Chapter 23

1114 Kata
Hari ini Devani sudah bisa berangkat kerja. Dan Devani berterima kasih pada Grace. Berkat kedatangan Grace kemarin, Fero menjadi ceria dan semangat sehingga demamnya menurun.  Sedangkan Grace juga berterima kasih. Akhirnya dia dapat menjalani hari tanpa merasa kesepian. "Biar kutebak. Pasti kemarin kau tidak keluar untuk makan siang. Dan lebih memilih untuk menyuruh OB membawakan makanan untukmu. Benar, kan?" tebak Devani.  Grace hanya menyengir, Devani memang sudah tahu kebiasaan Grace. "Ayo makan siang." ajak Devani, dengan semangat Grace mengangguk. Grace berdiri dari kursi kebesarannya.  Setelah berdiri , Grace menuju pintu untuk keluar. Memutar knop, pintu terbuka. Dan Grace terbelalak kaget. Karena ketika ia membuka pintu. Nampak Edward yang berdiri tepat didepan pintu . Posisinya menunjukkan seolah Edward ingin memasuki ruangan Grace. "K.. kau" ucap Grace tergagap karena masih terkejut.  "Selamat siang. Kau akan pergi? Apa kau akan makan siang?" tanya Edward dengan senyum tampannya. "Selamat siang, Mr.Edward, kami baru saja ingin makan siang." sahut Devani.  "Aku ingin mengajak Grace makan siang bersama. Kuharap kau tidak keberatan jika Grace kupinjam sebentar." ujar Edward lalu menatap Grace. "Tentu saja, Mr.Edward. Saya tidak punya hak untuk melarang anda." ujar Devani tersenyum. "Kalau begitu saya permisi. Grace aku duluan." Devani lalu melangkah pergi meninggalkan Edward dan Grace. "Eh tapi, Dev." baru saja Grace ingin mencegah Devani pergi, tapi Edward sudah menghalanginya. "Kau ini. Ah, apa maumu?" tanya Grace. "Aku tadi sudah bilang. Aku ingin mengajakmu makan siang bersama."  "Tapi kau tidak harus mengusir Devani" ucap Grace. "Aku tidak mengusirnya. Dia sendiri yang tidak merasa keberatan lalu pergi." ucap Edward tanpa rasa bersalah. "Tapi aku merasa keberatan." ujar Grace. "Benarkah? Padahal kau kurus. Lalu apa yang membuatmu merasa berat." ujar Edward. "Beban hidupku karena harus terus diganggu olehmu." ucap Grace cepat. Senyum di wajah Edward menghilang. "Ck. Aku sudah datang jauh-jauh kemari. Menemaniku makan siang sebentar tidak akan membuatmu mati nona." 'Bagaimana tidak mati, jika tatapunmu itu terasa membunuhku' batin Grace. "Ya sudah, ayo." Mereka berdua pun melangkah menuju lift.  ----- "Kenapa kita harus kemari? Aku sudah bilang kan tadi, agar kita makan siang ditempat biasa aku makan siang." protes Grace saat Edward justru membawanya kesalah satu restoran ternama dengan harga makanan selangit. "Memangnya kau tidak bosan, hanya makan ditempat yang sama. Dengan menu yang sama setiap siangnya. Dan orang yang selalu sama, yaitu Devani." ucap Edward. Benar kata Edward. Selama Grace bekerja di perusahaan ayahnya. Setiap makan siang, ia pasti hanya akan menuju restoran terdekat kantornya, lalu memesan menu favoritnya. Dan selalu ditemani Devani, karena memang hanya dia teman akrab Grace dikantor. "Tidak." jawab Grace asal.  "Kau harus merasa bosan. Karena mulai dari sekarang, aku yang akan menghilangkan rasa bosanmu." Grace mengerutkan kening. "Pemaksaan yang.. Sangat tidak lucu" ujar Grace. "Memangnya siapa yang berniat melawak? Aku sedang serius, jadi wajar jika kau tidak tertawa" Seorang waiters datang dan menanyakan pesanan mereka. Grace hanya menyamakan menunya dengan Edward, karena ia memang belum pernah makan disini. Setelah kepergian waiters, Grace kembali terdiam. Ia lantas mengeluarkan ponselnya karena bosan dan gugup. Ternyata ada pesan singkat dari Devani. Hey. Kemana sitampan itu membawamu? Aku tidak melihat kalian disini Isi pesan singkat dari Devani. Grace semakin sebal membaca pesan Devani. Pasti gadis itu sekarang sedang makan sendirian. Maaf Dev, aku tidak bisa makan siang bersamamu. Kau pasti kesepian. Tak lama, muncul balasan dari Devani. No problem. Aku disini makan siang bersama karyawati lainnya. Oh asal kau tahu. Kumpul bersama mereka membuatku tak berhenti tertawa. Glek.. Grace lupa kalau Devani tidak sepertinya dirinya yang hanya akan murung, menutup diri, dan kesepian jika sahabat satu-satunya itu tidak hadir. Devani adalah orang yang easy going dan terbuka. Jadi wajar saja Devani memiliki banyak teman. Ia sangat mudah bergaul. Baguslah. Jadi apa saja yang kalian bicarakan? Mereka membicarakanmu dan Edward. Balas Devani, membuat Grace membulatkan matanya. Berani sekali para bawahannya membicarakannya dengan Edward. Terlebih disana ada Devani yang berpotensi akan membocorkan perilaku itu langsung kepada yang bersangkutan. Baru saja Grace ingin mengetikan balasan. Edward merampas ponselnya. "Hey!"  "Kau harus belajar menghargai orang lain saat bersamamu nona." ucap Edward. "Itu ponselku."  "Ada saatnya kau harus meletakkan ponselmu dan mulai terbuka pada lingkungan sekitar. Dan ini makan siang, seharusnya kau berinteraksi denganku. Bukan dengan benda mati ini. Mengobrol langsung lebih menyenangkan daripada hanya berkirim pesan." tegur Edward. Grace hanya memanyun-manyunkan bibirnya. Dia bukan tipe seperti itu, yang akan banyak memiliki bahan bicara. Ia tidak mudah terbuka pada orang lain. Termasuk laki-laki. Ia hanya akan bicara jika diajak bicara, jika tidak, Grace hanya akan terdiam sampai acara pertemuan berakhir. Grace memang pendiam. Apalagi mood  nya sedang tidak baik karena kejadian kemarin. Untungnya waiters datang membawakan makanan, jadi Grace tidak perlu susah payah untuk membalas ucapan bijak Edward. "Selamat makan." ucap Grace dengan semangat.  Rupanya Edward memesan menu seafood, udang. Dan itu adalah makanan favorit Grace lainnya. Edward hanya tersenyum melihat semangat Grace yang terlihat seperti, orang kelaparan. ----- "Edward Jacob, Sang Ceo tampan dan sukses dikabarkan memiliki hubungan spesial dengan putri sulung Federico Dominic, Grace Dominica. Grace, yang juga merupakan CEO  muda sukses.  Keduanya sering terlihat jalan bersama untuk makan siang. Seperti beberapa hari yang lalu, mereka berdua terlihat keluar dari salah satu restoran mewah di New York. Banyak yang beranggapan mereka sedang menjalin hubungan spesial dan mendukung hal itu. Namun banyak juga yang berpendapat bahwa mereka hanya mengadakan hubungan sebatas profesionalitas." Grace membuka mulutnya dengan sangat lebar ketika ia menyaksikan tayangan infotainment ditelevisinya. Baru saja ia tertawa terbahak-bahak bersama Devani. Kini segala kebahagiaan dan keceriaan terasa langsung lenyap saat Grace mengetahui kabar burung tentang kedekatannya dengan Edward. Tidak hanya disatu acara disebuah channel, hubungannya dengan Edward tercium media dengan sangat cepat. Hingga menjadi topik hangat hari ini. Sehingga sempat menjadi perbincangan para netizen di sosial media. "Apa mereka gila! Aku dituduh berpacaran dengan si playboy itu." pekik Grace. Ia merasa ini adalah pencemaran nama baik. "Tapi kalian cocok" ujar Devani dengan santai. Tak lama dering ponsel Grace terdengar. Melihat nama 'Ayah' sebagai id caller membuat Grace sulit bernapas.  Grace melirik sebentar kearah Devani kemudian mengangkat telepon dari ayahnya. "Hallo, Ayah." "Aku sudah melihat infotainment pagi ini. Jadi apa itu benar?" "Tentu saja tidak. Itu berita hoax." "Grace, Ayah berharap itu benar. Ayah sangat setuju akan kedekatanmu dengan Edward." "Ayah baru mengenal Edward beberapa hari. Dia itu-" "Ayah sudah mengenalnya sejak ia lahir. Dan ayah tau dia adalah pria yang sangat baik. Dia adalah pria yang tepat untukmu." Grace serasa mati kutu. Ia kesulitan bicara. Entah apa yang dipikirkan Ayahnya hingga bicara seperti itu. "Ayah aku dan Edward hanya sebatas rekan bisnis." "Baiklah. Tapi Ayah berharap kalian lebih dari itu. Dan Ayah selalu menunggu kabar mengenai kekasihmu. Ayah ingin ada laki-laki yang datang meminta izin pada Ayah untuk menjagamu"  Grace hanya memutar bola matanya. "Iya, Ayah." Grace lalu menutup telponnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN