Bab 4. Pewaris Sebenarnya 4

1207 Kata
# Karena Maira memang tumbuh dewasa di luar negeri selama ini, membuat pembawaan dan sikapnya jadi jauh lebih terbuka terhadap orang lain. Dia juga berbicara dengan cara yang lebih lugas selain sikap arogannya yang memang tampak jelas merupakan bagian dari kepribadiannya sendiri. Untuk hal ini, dia mungkin mendapatkannya dari almarhum Sudjarko Narendra. Bagaimanapun, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya dan memang seperti itulah juga Sudjarko Narendra untuk mereka yang mengenalnya sejak lama. Rinaldi Prasetya menarik napas untuk ke sekian kalinya melihat bagaimana Maira menjadi penyebab panasnya atmosfer di ruangan itu. Seakan sudah menjadi nasib dalam keluarga Prasetya kalau mereka selalu saja terlibat dalam perseteruan pribadi keluarga Narendra selama beberapa generasi hingga sekarang. Keluarga Prasetya loyal pada keluarga Narendra. Atau lebih tepatnya mereka hanya akan setia pada keluarga Narendra yang sesungguhnya. Itulah alasan kenapa sebenarnya sebagai seorang Prasetya, baik Rinaldi Prasetya maupun putranya, Jeremy Prasetya sama sekali tidak bisa menerima kalau hak keluarga Narendra akan jatuh ke orang yang bukan keluarga Narendra kecuali kalau memang tidak ada lagi penerus keluarga Narendra yang memang layak. Di mata keluarga Prasetya, tidak ada yang lebih layak menempati posisi yang ditinggalkan oleh Sudjarko Narendara selain keturunan langsungnya. Dalam hal ini, Maira Narendra adalah yang paling pantas, apalagi kemampuannya tidak berada di bawah Galand. Maira hanya butuh sebuah kesempatan kecil dan Rinaldi yakin kalau gadis itu akan menerobos semua penghalang yang ada di depannya. Dia sudah lama mengamati cara dan pola kerja gadis itu di bawah perintah Sudjarko Narendra dulu. Meski begitu, Sudjarko Narendra sama sekali tidak menunjukkan rasa tidak puasnya pada Galand dan Nyonya Gea. Dia bahkan tidak sekalipun memperlihatkan rasa tidak puasnya ketika sebagian besar dewan direksi menunjuk Galand sebagai CEO sementara meski dia sendiri berharap kalau pada waktunya nanti Mairalah yang akan merebut kursi itu untuk seterusnya. “Saya ingin memastikan kalau pembacaan warisan ini direkam sesuai dengan instruksi Tuan besar Narendra sebelumnya dan hasil rekaman hari ini akan bisa dipergunakan di kemudian hari untuk menjadi alat melawan atau menuntut pihak-pihak tertentu yang hadir hari ini jika kemudian hari ditemukan adanya tindakan yang hanya bertujuan untuk memperalat, merusak maupun mengacaukan wasiat asli dari Tuan besar Sudjarko Narendra. Mohon mengangkat tangan sebagai pembuktian persetujuan dengan ketentuan yang saya bacakan. Tindakan akan direkam,” ujar Rinaldi Prasetya menjelaskan. Masing-masing mereka mengangkat tangan tanda persetujuan kalau tindakan mereka akan direkam hari itu sebagai bukti hukum. Semuanya sadar dan paham kalau tidak ada gunanya berseteru maupun membuat kekacauan karena hal tersebut hanya akan membuat suasana menjadi buruk serta menunda hasil yang sama-sama membuat mereka penasaran. Rinaldi Prasetya membagikan sebuah kotak berwarna hitam kepada setiap orang. Namun tidak ada seorang pun yang bisa melihat apa isinya karena kuncinya sama sekali belum dibagikan. “Kotak ini berisi surat-surat sah yang harus kalian paraf nanti setelah wasiat almarhum Tuan besar selesai dibacakan. Jika tidak terima dengan isi wasiatnya, kalian bisa melepaskannya sama sekali dan tidak menerima sepeser pun. Apa yang kalian terima juga akan gugur dan kalian sepenuhnya terlepas dari tanggung jawab maupun hak seorang Narendra jika kalian tidak membuka kotak ini selama lima menit setelah isi wasiat diberitahukan. Sebenarnya, Tuan besar sepertinya meletakkan kejutan juga untuk kalian masing-masing di dalam kotak itu dan saya sama sekali tidak tahu apa kejutan itu. Jadi saya sangat menyarankan kalau semuanya memilih untuk membuka kotak itu nantinya,” ucap Rinaldi Prasetya. Ayunda menatap kotak di depannya dengan tatapan tidak puas. Baginya, ini tidak ada bedanya dengan permainan anak-anak. Bagaimana bisa ayah tirinya membuat permainan yang begini kolot hanya untuk membuat mereka penasaran. “Aku tidak menyangka kalau selera Papa benar-benar kolot,” sela Ayunda. Dia menatap ukiran logo keluarga Narendra di bagian atas kotak itu. Maira tersenyum tipis. “Paman, Papa benar-benar masih suka dengan cerita mitologi tentang kotak pandora ya? Saat kecil aku selalu menemukan permen atau boneka di dalam kotak yang Papa berikan, lalu sekarang apa? Aku bukan anak kecil lagi. Yang menerima semua kotak ini juga bukan anak kecil lagi,” ucap Maira yang lebih terdengar sebagai sebuah pernyataan dibandingkan sebuah pertanyaan. Rinaldi Prasetya tersenyum tipis. “Nona akan tahu nanti saat Nona membukanya,” jawab Rinaldi Prasetya penuh makna. “Bukannya isi kotak pandora adalah kutukan?” tanya Gina tiba-tiba. Dia juga tahu tentang hal itu. Almarhum ayahnya juga sering memberinya hadiah yang sama dengan cara yang sama persis seperti yang diucapkan oleh Maira. Namun jika ayahnya mengambil konsep yang sama kali ini, apa yang akan mereka dapatkan dari kotak mereka masing-masing kali ini? Kebahagiaan ataukah kutukan. “Papa tidak akan memberikan hal buruk untukmu,” ungkap Galand pada Gina dengan nada dan tatapan yang lembut. Gina menunduk diam sambil menatap kotak miliknya. Dia tidak mengkhawatirkan dirinya. Yang dia khawatirkan justru adalah ibu dan kakak-kakaknya. Dia sama sekali tidak bernafsu pada harta warisan maupun milik keluarga Narendra. Suatu saat, jika dia sudah dewasa nanti, dia akan membangun kehidupannya sendiri terlepas dari nama belakangnya yang saat ini terasa seperti beban berat baginya. Maira melihat bagaimana sikap Galand pada Gina dan dia tersenyum sinis. Bagaimanapun, tidak ada yang tidak tahu kalau Gina adalah satu-satunya penghubung mereka pada keluarga Narendra karena hanya Ginalah yang merupakan anak dari ayah yang sama dengan Maira, jadi wajar kalau mereka tampak memperlakukan Gina dengan baik. Tanpa Gina, mereka sama sekali bukan apa-apa di keluarga itu. Rinaldi Prasetya mulai membuka wasiat yang ditinggalkan oleh Sudjarko Narendra sebelum meninggal. “Saya ingin menekankan kalau pembagian warisan peninggalan Tuan besar Sudjarko Narendra sudah melalui pertimbangan yang matang dan hal ini dianggap sudah setara untuk semua erfgenaam yang berhak atas harta yang ditinggalkan. Tidak ada pembedaan atas anak kandung maupun anak bawaan, juga tidak ada pembedaan berdasarkan kedudukan atau apa pun terlepas dari para ahli waris adalah laki-laki maupun perempuan.” Tegas Rinaldi Prasetya. Kali ini semuanya diam, tidak ada yang berbicara. Ketegangan di wajah Nyonya Gea terlihat sedikit menjadi baik saat mendengar apa yang diucapkan oleh Tuan Prasetya. dia tahu kalau almarhum suaminya akan melihat kerja keras putranya selama ini. Bagaimana mungkin suaminya itu akan mengabaikan semua yang sudah dilakukan oleh Galand sejak lama? Setidaknya itu yang dia percayai. Ayunda sedikit mengernyit, entah apa yang dipikirkannya tapi yang paling dia harapkan sebenarnya bukan seluruh harta keluarga Narendra. Dia hanya berharap ayah tirinya akan memberinya rumah produksi yang sebenarnya berada di bawah anak perusahaan Narendra Group. Kakak dan ibunya tidak pernah menaruh perhatian pada perusahaan itu, tapi Ayunda jelas menginginkannya. Itu tidak akan menjadi masalah kalau kakaknya Galand yang menjadi CEO tapi dia tidak yakin kalau keinginannya tersebut akan terkabul andai saja Maira yang pada akhirnya menempati posisi itu. Di sisi lain Galand diam-diam mengamati Maira. Membuat penilaian sendiri dalam hatinya tentang gadis itu. Siapa tahu, suatu saat kelak dia akan menemukan celah untuk mengetahui kelemahan Maira kemudian menyingkirkannya selamanya. Galand tidak bodoh. Meskipun seakan dibuang dari keluarga Narendra, tapi Maira tidaklah hidup penuh kekurangan. Itu terlihat dari sikapnya, caranya berpakaiannya dan bukannya dia sendiri mengatakan kalau dia menjalankan perusahaannya sendiri? Bisa jadi kemunculannya kembali adalah demi membalas peristiwa masa lalu. Galand sedikit banyak tahu dan pernah mendengar kalau ibunya adalah wanita kedua ayah tirinya. Wanita yang katanya telah menyingkirkan istri sah sebelumnya. Tentu saja, dia tidak sepenuhnya percaya tentang hal itu, ibunya mungkin istri kedua tapi dia percaya keretakan hubungan Sudjarko Narendra dengan Amberly Hana sudah terjadi bahkan sebelum ibunya masuk ke dalam hidup pria itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN