Mimpi adalah bunga tidur, itulah yang bisa di devinisikan setiap orang. Mimpi terkadang memberikan harapan baik juga terkadang buruk. Tergantung seseorang yang memimpikannya. Terkadang mimpi berada di suatu tempat fantasi entah tak tau apa itu. Dan mimpi itu dialami oleh Xiumin. Seolah seperti roll film yang selalu berputar di setiap detik dan berulang-ulang. Begitu jelas tanpa ada editan.
Jika mimpi adalah sebuah harapan, Xiumin tidak pernah memiliki harapan dalam hidupnya. Berarti bisa dikatakan mimpi yang berulang-ulang menghampirinya hanyalah mimpi buruk belaka.
Xiu Zuan yang ada di dalam mimpi Xiumin ia yakini sebagai ilusi semata. Namun ia juga tidak bisa mengatakan bahwa Xiu Zuan yang ada di alam nyata itu baik. Xiu Zuan di alam mimpi begitu ceria, baik, lembut dan menghangatkan. Maka dari itu, Xiumin tak mau luluh dalam dekapan hangat Xiu Zuan di alam mimpi. Jadi ia harus menghempaskan mimpi itu jauh-jauh.
"Apa kau yakin, Xiu Zuan tidak mempunyai sihir?" Xiumin menatap wajah Xiaotan begitu intens. Seolah menunggu jawaban dari gadis tersebut.
"Aku berani bersumpah, Tuan ... Xiu Zuan tidak memiliki hal semacam itu. Dia hanyalah manusia biasa," jelas Xiaotan, ia jadi heran mengapa Xiumin berubah curiga pada Xiu Zuan. Dan menurutnya itu sangat konyol. Secara, Xiu Zuan tidak memiliki gen seorang penyihir. Bagaimana bisa Xiumin menafsirkan kalau Xiu Zuan mempunyai sihir?. Aneh sekali.
"Baiklah, kau boleh pergi!" Xiaotan pun pergi meninggalkan Xiumin.
Xiumin kembali merebahkan tubuhnya. Ia masih merasa lemah, rasa sakit yang di alami tempo hari belum sembuh sepenuhnya. Ia menatap langit-langit gubuknya. Pikiranya menelisik jauh tak terbatas. Ia hanya bisa berharap cepat kembali ke istana. Dan meminta penjelasan pada orang kepercayaannya. Mungkin dia bisa menjelaskan semua mimpi anehnya.
Setelah keadaan Xiumin mulai pulih kembali. Mereka memutuskan untuk kembali ke istana. Mereka melewati daratan dan udara. Terkadang mereka menaiki Black Reven. Sesekali mereka akan beristirahat demi Xiu Zuan yang kini tengah hamil besar. Karena wanita itu sekarang terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Nafsu makanya pun juga menurun. Dia tidak banyak bicara, sering melamun malah, dan itu tak baik untuk kesehatan wanita itu dan bayinya.
Saat perjalanan, Suho lebih sering menggendong Xiu Zuan. Sedang Xiumin memimpin perjalanan di depan.
Mimpi itu semakin sering mendatangi Xiumin. Terkadang ia membandingkan antara Xiu Zuan di alam mimpi dan Xiu Zuan di alam nyata. Yang tentunya sangat berbanding terbalik.
Perjalanan yang panjang. Dan keadaan Xiu Zuan yang tak memungkinkan untuk melanjutkanya. Mereka akhirnya memutuskan untuk membuat perkemahan yang tak jauh dari sungai.
Xiu Zuan kembali mengalami demam tinggi. Menurut Xiaotan, bocah manis itu terlalu lelah. Meski Xiumin tak terlalu peduli. Namun setelah melihat betapa besar perut istrinya. Ia sedikit melupakan egonya.
Langit cerah berganti gelapnya malam. Matahari berganti padang cahaya bintang. Xiumin yang entah sedang memikirkan apa, berada di atas dahan pohon. Dan bermain api menggunakan telapak tangannya.
Mimpi itu tidak datang lagi pada Xiumin, malam ini. Biasanya mimpi itu datang lima sampai tujuh kali dalam sebulan terakhir. Namun Xiumin tak menampik jika dirinya sangat merindukan mimpi itu kembali padanya.
"Hoek ... hoek ....
Suara wanita itu memecahkan lamunan Xiumin. Menariknya dalam dunia nyata. Ia melihat kebawah, dimana terdapat seorang wanita tengah berlari tergesa-gesa. Dan memuntahkan isi perutnya. Tubuh wanita itu terlihat bergetar, karena tubuhnya sedang sakit. Berlahan ia menuju sungai dan mencuci wajahnya.
"Dasar lemah!" sarkas Xiumin.
Xiu Zuan tak mengindahkan pertanyaan itu, ia kembali meringis kala bayi yang ada di dalam perutnya menendang.
"Jangan banyak gerak, sakit ..." gumam Xiu Zuan.
Tiba-tiba tubuhnya terasa menegang. Ia merasakan ada seseorang yang tengah berdiri di belakangnya. Keringat dingin sudah membanjiri tubuhnya.
"Kau terlihat pucat." suara husky itu membuatnya merinding. Ia takut sungguh, ucapan itu membuatnya seolah tertusuk anak panah tepat di ulu hatinya.
Xiumin membalik tubuh Xiu Zuan dan membuka seluruh pakaian wanita tersebut.
"Tidak! Jangan ... jangan lakukan itu!" . sekuat apapun Xiu Zuan memberontak itu semua tak akan mengubah apapun.
"Diam!!" lagi-lagi Xiumin menjamah tubuh Xiu Zuan yang terlihat lemah. Sebenarnya ia tak mau melakukan itu, mengingat Xiu Zuan sedang sakit. Tapi itu harus, karena Xiumin ingin menanamkan cakranya kembali ke diri Xiu Zuan, agar wanita itu memiliki sedikit kekuatan.
Ku mohon ... jangan lakukan ini, ini menyakitkan, bunuh aku Xiumin ... aku lelah dengan permainanmu ...
Seusainya melakukan adegan panasnya. Xiumin menggendong tubuh Xiu Zuan. Dan membaringkannya di tempat tidur, menyelimutinya, kemudian ia berbaring di samping bocah manis itu
Di tatapnya baik-baik wajah manis itu. Tanpa sadar ia bergumam.
"Kau sangat manis," lalu ia menutup kedua matanya.
***
Kedua bola hezel itu mengerjap, ia seolah sudah terbiasa dengan rutinitas setiap paginya. Dan kini ia tau betul dimana sekarang.
Ia melirik ke samping dan melihat sosok buntalan kelinci tengah memandanginya.
"Sudah bangun, Sayang ...?"
"Hn,"
Xiu Zuan mengelus rahang tegas Xiumin, dan mengecup bibir pemuda itu. Morning kiss.
"Cepatlah bangun! Ini sudah siang. Sebentar lagi mereka akan datang." tutur wanita itu.
Xiu Zuan hendak berdiri, namun Xiumin menarik pergelangan tangannya.
"Mereka? Siapa?" tanyanya.
"Astaga ... Xixi! Kau lupa lagi? Teman-teman kita mereka akan datang untuk merencanakan liburan," kekeh Xiu Zuan.
Xiumin menarik tubuh Xiu Zuan dan menindihnya.
"Sayang ... kau mau apa, hm?"
"Aku hanya ingin mengamatimu," bisik Xiumin.
"Ck, bisakah Xixi mengamatiku saat aku memasak saja? Ini sudah siang, Sayang?" rengek Xiu Zuan, manja. Entah mengapa, Xiumin sangat menyukai tingkah Xiu Zuan yang kelewat menggemaskan ini.
Xiumin pun melepaskan Xiu Zuan dan membiarkannya pergi memasak. Ia beranjak mandi. Setelahnya ia menyusul Xiu Zuan di dapur.
"Guk ... guk ...
Ah! Ada seekor anjing kecil tengah bermain-main di kaki Xiumin.
"Ini anjing siapa, Xiu?"
"Ah, tadi malam dia kehujanan di luar, jadi aku menolongnya." sahut sang wanita, masih melanjutkan aktifitasnya.
"Kau menolong anjing ini? Memeliharanya?" tanya Xiumin ambigu. Kalau sekarang ia ada di kerajaan Zhang. Mungkin anjing ini sudah ia penggal kepalanya.
"Iya, aku kasihan padanya, Xixi ... boleh ya, aku memeliharanya. Aku sudah memberi nama dia, Xomi," Xiu Zuan tersenyum lucu
"Hn, terserahmu saja." jawab Xiu Zuan dengan menyunggingkan senyumnya. Dia sangat menyukai kedekatannya dengan Xiu Zuan saat ini.
Xiumin duduk di kursi ruang makan, sembari bermain-main dengan Xomi. Sambil sesekali melirik ke arah Xiu Zuan yang sedang sibuk memasak di dapur.
Tepat pukul 11:00.
Akhirnya yang mereka berdua tunggu pun datang. Teman-teman Xiu Zuan. Mereka langsung menuju ke ruang makan dan melakukan makan siang bersama. Sesekali bercerita dan tertawa riang.
Xiumin hanya mengamati satu persatu teman Xiu Zuan itu. Mereka bernama Minghau, Liu Chang Quon, dan satu lagi, nama asing-Zhaoyang. Entah mengapa, Xiumin seperti sudah mengenal beberapa dari mereka. Tapi ia memilih masa bodoh, toh ini cuma mimpi.
Ingin rasanya Xiumin kabur dari tempat ini. Karena tak mengerti arah pembicaraan mereka tentang liburan.
Namun lambat laun, Xiumin akhirnya tenggelam dalam keakraban dan canda tawa Xiu Zuan bersama teman-temannya. Ia bahagia, merasakan ketenangan dalam jiwanya.
Sore menjelang. Teman-teman Xiu Zuan pun sudah pulang dan kini hanya tinggal Xiumin dan wanita tersebut.
Xiu Zuan tengah mecuci piring dan membuat makan malam.
Xiumin menghampiri wanita tersebut dan memeluknya dari belakang.
"Kau sudah mandi, Xixi?" tanya Xiu Zuan.
"Hn,"