Sementara di dalam hutan Berkabut. Dua sosok lelaki tampan, tengah siap menerima tamu tak di undang. A.k.a musuh bebuyutan yang selama ini telah jauh-jauh mereka lupakan. Dan sekarang ada apa gerangan sosok itu mendatanginya kembali?.
"Sepertinya, raja itu datang kembali Liu Chang, apa dia akan membunuh kita lagi?!" gerutu Minghau.
"Aku juga tidak tau. Namun aura kedatangannya, tidak menandakan adanya ancaman," jawab Liu Chang, seraya memejamkan kedua matanya. Merasakan aura panas yang berlahan mendekat ke arah mereka berdua.
Dan benar saja, tak berapa lama Xiumin datang ke tempat mereka. Dan itu pun sendirian, tanpa adanya pengawal atau semacamnya. Membuat Minghau mengerutkan keningnya waspada. Kalau-kalau ini hanyalah sebuah tak-tik pemuda licik itu, belaka.
"Oh, lihatlah Liu Chang ...! Siapa yang mendatangi kediaman kita?! Sepertinya ada yang mencoba mengusik ketenangan kita lagi ...," kekeh Minghau. Namun Xiumin hanya diam, tanpa terpancing emosi sedikitpun. Membuat Minghau dan Liu Chang bingung, ini benar-benar di luar karakter seorang Xiumin sang raja arogan.
"Aku kesini bukan untuk mencari keributan. Aku butuh bantuan kalian!" ucap Xiumin, datar. Tanpa basa-basi.
"Heiii ... kita tak salah dengar Hau? Seorang raja terhebat, tengah meminta bantuan kita ...," Liu Chang terkekeh, seolah mengejek raja di hadapannya. Lagi-lagi Xiumin tetap tak bergeming.
"Sungguh, aku memohon pada kalian. Aku tak punya banyak waktu." Kini Xiumin mulai bersujud di hadapan kedua pemuda tersebut.
Minghau dan Liu Chang semakin dibuat heran oleh sikap Xiumin, yang terkesan begitu langka ini.
Minghau menghela napas, mau tak mau ia terpaksa menanyakan perihal permintaan bantuan yang dimaksud Xiumin. Biar bagaimanapun mereka masih punya prikeiblisan terhadap pemuda ini.
"Sebenarnya, bantuan apa yang kau inginkan?!" ketus Liu Chang.
"Bantu aku! Untuk menyelamatkan hidup Xiu Zuan." Mendengar nama seorang wanita yang sudah lama mereka anggap sebagai adik. Membuat mereka berdua terkejut. Dengan menatap tajam ke arah Xiumin.
"Kurang ajar!! Apa yang kau lakukan pada adikku, b*****t!!" geram Liu Chang, siap melayangkan bogem mentahnya kepada Xiumin. Andai saja Minghau tak mencegahnya.
"Liu Chang! Tahan emosimu. Kita belum tau apa masalahnya." sergahnya.
"Ikut aku sekarang! Xiu Zuan tidak punya banyak waktu lagi." pinta Xiumin.
Mereka pun akhirnya mengikuti Xiumin, tanpa pikir panjang.
"Ingat Xiumin! Kita melakukan ini hanya demi Xiu Zuan, andai bukan karenanya kita tak sudi ikut denganmu!" gerutu Liu Chang, di tengah perjalanan.
"Apa kalian tidak bisa diam?! Perjalanan ini masih jauh, kau akan buang-buang energi saja, jika terlalu banyak bicara!" sinis Xiumin.
"Sialan!" sahut Minghau, malas.
***
"Zhen ... ini sudah genap satu minggu lamanya, tapi Xiumin sama sekali tak ada kabar. Aku khawatir padanya," rengek Xiu Zuan lagi. Hampir setiap hari wanita itu bertanya demikian.
"Kau yang seharusnya dikhawatirkan Xiu Zuan ... bukan Xiumin," gumam Zhen, yang tentunya tak didengar oleh Xiu Zuan.
"Sudahlah ... jangan terlalu banyak pikiran, kasian anak yang ada dalam kandunganmu."
"Aku ingin bersama Xiumin, di saat-saat terakirku, Zhen," lirih wanita itu.
"XIU ZUAN!! Aku sudah bilang berapa kali padamu! Jangan mengucapkan hal-hal yang tidak penting, kau akan baik-baik saja!" bentak Zhen, merasa hilang kesabaran, atas keputus asaan Xiu Zuan.
"Hik ... hik, aku mau bertemu Xiumin ...," astaga Zhen lupa, jika Xiu Zuan sangat sensitif terhadap bentakkan.
"Maafkan aku, iya-iya ... Xiumin akan segera pulang, percayalah padaku."
Zhen merangkul tubuh Xiu Zuan. Dan mengecup surainya lembut. Hanya sebatas seorang adik.
"Zhen ... kau sudah seperti kakakku, kau selalu bisa menenangkanku."
"Benarkah? Kalau begitu anggap aku sebagai Kakakmu!"
"Memang boleh?"
"Tentu saja."
"Lalu, kakak iparku siapa? Kalau kau sekarang kakakku?"
Seketika Zhen kicep, mendengar pertanyaan Xiu Zuan.
"Zhen .... kenapa diam?" tanya Xiu Zuan dengan polosnya.
"Em, aku belum menikah, jadi kau belum punya kakak ipar," jawab Zhen, kikuk.
"Kenapa tidak menikah dengan Xiaotan saja? Kalian sama-sama penyihir hebat. Kalian juga sangat cocok."
"Oh, ya? Benarkah?" entah mengapa mendengar ucapan Xiu Zuan, pemuda itu tanpa sadar tersenyum malu.
Satu Minggu telah berlalu, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba. Xiumin kembali ke istana. Dan tentunya terlebih dahulu menyembunyikan keberadaan Minghau dan Liu Chang. Ia tak mau Xiu Zuan-nya tau, perihal kedatangan Liu Chang dan Minghau ke istana ini.
Xiumin sudah menceritakan semua yang terjadi pada kedua pemuda tersebut. Yang tentunya membuat mereka berdua syok akan ulah nekad Xiu Zuan. Yang menurut mereka terlalu bodoh. Mengingat dulunya wanita itu sangat membenci makhluk dingin itu. Dan sekarang, malah jatuh cinta bahkan mengorbankan nyawanya sendiri.
"Aku tak habis pikir, kenapa Xiu Zuan bisa jatuh dalam buaianmu? Apa yang kau lakukan padanya, hah?" sinis Liu Chang.
"Cinta datang dengan sendirinya, kalian tak tau apa yang sudah aku dan Xiu Zuan alami." jawab Xiumin datar.
"Aku juga tak menyangka bagaimana adik kecilku, bisa tahan dengan manusia triplek seperti dirimu!"
Mendengar ocehan mereka berdua, membuat Xiumin hanya berdecak malas.
Hingga atensi mereka teralihkan oleh suara melengking seorang wanita, siapa lagi kalau bukan Xiu Zuan. Dan reflek membuat mereka bertiga panik bukan main. Tidak biasanya Xiu Zuan mengunjungi aula istana.
"Astaga! Cepat kalian sembunyi di ruangan itu. Aku tak mau Xiu Zuan tau kalian ada di sini." panik Xiumin. Tanpa pikir panjang, mereka berdua lari memasuki ruangan yang ditunjuk Xiumin.
"Xiumin ...," Xiu Zuan sedikit berlari karena tak sabar ingin segera memeluk Xiumin.
"Sayang ... jangan lari! Hei nanti kau jatuh." khawatir Xiumin.
"Xiumin ... kenapa pulang tak langsung menemuiku? Apa kau tak merindukanku hah?" Xiu Zuan dalam mode merajuk dan moment itu sangat menggemaskan menurut Xiumin. Hingga ia tak sabar untuk tidak mencubit pipi bulat kesayanganya itu.
"Sangat! Aku sangat merindukanmu, Sayang. Bagaimana keadaan pangeran ayah? Apa ibumu makan dengan baik dan menjagamu, hm?" Xiumin mengelus perut buncit istrinya dan seolah mengajak bayi di dalamnya bicara.
"Tentu saja aku menjaganya dengan baik, dia anakku!" ketus Xiu Zuan, yang mana malah membuat Xiumin terkekeh geli.
Dari kejauhan Minghau dan Liu Chang melihat interaksi antara Xiu Zuan dan Xiumin. Tak tau sejak kapan senyuman terpatri di bibir mereka berdua. Atau mungkin mereka juga tak menyadarinya.
"Sepertinya, adik kecil kita sudah menemukan kebahagiaanya, Hau," ucap yang lebih muda.
"Kau benar. Kita harus menolongnya dengan sekuat tenaga kita, aku tak ingin kebahagiaan itu hilang darinya." sahut yang lebih tua.
Zhen tengah berada di ruangan Suho. Dia juga sudah tau Minghau dan Liu Chang sudah datang ke istana Zhang, ini.
"Mereka sudah ada di sini, Suho! Apa yang selanjutnya akan kita lakukan?" tanya Zhen.
"Belum ada. Kita tak bisa melakukan apa-apa, sebelum Xiu Zuan melahirkan."
"Ck, kenapa bisa begitu?" gerutu Zhen. "Karena kau tau sendiri Zhen. Monster itu akan datang di saat Xiu Zuan sudah melahirkan anaknya. Dan di saat itulah kita bisa bertindak." tutur Suho.
"Apakah kita akan berhasil Zhen?"
"Entahlah! Kita harus yakin walau kemungkinan berhasil sangatlah kecil, kita harus siap menerima semua resikonya nanti."
"Aku tidak mau jika sampai Xiu Zuan pergi." Zhen tak bisa menahan air matanya. Reflek Xiaotan yang kebetulan berada di situ, merengkuh tubuh bergetar pemuda tersebut. Entah mengapa, Zhen merasa begitu nyaman dipelukan gadis tersebut, dan apa yang terjadi padanya? Jantungnya mendadak berdegub tak karuan. Atau dia sudah terkena serangan jantung? Mungkin. Aishh ... dan apa-apaan tiba-tiba seperti ada yang menggelitik di dalam perutnya. Membuatnya ingin tertawa. Perasaan apa ini? Zhen sama sekali tak mengerti dan baru pertama kali merasakan hal aneh seperti ini.
Sesuai dengan janji Xiumin pada sang istri. Pemuda itu selalu mendampingi Xiu Zuan di setiap waktunya, dan membuat sang istri senantiasa merasa bahagia. Begitupula dengan Xiu Zuan, dia berubah semakin menyayangi dan bersikap manja pada Xiumin. Dengan alasan ingin membahagiakan sang suami, di saat-saat sisa hidup terakhirnya.
"Xiumin, kau tak ingin meminta berhubungan denganku?" lirih Xiu Zuan.
"Tidak, Zuan. Aku tidak mau menyakitimu dan anak kita." sahut Xiumin, ia mengerti maksud tersembunyi sang istri sebenarnya.
"Xiumin, cepat lakukan. Aku tau kau pasti sangat menginginkannya," pinta Xiu Zuan dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Sudah ku bilang Xiu Zuan! Aku tidak mau menyakitimu!"
"Tapi aku ingin membahagiakanmu di saat-saat terakhirku, Xiumin!" bantah Xiu Zuan, emosi.
"Cukup, Xiu Zuan! Cukup. Aku tak mau kau berbicara seakan kau akan meninggalkanku selamanya."
"Memang it ...---
CUPPP!!!
Belum selesai Xiu Zuan menyelesaikan ucapannya, Xiumin terlebih dahulu melumat bibirnya. Xiumin begitu jengah dengan ucapan Xiu Zuan. Tak tau kah dia? Bahwa ucapannya itu begitu menyakitkan?.
Xiumin melepas pagutan nya pelan.
"Jangan bicara seperti itu lagi.
Aku mencintaimu. Aku akan mencari cara untuk menolongmu." Xiumin menatap dalam kedua mata istrinya.
"Aku juga sangat mencintaimu Xiumin ... sangat."
Xiu Zuan semakin terisak, ia tak kuasa membayangkan, bagaimana jika nanti ia akan benar-benar berpisah dengan orang yang begitu ia cintai?.
"Kau tau Xiu Zuan? Bahkan aku membawa teman lamamu, Minghau dan Liu Chang ke sini. Untuk menolongmu." Akhirnya Xiumin memberitahu perihal kedatangan kedua pemuda itu pada sang istri.
Seketika Xiu Zuan terperanjat dan membolakan kedua mata doenya, jangan lupakan, senyuman cerah yang memperlihatkan dua gigi kelincinya.
"Benarkah, Xiumin? Di mana mereka?" tanyanya antusias.
"Mereka ada di gedung aula utama, bersama Zhen dan Suho."
"Antarkan aku ke sana, Xiumin!"
"Baiklah, ayo!"
Mereka pun memutuskan untuk menuju ruang aula utama. Xiu Zuan sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan dua orang yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu.
"Minghau ... Liu Chang ...,"
Suara melengking Xiu Zuan, terdengar di penjuru aula. Membuat atensi semua orang di dalamnya terkejut.
"Astaga! Siapa itu?!" kaget Liu Chang.
Setelah melihat sesosok kelinci gembul, yang terlihat tengah berlari kecil dengan memegangi perut buncitnya, ke arah mereka.
Mereka akhirnya tersenyum dan beranjak menghampiri sosok wanita tersebut.
"Aku merindukan kalian berdua...," Xiu Zuan memeluk erat tubuh Liu Chang.
"Cuma merindukan Liu Chang saja, eoh? Aku tidak?" cibir Minghau, pura-pura kesal.
"Minghau ... aku juga merindukanmu." Xiu Zuan beralih memeluk Minghau.
"Sudah-sudah! Jangan berpelukan terlalu lama, dia istriku." Xiumin menarik tubuh sang istri dan memeluknya erat seolah takut akan ada orang yang mengambilnya.
Setelahnya mereka asik bercengkrama melepas rindu. Setidaknya bisa melupakan sedikit kesedihan Xiu Zuan.
***
Hari berganti hari, Minggu berganti bulan, saat-saat yang paling ditakutkan pun tiba. Di mana saat ini Xiu Zuan, tengah merasakan sakit akan rasanya detik-detik melahirkan. Semua sudah siap siaga menjaga dengan menggunakan kekuatan masing-masing.
"Xiumin ... sakit ...," Xiu Zuan menggenggam erat telapak tangan Xiumin, ia takut akan meninggalkan suaminya.
"Kau kuat, Xiu Zuan! Aku yakin. AARRGGGHHH!!!"
Tiba-tiba Xiumin mengerang kesakitan, urat-urat hitam mulai menjalar di seluruh tubuh pemuda tersebut, pertanda iblis yang bersemayam di dalam raga akan keluar dari tubuhnya. Xiu Zuan terkejut, melupakan rasa sakitnya. Rasa takut akan iblis itu terlalu mendominasi.
"Xi-xiumin ... aku takut." isak Xiu Zuan.
"Sial! Iblis itu muncul begitu cepat. Minghau! Lakukan sesuatu! Segel tubuhnya! Aku akan membantu Xiu Zuan!" tariak Xiaotan frustasi.
Liu Chang dan Minghau, dengan cepat merengkuh tubuh Xiumin, menguncinya dengan mantra-mantra gaib.
Sedang Xiaotan dan Zhen, sedang di sibukan dengan persalinan Xiu Zuan.
"Zhen ... tolong ambilkan jarum itu!" perintah Xiaotan, setelahnya menusukan benda kecil tersebut di leher Xiu Zuan, hingga membuatnya tak sadarkan diri.
Berlahan namun pasti, mereka berdua dengan hati-hati menyayat perut Xiu Zuan dan segera mengeluarkan bayi dalam kandungan wanita tersebut.
Xiumin masih meraung, meronta, hingga membuat Minghau dan Liu Chang sedikit kewalahan.
Xiaotan dan Zhen berhasil mengambil bayi mungil dan tampan itu dari tempatnya bersemayam. Setelahnya menutup belahan perut Xiu Zuan dengan sihir mereka. Seketika membuat luka menganga itu tertutup dalam sekejap.
Namun tiba-tiba keanehan kembali terjadi. Xiumin pingsan, dan iblis itu sudah tak ada di dalam tubuh pemuda itu lagi.
Di saat itu juga, keanehan juga terjadi pada tubuh Xiu Zuan, wanita itu tak kunjung bangun. Harusnya mantra itu sudah tidak ada efeknya sekarang.
Xiumin tersadar dan langsung menghampiri sang istri.
"Apa yang terjadi dengan istriku?!" tanya Xiumin panik.
"Sial! Iblis itu bermain licik. Pasti dia telah mengambil jiwa Xiu Zuan dalam alam bawah sadar!" teriak Minghau.
Xiumin terdiam dan teringat masa lalu, di mana Phoenix akan mengambil jiwa Xiu Zuan, terdahulu.
"Kurang ajar!! Iblis itu mempermainkanku!" geram Xiumin.
"Tidak ada banyak waktu, kita harus menyusul Xiu Zuan di alam bawah sadar!" tukas Suho. Dan mereka pun langsung mengelilingi tubuh Xiu Zuan, mulai bermeditasi.
***
Di sebuah ruang gelap, Xiu Zuan terlihat bingungan tak tau arah, tak ada siapa-siapa. Ia berlari kesana-kemari mencari pertolongan. Namun tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Hingga suara erangan mengerikan terdengar memekikkan telinga wanita tersebut. Xiu Zuan reflek menutup kedua telinganya sambil menangis ketakutan.
Hingga sosok monster datang.
Mendekatinya.
"Jangan dekati aku! Jauhkan dirimu dari hadapanku, iblis sialan!!" maki Xiu Zuan, sambil memundurkan tubuhnya.
"Apa kau lupa akan janjimu, manis? Kau yang menukar dirimu dengan suamimu." Makhluk itu tertawa nista.
Iblis tersebut mengulurkan jemari runcingnya ke arah wajah Xiu Zuan. Belum sempat sosok iblis itu menyentuh wajah mulus wanita di hadapannya. Sekelebat cahaya putih menyilaukan datang dan menghempaskannya.
Empat sosok pemuda datang dan membawa jiwa Xiu Zuan. Namun terlambat, iblis itu sudah lebih cepat menarik jiwa Xiu Zuan dengan kekuatan hitamnya.
Terjadilah tarik menarik antara kekuatan cakra hitam dan putih. Hingga Xiu Zuan tidak kuat lagi. Bagaimana pun dia hanya manusia biasa. Tak bisa menahan kekuatan magic yang terlalu besar.
"Zhen ... bagaimana ini?! Xiu Zuan akan menderita, dia tidak bisa bertahan lebih lama!" frustasi Xiumin.
"Tidak ada cara lain! Kita harus melempar jiwa Xiu Zuan, ke masa depan. Agar dia bisa selamat!" ujar Minghau.
Apa kau gila? Sama saja kau mencelakai istriku!" tak terima Xiumin.
"Tidak begitu Xiumin! Setidaknya Xiu Zuan akan tetap hidup di masa depan. Dari pada jatuh di tangan iblis itu!" Zhen menyadarkan ego Xiumin.
Xiumin menitikkan air matanya. Ia tak punya pilihan lain, selain menyetujui ucapan teman-temanya.
"Baiklah! lakukan, asal istriku tetap hidup," lirihnya.
Minghau segera mengucap mantra, begitu pula dengan Liu Chang. Tiba-tiba sebuah pusara berwarna putih muncul di hadapan mereka.
"Aku akan mengalihkan iblis itu. Setelah dia melepas tubuh Xiu Zuan. Kalian cepat lempar tubuh Xiu Zuan, ke dalam pusara itu!" perintah Suho.
Suho menusuk tubuh iblis itu dengan pedang saktinya. Walau tak akan mematikan, namun setidaknya iblis itu melepas cakranya dari tubuh Xiu Zuan.
"ARRGGHHH!!!" iblis itu lalai. Dengan cepat Xiumin dan Zhen melempar tubuh Xiu Zuan ke dalam pusara tersebut.
"Maafkan aku, Sayang ... aku berjanji akan mencarimu sampai ujung dunia ...," lirih Xiumin. Tak henti air mata mengalir dari pelupuk matanya.
Setelah jiwa Xiu Zuan masuk ke dalam pusara itu. Minghau segera menutupnya. Mereka menyegel tubuh iblis itu dan meninggalkan tempat tersebut, secepatnya.