan pria yang baru di kenalnya. 'Bodoh! Kenapa aku mengikuti pria asing' logika Grace baru berfungsi. "Ikuti saja aku, mrs.Grace. Dan badanmu tidak akan terasa panas lagi."  "Kau memesan kamar? Lebih baik aku pulang saja. Edward pasti mencariku." Grace merasa cemas saat Marko berhenti di depan pintu kamar. "Tidak usah cemas. Lebih baik sekarang kita masuk. Aku tak ingin terjadi apa-apa pada tubuhmu."  Pintu kamar terbuka.  "Tapi."  "Ayolah, mrs.Grace." Marko tersenyum dengan lembut.  "Aku pulang saja. Biar Edward nanti yang memban-" "Sudah. Masuk saja, mrs.Grace" Marko segera menarik tangan Grace hingga keduanya memasuki kamar hotel. Sedangkan Grace tidak mampu melawan, karena badannya benar-benar terasa panas.                             ----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN