Chapter 10

1046 Kata
Hari ini Grace sangat bersemangat. Kemarin ia berkeliling mall dan baru saja membeli anak anjing . Meskipun Federico memarahinya karena menambah jumlah anjing dirumah mereka, dengan sedikit perlawanan akhirnya Grace diperbolehkan. Dan Grace sangat menginginkan anjing perempuan. Agar anjingnya dapat melahirkan banyak anak anjing yang lucu dan menggemaskan. Ah, Grace sangat tidak sabar. "Kau harus berhasil memenangkan kontrak proyek pembuatan makanan ringan dengan perusahaan Gerald corp. Baru ayah izinkan memelihara anjing perempuan." Grace tersenyum ketika mengingat titah ayahnya. Hanya perlu bekerja sedikit keras agar ia bisa memiliki anjing perempuan. Dan merawatnya hingga anak anjing lucu terlahir. Baru saja Grace membuka pintu, ternyata Devani telah sibuk dengan komputernya. "Tumben" ucap Grace, sedangkan Devani hanya melirik. "Ini semua demi anjing perempuan" ucap Devani dengan wajah datar membuat Grace tertawa. Semalam Grace langsung menelpon Devani dan memintanya-mengancamnya- agar bisa memenangkan kontrak dengan perusahaan Gerry, dengan jaminan gaji Devani sebagai taruhan. Devani hanya menghela napas ketika tahu ambisi Grace untuk memiliki kebun binatang dimansionnya. Kebun binatang dengan seribu anjing. Dan mungkin Grace lebih cocok untuk menjadi menteri pemberdayaan dan perkembangbiakan hewan dibanding menjadi CEO. Atau duta penggemar hewan, mungkin. Mereka bekerja sekeras mungkin untuk menyempurnakan materi yang akan mereka presentasi kan, besok. "Presentasi nya masih besok, Grace. Dan kau melakukannya seolah presentasi akan berlangsung sepuluh menit lagi." keluh Devani karena ini pertama kalinya Grace tetap sibuk dengan laptopnya saat makan siang seperti ini. "Persiapannya harus matang, Dev. Agar-" "Agar kau bisa dengan segera memelihara anjing perempuan yang akan kau namai barbie, dan memberinya segala fasilitas dengan warna pink" sambung Devani kemudian. "Em. Tepat sekali" ucap Grace tersenyum. "Kau sepertinya lebih bersemangat untuk mendapatkan seekor anjing, daripada mendapatkan teman hidup Grace." "Yap. Anjing adalah teman hidup yang baik, penurut, sabar , dan yang paling penting setia " ucap Grace dengan penekanan. "Tapi kau tidak bisa menikah dengan anjing Grace" ucap Devani. Terdengar suara bariton yang membuat fokus Grace teralihkan dari laptopnya. "Ehm. Boleh minta waktu sebentar. Aku ingin berbicara dengan Grace" ucap Edward. "Minta? Waktuku terlalu berharga untuk kuberikan secara gratis padamu, Edward" ucap Grace ketus. Meskipun moodnya sedang bagus , tetap saja Grace masih merasa kesal pada Edward. "Kalau begitu berapa harga yang kubayar untuk bicara denganmu?" tanya Edward. "Waktuku tidak terbeli dengan uang!" "Baiklah, mr.Edward . Kalau begitu, saya permisi" Devani lantas memindahkan makanannya kemeja lain diiringi dengan celotehan Grace yang melarangnya untuk pindah. Edward berterimakasih pada Devani. "Kumohon, sebentar saja" ucap Edward saat ia duduk. "Cepat katakan!" "Aku hanya ingin meminta maaf"  Grace terlihat menanti ucapan Edward selanjutnya. "Karena beberapa hari kedepan, aku tidak bisa menemuimu" Grace menganga lebar. Ia mengira Edward akan meminta maaf atas kelancangannya kemarin, dan kemarin kemarin nya lagi. "Aku akan pergi beberapa hari" ucap Edward. "Baguslah, kalau bisa kau pergilah selamanya. Kau hanya mengangguku" ucap Grace , Edward tersenyum. "Benarkah? Sepertinya kau akan sangat merindukan aku" Edward menyeringai. "Hanya dimimpimu" "Kau tidak ingin bertanya aku pergi kemana dan untuk urusan apa?" tanya Edward. ---- "Tidak. Tidak penting." ucap Grace meskipun sebenarnya ia penasaran  "Baiklah, biar aku yang beritahu. Aku tidak mau kau bertanya-tanya dibelakangku dan mendapat informasi yang salah."  Baru saja Grace ingin berbicara Edward sudah melanjutkan kembali ucapannya. "Aku akan pergi ke Las Vegas. Untuk urusan bisnis. Tidak sampai satu minggu. Tetapi aku pasti akan sangat merindukanmu, dan kau juga." ucap Edward. "Kau terlalu percaya diri" ujar Grace. "Aku berangkat. Jaga dirimu baik-baik" Tiba-tiba Edward bangkit dan mengecup kening Grace. "Aku akan merindukanmu sayang" bisik Edward. Membuat Grace membeku dan merasakan sesuatu yang aneh. Edward terlihat sangat manis dengan perilakunya kali ini. Seolah mereka berpacaran. Grace menahan senyum diwajahnya.                             ---- Edward masuk kedalam mobil, Alex sudah menantinya. "Kau terlambat 8 menit" ucap Alex ketika Edward kembali. "Aku hampir lupa siapa yang sebenarnya menjadi CEO disini." ujar Edward dan Alex pun tertawa. "Maaf, Ed. Tetapi kita benar-benar buru-buru" ucap Alex yang kini sibuk berlutut dengan laptopnya. "Kau yakin dia tidak memiliki kekasih?" tanya Edward tiba-tiba. "Tentu saja." jawab Alex. "Dia cantik, tetapi mengapa dia masih sendiri." "Dia selalu menolak, bahkan pria tampan sepertimu." ucap Alex menyindir Edward membuat Edward terkekeh. "Tetapi pasti ada alasan."  Alex mengangguk. "Dan itu adalah tugasmu untuk mencari tau" ucap Edward membuat Alex langsung menoleh padanya. "Sebaiknya kau hilangkan dahulu kebiasaanmu bersama para jalang itu," Alex menyarankan. "Aku hanya butuh hiburan. Aku kesepian." ucap Edward mendesah frustasi. "Tidak seperti itu caranya, Ed. Kau lebih baik fokus mengurusi perusahan dibanding merusak masa depanmu dengan membuang waktu di klub."  Edward terdiam sejenak. Mungkin sudah ratusan kali ia berbicara begitu dan Alex selalu membalasnya dengan kalimat yang sama. "Grace Dominica." gumam Edward. "Dia sangat bersemangat untuk mendapat kontrak dari perusahaan Gerry." ujar Alex. "Benarkah?" tanya Edward penasaran. "Dia akan mempresentasikanya besok. Aku kagum padanya. Dia sangat pekerja keras, cantik, dan seksi" ucap Alex dengan nada sensual. Dan langsung dihadiahi tatapan setajam senjata malaikat pencabut nyawa dari Edward. "Tidak. Aku hanya mengaguminya. Dia milikmu, Ed" Alex tertawa tanpa dosa. "Berapa hari kita disana?" tanya Edward. "Tergantung seberapa cepat kau menyelesaikan pekerjaanmu." Edward terlihat menempelkan ponsel di telinganya. "Halo. Bisa kau kirimkan kontak dari mr.Gerry yang dapat kuhubungi?" ucap Edward ketika teleponya dijawab. "Apa yang kau lakukan?" tanya Alex. "Aku hanya ingin membantu Grace." ucap Edward setelah menutup teleponnya.                               ---- "Rapatnya ditunda setelah makan siang." ucap Devani yang baru saja mendapat telepon dari sekretaris CEO perusahaan Gerry. "Tetapi baguslah. Kita masih punya waktu dua jam untuk mematangkan konsep." lanjut Devani Grace menghembuskan napas kasar. "Sepertinya akan ada banyak rival kali ini." keluh Grace  "Ayolah Grace. Bukankah kau yang bilang kita harus memenangkan kontrak ini." ucap Devani. "Tetapi aku takut ada yang mengajukan penawaran dengan harga lebih rendah." "Grace. Kau itu hebat. Kau saja berhasil menjalin kerjasama dengan perusahaan Jacob yang sangat , sangat,dan sangat besar itu. Apalagi untuk memenangkan kontrak dengan perusahaan Gerry yang tidak sebesar perusahaan Jacob. Kau pasti bisa, Grace" ucap Devani menyemangati Grace. "Tetapi aku ragu." ujar Grace terdengar putus asa. "Tunggu. Kemarin kau bilang kita harus semangat untuk memenangkan kontrak ini. Kau harus semangat Grace. Kemana semangatmu ? Apa kau menjualnya untuk membeli anjing perempuan?" ucap Devani, Grace terkekeh. Terdengar suara ketukan pintu. Devani pun beranjak untuk membukanya. "Ya. Ada apa?" tanya Devani ketika ternyata yang mengetuk pintu adalah seorang OB. "Maaf Ms. ada kirimin untuk Ms.Grace" OB tersebut menyerahkan sebuket bunga mawar merah kepada Devani. "Dari siapa?" tanya Devani.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN