Chapter 9

1020 Kata
Sesampainya mereka direstoran, keduanya hanya saling terdiam. Grace memilih ruang VIP kali ini. Karena ia akan menceritakan sesuatu , dan tak ingin orang banyak diam-diam menguping dan mengetahui segalanya. "Aku tau ada hal yang ingin kau sampaikan. Aku siap menjadi pendengar setia. Dan aku menunggu ceritamu" ucap Devani.  Grace menoleh. Devani benar. Sikap Grace terlalu kentara jika memesan ruang VIP seperti ini. "Pria itu benar-benar jerk!" ucap Grace frustasi. Devani tersenyum. Ia bahkan sudah mengetahui semuanya. Namun ia ingin mendengarnya sendiri dari Grace, ia ingin mengetahui perasaanya. "Siapa?" tanya Devani terlihat tertarik "Pria yang tadi tiba-tiba muncul!"  "Oh. Edward. Apa yang terjadi tadi?" tanya Devani. Grace benar-benar kesal. Tetapi ia malu menceritakannya pada Devani. Namun sepertinya memendam semua ini justru akan membuatnya semakin kesal. Menceritakannya pada Devani adalah jalan terbaik. "Dia menciumku tadi, dengan lancang" Devani membulatkan matanya. Jadi Edward melakukan itu, lagi. Sepertinya benar yang dikatakan Grace. Pria itu benar-benar Jerk.  Devani bahkan tidak menyangka, Edward akan seganas itu. Langsung melancarkan serangan, yang justru membuat Grace membencinya. "Benarkah?" Dan mengalirkan segala keluh kesah yang Grace pendam. Semua diluapkannya. Devani dengan serius memperhatikannya.  Semua kisah yang ia ketahui, sama percis dengan apa yang diceritakan Grace. Tentang makan malam keluarga. Tentang Edward yang mengajak Grace ketaman.  Tentang Edward yang tidak bisa menahan diri, dan mengacaukan semuanya. Devani tersenyum saat Grace melontarkan kalimatnya. "Dia sangat angkuh. Berlagak ingin membuktikan cintanya. Dia pikir dia siapa! Dia hanya seorang playboy, yang bisanya menyakiti perempuan. Dan dia sok mengatakan cinta. Dia bahkan tidak tahu definisi cinta!" Grace benar-benar kesal. Ingin rasanya ia mencakar wajah tampan Edward, menggampar bibir Edward yang selalu tersenyum ketika bertemu, ataupun mencongkel mata Edward yang setiap detik selalu menatapnya. "Kita lihat saja, Grace. Siapa tahu, kali ini. Dia yang akan meluluhkan hatimu." ucap Devani. ----- "Hebat. Kau? Ditampar dua kali oleh perempuan yang sama?" Alex menggeleng-gelengkan kepalanya. Setibanya dikantor, Edward langsung menceritakan perbuatan Grace yang menamparnya. Bahkan rencana awalnya untuk mengajak Grace makan siang bersama,hancur sudah. Edward tidak dapat menahan emosinya.  Untuk itu sebelum Edward memperkosa Grace, bukankah lebih baik jika Edward kembali ke kantornya. "Wanita yang angkuh" Edward menggeram frustasi. Alex menepuk pundak Edward. Berusaha menenangkan Edward yang terlalu terburu-buru. "Hei bung. Bersabarlah sedikit. Jangan terburu-buru" ucap Alex. "Masih banyak cara." tambahnya. "Jangan terlalu menunjukkan sikap jerk mu itu dihadapannya. Bersikaplah sedikit manis" ujar Alex kemudian. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Edward Alex menyeringai. Sudah berputar berbagai ide cemerlang dihadapannya. Edward memang playboy dan selalu mendapatkan wanita yang ia inginkan. Namun tidak kali ini karena seorang wanita menolaknya.  Jadi wajar, jika Edward tidak tahu apapun untuk menarik hati Grace. "Itu mudah" ucap Alex kemudian. ---- "Bagaimana jika kita pergi ke mall? Sedikit berbelanja untuk menyegarkan pikiran sepertinya ide yang bagus." ajak Devani saat ia dan Grace berniat pulang karena pekerjaan mereka memang sudah selesai. Grace melirik jam tangannya. Pukul 5 sore lebih 14 menit. Waktu yang cukup awal, mengingat akhir-akhir ini mereka sering lembur. Grace tersenyum. Benar kata Devani, setidaknya berbelanja ke mall sore ini tidak akan membuatnya jatuh miskin. Selain itu, bisa menyegarkan pikirannya. Dan mungkin moodnya akan membaik, mengingat sikap Edward tadi siang yang sangat menyebalkan. Apalagi ia tidak memiliki kegiatan apapun jika dimansion. "Benar. Ayo" ajak Grace bersemangat. Mereka melangkah bersama menuju basement sembari sibuk membicarakan sesuatu. Mereka melangkah sambil tertawa. Namun seketika tawa itu terhenti karena Grace melihat Edward kini dengan tampannya, berdiri dihadapan mobil. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Grace ketus. "Aku menjemputmu" jawab Edward dengan tersenyum. Membuat Grace dan Devani terkejut. "Aku membawa mobil sendiri." ucap Grace malas. Ia sebenarnya masih canggung karena kejadian tadi siang. Dan juga , masih sedikit marah karena perilaku Edward. "Tapi aku sudah menjemputmu, dan menunggu cukup lama." ucap Edward menatap Grace dengan senyum mautnya. "Aku tidak memintamu melakukannya. Lagipula aku masih ada urusan" Grace menarik Devani agar melangkah meninggalkan Edward. "Kalau begitu aku ikut" ujar Edward. Grace berhenti melangkah, begitu juga Devani. Mereka berbalik dan menatap Edward. "Ini masalah wanita! Pria dilarang ikut!" ucap Grace dengan penekanan. "Memangnya masalah apa?" tanya Edward dengan wajah yang di kondisi kan sepolos mungkin. "Bukan urusanmu." Grace berkata dengan emosi tertahan. "Tentu saja urusanku." ucap Edward dengan sesantai mungkin. "Kau bukan siapa-siapa!" "Aku calon kekasihmu" Edward menyeringai. "Aku sudah punya kekasih." "Dan kekasihmu adalah aku" "Kau gila" pekik Grace. "Aku gila karena mencintaimu" "Ka-" "Stop" Devani akhirnya bersuara. Setelah beberapa menit ia hanya menjadi properti dari drama pertengkaran yang secara langsung ia saksikan. Devani menarik tangan Grace. "Maaf mr.Edward. Kami sibuk, dan ada beberapa pekerjaan yang harus kami selesaikan. Kami permisi." ucap Devani lalu menarik Grace meninggalkan Edward. Sedangkan Edward, hanya menatap Grace yang melangkah menjauh. --- "Aku ingin bermain sebentar malam ini" ucap Edward menegak vodka yang entah keberapa kalinya. "Tidak!. Kau harus istirahat." ucap Alex. "Aku sudah beberapa hari ini tidak bermain. Kau tahu , Grace membuatku seperti kurang belaian." ucap Edward membuat Alex menggelengkan kepalanya. Apalagi sedari tadi, beberapa jalang yang lalu lalang menatap Edward dengan tatapan menggoda yang bagi Alex adalah tatapan menjijikan. Jika saja tidak karena tatapan Alex yang tajam. Mungkin para jalang tersebut akan langsung menghampiri Edward. "Kau akan berangkat besok, Ed." ucap Alex. "Benar. Sepertinya besok aku akan mengunjungi Grace terlebih dulu" Edward kembali meneguk vodkanya. "Kau gila. Jadwal penerbangannya pagi hari" ucap Alex mengingatkan. "Aku akan tetap menemuinya" Baru saja Edward ingin meminum vodkanya , namun Alex segera mengambil paksa gelas di genggaman Edward. "Jika kau ingin bertemu Grace. Kau harus pulang sekarang!" baru saja Alex selesai berucap. Tiba-tiba Edward berdiri dan melangkah meninggalkan Alex dengan langkah sempoyongan. ---- Alex memapah Edward, hingga sampai didalam mobil. Edward mabuk. Suatu perubahan besar, Edward mau meninggalkan klub dan mau kembali ke mansion. Selama ini, Edward akan tetap melanjutkan aksinya untuk meminum alkohol,dan bahkan mengencani beberapa jalang. "Aku setuju. Sepertinya ini akan berhasil" ucap Alex kepada seseorang diseberang sana sambil tersenyum. Kemudian Alex menatap Edward yang tergeletak disampingnya. Mereka lalu kembali ke kediaman keluarga Jacob. ---- "Lagi?" tanya Stefani ketika Alex memapah Edward yang dalam keadaan mabuk. Stefani hanya menggelengkan kepala. Ia sudah hafal kebiasaan putra semata wayangnya. "Aku akan membawanya ke kamar, Mom." ucap Alex.  Alex lantas memanggil beberapa bodyguard untuk membantu mengangkat Edward.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN