Xiumin teringat sesuatu hal yang beberapa hari ini mengganjal di hatinya. Dan mungkin ini saatnya untuk menanyakan hal itu pada Zhen, tentang alasan kenapa dia diam seolah menutupi sesuatu.
Setelah memastikan jika Xiu Zuan tertidur lelap, Xiumin akhirnya memutuskan untuk menuju ke ruangan Zhen.
Dan di sinilah Xiumin sekarang berada, di ruangan meramu Zhen.
"Zhen ... bisa jelaskan padaku? Kau tau apa yang ku maksudkan, bukan?" tanya Xiumin, to the poin. Tentunya Zhen sudah paham arah pembicaraan rajanya ini.
Zhen menghela napas lelahnya, sungguh ia bingung harus berkata apa, yang sudah ia prediksi, Xiumin pasti akan sangat sakit hati nantinya. Jika mendengar kabar ini.
"Bisa kau duduk dulu, Xiumin," mendengar ucapan Zhen, lantas Xiumin semakin yakin, bahwa masalah ini sangatlah serius. Dan kenapa mendadak perasaannya tidak enak. Seolah ia merasa jika hal buruk akan terjadi.
"Zhen, cepat katakan! Apa ini menyangkut istriku?" tanya Xiumin, mengintimidasi.
"Hn," Zhen hanya mengangguk mengiyakan. Dan berlanjut ia kembali angkat bicara. "Dengarkan aku! Ku harap kau tidak emosi, dan bisa berpikir tenang. Kau mau janji padaku, Xiumin?" tanya Zhen, memberi syarat.
"Em! Aku berjanji, Zhen!" mantapnya. Jantung Xiumin sudah berdegub kencang, jujur ia sangat takut untuk mendengar penjelasan Zhen. Dan sejak kapan seorang Raja Xiumin takut dengan kenyataan? Entahlah, yang jelas saat ini ketakutan itu telah mendera hatinya. Xiumin akui, bahwa ia sangat lemah bila menyangkut keadaan Xiu Zuan. Bisa di bilang, Xiu Zuan-lah kelemahanya saat ini.
"Kau ingat saat iblis itu kembali menguasai tubuhmu, tempo hari? Dan kau ingin tau apa yang selanjutnya terjadi?" tanya Zhen penuh teka-teki.
"Apa, Zhen? Katakan!" titah Xiumin tak sabaran.
"Xiu Zuan, dia menukarkan dirinya untuk membebaskanmu dari jeratan iblis itu. Dia rela menukarkan jiwanya untukmu. Setelah melahirkan anak kalian, bahkan ia berjanji akan menjadi milik iblis itu. Dengan jaminan, kau terbebas dari kutukan, namun iblis itu akan beralih menguasai tubuh Xiu Zuan." Zhen sudah tidak sanggub untuk melanjutkan ceritanya. Berlahan isakan mulai terdengar. Begitupun dengan Xiumin, bagai disambar petir di siang hari. Ia masih tak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Zhen. Otaknya mendadak berhenti. Hidupnya seakan sirna saat itu juga. Berlahan butiran bening menuruni pipinya. Ya! Xiumin menangis. Langka bukan? Sudah ku bilang, jika Xiu Zuan adalah kelemahannya.
"Zhen, kenapa dia bisa berpikir sebodoh itu, kenapa?" tanya Xiumin dengan tatapan kosong.
"Cinta! Hanya cinta yang mampu membuat seseorang rela mengorbankan segalanya ... sekalipun itu nyawa yang dipertaruhkan."
Xiumin semakin terisak, kedua tangannya mengepal erat hingga ujung jemari kukunya memutih.
"Zhen ... aku tak mau kehilangan Xiu Zuan, aku sangat menyayanginya ... kenapa? Kenapa Tuhan tak memberiku kebahagiaan, Zhen? Kalau Xiu Zuan meninggalkanku, bagaimana aku akan melanjutkan hidup Zhen? Katakan, aku harus bagaimana?" Xiumin benci dengan kelemahan yang ia rasakan. Ia ingin menjadi sosok arogan seperti di masa lalu.
Zhen memeluk erat tubuh bergetar sosok yang sudah dia anggap sebagai adiknya itu. Ia tau betul apa yang dirasakan Xiumin saat ini.
"Kau harus tenang. Aku tau kau bisa mencari jalan keluar dan aku janji akan selalu membantumu," ujar Xiumin.
"Apa yang harus kita lakukan untuk menolong istriku, Zhen? Kita tak punya banyak waktu." panik Xiumin.
"Aku tau! Ayo kita temui Suho, dia pasti punya solusinya." seakan mendapatkan pencerahan, Zhen segera menyeret lengan Xiumin, untuk menemui Suho.
" Ayo, Zhen! Kita kesana sekarang," semangat Xiumin.
"Xiumin! Kau tidak boleh memberitahu soal ini pada Xiu Zuan, anggap kau tak mengetahui segalanya. Jangan bebani pikirannya. Berikan ia kasih sayang dan kebahagiaan." pinta Zhen.
"Baik! Aku mengerti Zhen, aku akan membahagiakannya."
"Xiu Zuan, aku tak menyangka jika kau akan mengorbankan hidupmu untukku. Ini lucu sekali, seolah dunia telah mentertawaiku, dulu orang yang ku siksa dan ingin sekali ku bunuh, sekarang malah sebaliknya, membuatku menggila akan yang namanya cinta. Dan di saat cinta itu mulai bersemi. Kau menyerahkan hidupmu untuk kau korbankan demi diriku, permainan takdir macam apa, ini" gumam Xiumin dalam hati.
Di ruangan Suho berada.
Mereka berdua sudah bercerita tentang masalah yang tengah mereka hadapi saat ini.
"Bagaimana, Suho?! Apa kau ada jalan keluar?" tanya Xiumin, tak sabaran.
"Ini berat, masalahnya iblis yang kita hadapi bukanlah iblis biasa," tuturnya, khawatir.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" kini Zhen yang bertaya.
"Hanya ada satu cara. Kita harus meminta bantuan suku Zhi Zhu. Hanya suku mereka yang bisa membantu kita."
Xiumin terperanjat sesaat. Suku yang begitu ia benci. Suku yang mengutuknya. Dan apa-apaan sekarang? Dia membutuhkan bantuan mereka?. Hanya ada dua pilihan, Xiumin meminta bantuan suku Zhi Zhu, atau membiarkan Xiu Zuan meninggalkan dirinya untuk selamanya?.
"Kalau hanya itu satu-satunya jalan keluar, aku akan mencari suku itu, yang masih tersisa, dan meminta bantuannya, meski aku harus menjatuhkan harga diriku," Zhen dan Suho tersenyum bangga, melihat perubahan ego Xiumin. Xiu Zuan benar-benar telah mencairkan sang raja es itu.
"Enggh ... Xiumin," lenguh Xiu Zuan terbangun dari tidurnya.
"Kau sudah bangun, Xiu Zuan?" lembut Xiumin.
"Xiumin, aku haus." tanpa menunggu lama, Xiumin langsung meraih gelas perak di atas meja, sampingnya. Dan memberikannya pada Xiu Zuan.
"Apa kau lapar? Bagaimana keadaan pangeran di dalam sana? Apa dia baik-baik saja?" tanya Xiumin, sambil mendusalkan wajahnya di perut sang istri.
"Ishh ... Xiumin, geli ... jangan begitu."
Dan berakhirlah mereka bercanda ria saling menjahili satu sama lain. Tertawa lepas. Namun tidak untuk Xiumin, tawanya hanyalah topeng belaka. Yang sejujurnya hanyalah ada keresahan. di dalam hatinya.
Aku berjanji padamu, Xiu Zuan. Aku akan membuatmu tertawa bahagia. Aku tak kan membiarkan iblis itu mengambil dirimu dariku," janji Xiumin.
Hari berganti hari, Xiumin telah mengetahui di mana orang suku Zhi Zhu itu berada. Hanya tinggal menemuinya. Dan meminta bantuan pada sosok itu, bagaimana pun caranya. Untung waktu itu ia tak melenyapkan keturunan satu-satunya suku Zhi Zhu.
Xiumin menelusuri hutan belantara, tentunya dengan menggunakan keahlian sihirnya. Untuk mempercepat dirinya sampai ke tempat persembunyian suku Zhi Zhu, yang tak lain adalah Minghau.
Xiumin tak henti-hentinya memikirkan keadaan Xiu Zuan, beribu rintangan akan ia lewati demi menyelamatkan kesayangannya. Apapun itu. Ya! Nyawanya sekalipun taruhannya.
***
Sementara di istana, Xiu Zuan tengah mencari suaminya. Yang entah dua hari ini tak menampakan batang hidungnya. Bahkan semua orang seperti menutupi keberadaan sosok sang raja tersebut. Jalan satu-satunya hanyalah Zhen. Hanya dia yang tau di mana Xiumin kini berada.
"Zhen ... cepat katakan! Di mana Xiumin? Aku merindukannya ...," rengek Xiu Zuan, cemberut. Membuat Zhen begitu gemas akan sosok gembul itu.
"Xiu Zuan ... sudah aku bilang padamu! Jika Xiumin sedang menjalankan tugas kerajaan." alasannya.
"Tapi kenapa dia tidak pamit denganku ... apa dia tidak menyayangiku lagi?"
"Hei ... dasar konyol! Mana mungkin Xiumin tak menyayangimu?"
"Kapan dia pulang Zhen?"
"Secepatnya, pasti dia akan segera pulang."
Tiba-tiba Xiu Zuan termenung, terlihat jelas raut wajah wanita itu memancarkan kesedihan.
Zhen berlahan mendekati tubuh Xiu Zuan dan mengelus punggung wanita tersebut.
"Kenapa, hm? Apa yang kau pikirkan?" tanya Zhen, walau sebenarnya ia tau apa yang sedang di pikirkan Xiu Zuan.
"Zhen ... anakku akan segera lahir. Dan-dan aku akan segera tiada. Aku tidak sanggup meninggalkan Xiumin dan juga anakku," seketika jantung Zhen seolah berhenti berdetak. Sakit, sesak itulah yang ia rasakan. Namun ia berusaha terlihat tegar, agar Xiu Zuan tak semakin sedih.
"Itu tidak akan terjadi, percayalah!"
Hanya kata-kata itu yang bisa pemuda itu ucapkan, lidahnya terasa kelu untuk sekedar berucap. Ia juga tak mau kehilangan Xiu Zuan. Dalam hati, Zhen hanya bisa memohon. Semoga Xiumin berhasil menemukan suku Zhi Zhu. Meski keberhasilan nantinya hanya sedikit kemungkinan yang akan terjadi. Setidaknya, ia pernah mencoba.