PART VIII

2300 Kata
        Sudah sebulan berlalu dan hubunganku dengan Mas Randy sangat membaik tidak ada kecanggungan di antara kami, aku sudah memakai pakaian yang dibelikan Rania dan Kania, dan mereka benar Mas Randy langsung merobeknya, mengingat itu aku jadi malu. Dan Mas Randy hampir setiap hari memintaku memakai itu dan aku akhirnya membeli lagi jikalau sudah habis. Dan Mas Randy sangat menggila sekali dia sangat agresif bahkan aku sampai kewalahan menghadapi Mas Randy karna dia selalu meminta sampai berkali-kali.          Jikalau Mas Randy pulang malam pun Mas Randy tetap meminta tanpa lelah dan jikalau pagi Mas Randy juga mau memintaku katanya itu stamina untuknya, dan Mas Randy tidak pernah lelah dia sangat senang menyiksaku dan dia sangat senang jikalau aku sudah memohon. Karna itu kami semakin terbuka dan tidak ada hal yang kami tutup-tutupin karna itu juga hubungan kami sangat maju tidak ada canggung, malu dan sebagainya di antara kami.         Mas Randy juga terlalu v****r disaat kami b******a, dia tidak akan segan-segan mengeluarkan kata-kata yang sangat menaikkan gairahku, dan Mas Randy selalu memuji kehangatanku di dalam dan bukit kembarku, dia sangat senang bermain disana. Dia bilang itu miliknya hanya dia saja yang boleh mencicipinya, dia sangat suka dengan punyaku dia takkan pernah berhenti memuji segala sesuatunya dan itu semakin membuatku juga menggila, terkadang jikalau kami jalan Mas Randy juga tanpa segan memelukku, merangkulku, menggenggam tanganku bahkan menciumku terkadang aku yang malu karna diperhatikan banyak orang.         Bagaiamana dengan Mbak Mia? Akupun tidak tau, aku sudah lama tidak mendengar kabar Mbak Mia, aku tidak pernah menyayakan hal ini pada Mas Randy aku juga tidak pernah mendengar Mas Randy telvonan dengan Mbak Mia seperti dulu, entahlah disatu sisi aku sangat senang karna hubungan kami baik sesuai dengan apa yang ku harapkan, dan perhatian Mas Randy selalu tertuju padaku, di satu sisi tetap ada rasa kekhawatiran hal itu, aku tidak tau itu apa tapi ada aku sangat bingung sekali. Tapi satu yang pasti aku mencintai suamiku dan aku tidak akan pernah melepaskannya itu tekadku dan aku sudah bilang aku akan buat Mas Randy mencintaiku.         Saat ini aku sedang berada dalam perjalanan ke rumah sakit, sudah seminggu Ibu di rawat di rumah sakit. Ibu sedang sakit dan butuh biaya yang sangat besar. Ibu mempunyai sakit paru-paru dan ginjal. Dan untuk ini Mas Randy tidak tahu, aku tidak mau menyusahkan Mas Randy dalam hal ini karna akhir-akhir ini Mas Randy sedang ada masalah di kantor, aku sedang berbohong kepada Mas Randy, aku selalu bilang jikalau aku bertemu dengan teman-temanku, memang ada bilang menemui Ibu tapi aku bilang tidak ada masalah dengan Ibu.          Dan aku juga menyuruh supir yang mengantarku untuk tidak bilang pada Mas Randy. Untuk saat ini aku memakai uang tabungan yang ku simpan selama ini untuk membiayai rumah sakit Ibu. Tapi itu tidak cukup, karna Ibu perlu operasi dan itu biaya yang sangat banyak, aku bingung harus bagaimana. Aku takut untuk memakai uang Mas Randy dan bilang pada Mas Randy. Tapi aku juga tidak tahu harus bagaimana, karna untuk kebutuhanku, kebutuhan Ibu dan Reno adikku juga sudah menjadi tanggungan Mas Randy, aku tidak mau menjadi beban lagi untuk Mas Randy.         Aku sudah sampai di rumah sakit, aku masuk ke rumah sakit dan menuju ruangan Ibu. Aku melihat Reno sedang memberi Ibu makan, aku menghampiri mereka dan mencium Ibu, Reno juga menyalam dan memelukku.     "Kamu mau berangkat ke kampus?"     "Iya kak, ada ujian hari ini. Kak kayaknya Reno bakalan pulang malam ini, paling lama jam 9 malam, jadi bagaimana Ibu kak?"     "Tidak apa-apa kakak akan menjaga Ibu, kalau cepat selesai kamu segera datang ya, kakak akan tunggu."     "Baik kak, Reno permisi dulu." Reno menyalam dan mencium Ibu, kemudian dia juga melakukan hal yang sama padaku dan akhirnya dia keluar. Aku mengambil makanan Ibu dan menyuapi Ibu makan.     "Bagaimana keadaan Ibu? Apakah sakitnya masih terasa?"     "Sudah mendingan sa. Kamu tidak perlu khawatir. Ibu baik-baik saja." Aku tersenyum dan mengangguk.     "Ibu harus kuat ya dan Ibu juga bersabar nanti jika waktunya sudah pas Ibu akan di operasi." Ibu mengangguk.     "Mana suami kamu? Kamu tidak datang kesini sama suami kamu lagi?"     "Iya bu, Mas Randy sedang sibuk di kantor. Lagi ada masalah bu. Nanti jikalau Mas Randy tidak sibuk lagi akan datang kesini kok bu. Ibu makan lagi ya setelah ini Ibu harus minum obat." Ibu mengangguk dan aku pun tersenyum. *****         Aku sudah sampai di rumah, ternyata Reno tidak pulang sesuai dengan janji di karenakan ada kecelakaan di jalan jadi macet dan Reno harus putar balik dan mencari jalan lain agar bisa sampai di rumah sakit, dan sekarang sudah pukul setengah sebelas malam dan Mas Randy sudah pulang aku melihat mobilnya di garasi, aku tadi izin bakalan pulang telat tapi tidak setelat ini, semoga Mas Randy tidak akan marah. Aku masuk ke kamar dan aku melihat Mas Randy sedang di atas ranjang sedang memainkan laptopnya. Mas Randy tersenyum dan mematikan laptopnya meletakkannya di atas nakas dan membuka kacamata bacanya dan aku pun menghampiri Mas Randy dan duduk di tepi ranjang yang di samping Mas Randy. Aku menyalam dan mencium tangan Mas Randy, Mas Randy mencium keningku.     "Maaf ya mas, aku pulangnya kemalaman, tadi jalanan macet sekali karna ada kecelakaan jadi kami harus putar balik untuk mencari jalan lain." Entah sudah berapa kali aku berbohong pada Mas Randy, maafkan aku mas karna sudah berbohong. Kayaknya benar kalimat yang bilang sekali berbohong akan ada bohong-bohong yang lainnya untuk menutupi kebohongan yang pertama.     "Tidak apa-apa sayang. Kemarilah." Mas Randy menarikku ke dalam pelukannya.     "Aku masih bau mas, aku belum mandi."     "Tidak apa-apa Mas tidak perduli, mas sangat merindukanmu."     "Mas Randy udah makan? Biar aku masakin."     "Aku mau makan kamu, boleh?"     "Mas seriusan? Mas Randy ga capek?"     "Ya jelas enggak dong, mala ini jadi energi buat aku, kamu itu stamina buat aku. Atau kamu yang kecapekan ya?"     "Enggak kok mas. Yaudah aku mandi dulu, setidaknya aku membersihkan diriku dulu dari pagi aku udah diluar mas."     "Baiklah-baiklah jangan lama-lama ya, aku sudah tidak sabar." Mas Randy melepaskan pelukan dan tersenyum jahil, aku pun tersenyum. Setidaknya ini bisa menutupi rasa bersalahku terhadap Mas Randy karna udah bohong. *****         Mas Randy baru saja berangkat kerja, dan aku sudah siap-siap untuk berangkat ke rumah sakit. Sebelum itu aku harus menelvon Kania dulu, siapa tahu dia bisa meminjamkan aku uang untuk biaya operasi Ibu dan memintanya merahasiakan ini. Panggilan ketiga telvonku akhirnya di angkat Kania.     "Kenapa Carissa pagi-pagi kamu telvon apakah ada sesuatu hal yang sangat penting?" Saat ini aku sedang duduk di tepi ranjang menghadap kamar mandi dan menggigigit jari-jariku karna gugup.     "Mmmmmm gini, gimana ya bilangnya aku tidak enak bilangnya Kania."     "Kamu sudah menelvonku, maka bilanglah kamu membuatku penasaran."     "Aku mau minta tolong, tapi berjanjilah ini rahasia jangan bilang pada siapapun ini rahasia kita berdua termasuk Mas Randy juga jangan bilang."     "Baiklah-baiklah, aku akan berjanji. Bilanglah."     "Mmmmmmm begini Kania, aku ingin meminjam uangmu 75 juta bisakah? Aku akan mengembalikannya secepat mungkin aku janji."     "Itu uang yang besar, untuk apa? Uang Randy begitu banyak, jikalau hanya segitu itu tidak ada apa-apanya baginya. Kamu bisa pakai kartu yang dia berikan padamu."     "Aku tidak ingin menjadi beban lagi untuk Mas Randy, udah cukup aku dan keluargaku jadi beban Kania. Ibuku sedang sakit dan harus di operasi secepat mungkin jikalau tidak maka keadaannya akan semakin parah." "Dan hal ini kamu tidak bilang pada Randy? Hal ini cukup serius Carissa dan kamu harus bilang, Ibumu harus segera di tolong kamu tidak bisa menunggu lama, dan kamu harus bilang hal ini sama Randy agar Randy bisa tolong kamu bagaimana pun kamu istrinya dan kamu ga akan jadi beban bagi dia ini udah menjadi tanggung jawabnya." "Aku tidak bisa Kania, aku tidak mau jadi beban untuk "Siapa yang akan menjadi beban siapa?" Aku menoleh ke arah pintu dan Mas Randy sedang berdiri disana dengan wajah yang sangat sulit ku artikan, tangannya mengepal dan rahangnya mengeras. Aku jadi takut dan gugup apakah Mas Randy mendengarkan omonganku dengan Kania? "Mmmmmm Kania nanti akan ku telvon balik ya." "Dengarkan aku Carissa, kamu harus jujur dan bilang semuanya jangan ada yang ditutup-tutupin bilang baik-baik semoga Randy bisa mengerti, nanti akan ku telvon balik." Kania mematikan telvonnya, aku berdiri dan Mas Randy menghampiriku. "Mas, aku bisa menjelaskan semuanya kalau sebenernya "Menjelaskan apa? Aku sudah dengar semuanya, udah berapa lama kamu sembunyiin ini dari aku? Udah berapa lama Ibu sakit?" "Ibu sudah seminggu ini di rumah sakit." "Dan kamu udah berbohong selama satu minggu ini? Kamu tutup-tutupin semuanya dari aku? Mau sampai kapan kamu mau bohong? Jikalau tidak aku dengar kamu begini kapan kamu akan beritahu aku? Kapan? Gatau kapankan? Tega kamu ya bohong sama aku kayak gini, bagaimana pun Ibu kamu Ibu aku juga."     "Mas aku punya alasan kenapa aku ga jujur sama kamu." Mataku mulai berkaca-kaca jujur ini salahku, jujur aku juga tidak suka hal-hal seperti ini. Aku tidak berpikir panjang untuk masalah ini aku ingin menangis rasanya, Mas Randy sangat marah padaku. Mas Randy sangat membenci kebohongan dan aku sudah berbohong padanya. Ini amarah pertamanya di dalam pernikahan kami.     "Apa? Dengan alasan kamu dan keluarga kamu jadi beban aku? Omong kosong itu semua! Udah berulang kali kita bahas soal ini, kamu dan keluarga kamu tanggung jawab aku. Kamu tidak akan jadi beban bagi aku. Aku capek lihat kamu, kamu ga ngerti-ngerti sama apa yang aku bilang, kamu juga tau aku paling ga suka di bohongin dan sekarang kamu bohong sama aku. Aku kecewa banget sama kamu."     "Mas, aku mohon maafin aku. Aku tau aku salah aku minta maaf Mas." Aku menggenggam tangan Mas Randy dan aku memohon. Tetapi Mas Randy tidak mau menatapku dan tidak mau ku genggam dia melepaskan tanganku dan aku pun menangis ini membuatku sakit.     "Jangan kemana-mana di rumah saja, aku tidak mengizinkanmu kemana-mana. Aku yang akan mengurus Ibu."     "Tapi mas akuu     "Jangan ngebantah Carissa!!!!" Mas Randy membentakku dan suaranya meninggi dan aku semakin takut karna Mas Randy seperti ini, aku mundur satu langkah Mas Randy pergi dan membanting pintu akupun menangis sejadi-jadinya.     Aku tau aku salah, aku tidak tau akan menjadi seperti ini. Aku menyesal karna udah berbohong pada Mas Randy, aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Mas randy sangat marah padaku kali ini, aku harus bagaimana. Kania menelvonku dan aku mengangkatnya.     "Bagaimana Carissa?"     "Aku harus bagaimana Kania? Mas Randy sangat marah padaku karna aku tidak jujur, bahkan dia membentakku dan ga mengijinkanku untuk keluar rumah, baru kali ini Mas Randy bersikap seperti ini padaku. Ini pertengkaran pertama kami semenjak menikah."     "Kamu kan tahu Randy paling tidak suka di bohongi, ini akan sulit. Tapi percayalah nanti bakalan balik lagi kok, kamu jangan berhenti berusaha ya. Nanti aku akan coba bantu untuk ngomong sama Randy."     "Iya Kania, makasih ya." Aku menutup telvonnya dan aku menenangkan diriku. *****         Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam aku sudah menyiapkan makan malam dan aku sedang menunggu Mas Randy pulang dari kantor, aku mendengar suara deru mobil dan aku membuka pintu menyambut Mas Randy, aku ingin menyalam Mas Randy, mengambil tas dan jas Mas Randy tapi Mas Randy lewat saja dan itu membuat perasaanku entahlah aku sulit mengartikannya. Kami memasuki ruang tamu aku mengambilkan segelas air putih dan memberikannya pada Mas Randy, tetapi Mas Randy tidak mengambilnya mala bangkit berdiri.     "Mas Randy udah makan? Aku udah masak untuk makan malam kita."     "Tidak lapar." Aku terdiam dari tadi Mas Randy menolak semua yang ku perbuat, seketika Hpku berbunyi dan itu dari Reno, aku melihat Mas Randy melihatku.     "Dari Reno mas, tapi Mas Randy mau mandi ayo mas biar aku siapin air dan baju untuk Mas Randy."     "Tidak perlu, bisa melakukannya sendiri. Angkat saja telvonnya." Aku terdiam kemudian mengangkat telvon dari Reno dan Mas Randy naik ke atas.     "Kenapa Ren?"     "Kakak kenapa tidak ke rumah sakit? Kak Randy tadi datang dan udah bayar uang operasi Ibu, dan Kak Randy minta tadi langsung di operasi. Jadi Ibu udah di operasi kenapa kakak ga datang?"     "Oohh itu iya Ren, kakak sedang tidak enak badan jadi Mas Randy saja yang kesana, yang penting semuanya sudah bereskan? Keadaan Ibu bagaimana?"     "Ibu belum sadarkan diri kak, katanya itu efek obat bius kemungkinan Ibu besok pagi sudah sadar kakak tenang saja operasinya berjalan dengan baik kok. Kak Randy dari pagi juga sampai malam disini, Kak Randy sudah sampai rumahkan kak?"     "Iya udah kok, lagi mandi. Jangan bilang sama Ibu kalau kakak lagi sakit ya, kakak ga mau jadi beban pikiran Ibu, kamu pinter-pinter deh bilang sama Ibu. Kalau ada apa-apa juga jangan lupa kabarin kakak, kakak tunggu kabar dari kamu ya."     "Oke kak, kakak juga jaga kesehatan ya kak."     "Iya Reno, tolong jagain Ibu ya selagi kakak ga bisa, kakak minta tolong sama kamu.     "Baik kak, akan Reno jagain. Udah ya kak, Reno juga mau mandi."     "Oke Ren jaga kesehatan ya." Aku mematikan telvon dan beralih ke dapur, aku menyimpan semua masakanku hari ini, rasa kecewa itu ada. Karna Mas Randy menolakku bahkan berbicara padaku singkat dan tidak mau melihatku. Mas Randy sangat dingin padaku.         Setelah selesai aku naik ke atas dan aku melihat Mas Randy sudah naik ke atas ranjang, aku ingin menyelesaikan masalah ini sekarang.     "Mas, aku ingin bicara."     "Lain kali saja, aku ingin istirahat."     "Sebentar saja mas," Aku tau Mas Randy sedang menghindariku.     "Lima menit, katakanlah."     "Aku tau aku salah mas, aku minta maaf aku ngerti kalau Mas Randy kayak gini ke aku, aku terima anggap aja ini hukuman untuk aku. Sekali lagi aku minta maaf ya mas, dan makasih udah mau operasi Ibu mas, aku gatau mau bilang gimana lagi tapi yang pasti makasih ya Mas udah mau ikut ngurus Ibu."     "Udahkan?" Tanya Mas Randy padaku. Kemudian aku mengangguk dan Mas Randy tidur memunggungiku, aku menarik nafas dan mengeluarkannya. Aku masuk ke dalam kamar mandi, dan aku menangis dalam diam, aku tidak mau Mas Randy tau jikalau aku menangis aku berusaha keras untuk tidak bersuara ini menyakitkan bagiku, dengan sikap Mas Randy seperti ini, ini menyiksaku aku merasakan sakit yang luar biasa, tapi ini salahku. Aku berhakkan dapatkan ini?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN