THE LEGEND 18

1189 Kata
"Sayang ... kenapa kau pintar sekali memasak, hm?" tanya sang pemuda, gemas, sembari mencium ceruk leher sang wanita. Xiu Zuan menghentikan acara memasaknya sejenak. "Karena aku adalah seorang istri." "Istri siapa?!" tanya sang pemuda-Xiumin. Xiu Zuan membalik badannya dan menghadap sang pemuda, lalu mengalungkan kedua lengannya di leher pemuda tersebut. "Istrimu! Istri Zhang Wang Xiumin!" tunjuk Xiu Zuan pada d**a bidang sang suami. "Lalu apa lagi tugas istri selain memasak, hm?" Xiumin tersenyum evil. "Melayani semua keinginan suami, semua yang kau inginkan." mantap Xiu Zuan. Xiumin tersenyum mendengar jawaban dari sang wanita, hatinya tiba-tiba menghangat. Entah karena apa. Malam itu pun mereka bercinnta dengan penuh perasaan. Xiumin merasakan kehidupan yang sebenarnya di alam mimpi ini. Ia tak lagi menganggap mimpi ini buruk, justru malah sebaliknya. Ia sangat bahagia dan berharap tak akan kembali ke dunia nyata yang penuh dengan ambisi. *** Xiumin kembali membuka kedua matanya. Ah! Lagi-lagi dia kembali ke dunia nyata.  Ia melihat ke samping dan mengamati sosok Xiu Zuan, yang masih tertidur pulas. Lalu ia pergi meninggalkannya. Perjalanan masih berlanjut. Xiumin mulai bosan dengan kehidupan nyata ini. Ingin rasanya ia bisa memutar waktu dan kembali pada mimpi indahnya, dimana ia kembali bertemu dengan sosok Xiu Zuan yang begitu menghangatkan itu. Namun semua hanya mustahil. Tak ada jurus ataupun sihir yang dapat memutar waktu. Jalan satu-satunya hanya menunggu mimpi itu kembali. Hari-hari Xiumin kini diliputi dengan harapan alam mimpi. Ia tak terlalu peduli lagi dengan kehidupan nyata yang memuakkan ini. Ia kembali memandang Xiu Zuan di dunia nyata ini. Wanita itu  terlihat murung di dalam gendongan Suho. Hah! Xiumin mendengus kesal. Andai Xiu Zuan yang nyata bisa seperti Xiu Zuan di alam mimpi. Namun semua itu hanya mustahil. Itu hanyalah mimpi. *** Kesekian kalinya Xiumin kembali ke alam mimpi. Ia membuka mata.  Kilauan matahari pagi menyorot kedua netranya. Ia merentangkan kedua tangannya. Dan tersenyum, akhirnya ia bisa kembali bertemu dengan manusia gembul yang selalu ia dambakan. Terlampau hafal dengan rutinitas pagi sang istri. Tanpa basa-basi ia langsung menuruni tangga dan menuju dapur. Ah!  Xiu Zuan tidak ada di dapur?. Xiumin berputar-putar mencari kesayangannya. Dan ternyata sosok wanita itu berada di halaman belakang, sedang mencuci pakaian lebih tepatnya. "Sayang ... bantu aku mencuci!!!" teriak Xiu Zuan dengan melambaiakan tangannya. Xiumin tersenyum dan menghampiri wanita tersebut. Kemudian membantunya mencuci pakaian dengan senang hati. "Jau tak biasanya mau membantuku mencuci, Xixi," Xiu Zuan tertawa riang dan menyipratkan air ke wajah sang suami. "Hei ... hentikan! Apa yang kau lakukan ... aku basah, Sayang ...," Xiumin membalas menyipratkan air ke wajah Xiu Zuan. Xiu Zuan mulai kembali bersenandung dan menari-nari kecil,  membuat Xiumin terkekeh gemas. Walau ia tak tau Xiu Zuan sedang menyanyikan lagu apa. "Xixi ... aku mencintaimu banyak-banyak ...!!" teriaknya, sambil menangkup kedua pipi Xiumin dan mengecup bibir suaminya tersebut. Xiumin sangat bahagia. Ia merasa di cintai. Dan merasakan cinta yang begitu nyata. Sungguh, kehidupan di dunia mimpi ini bagaikan di surga. Mimpi kali ini begitu panjang. Xiumin tertidur dan terbangun kembali. Ia mengira akan kembali ke dunia nyata. Namun dugaannya salah, ternyta ia masih berada di alam mimpi. Pemuda itu masih pura-pura memejamkan mata walau ia tau, Xiu Zuan sedang mengamati wajahnya dari dekat. "Xixi ... aku tau kau sudah bangun," bisik Xiu Zuan, lalu mengecup pipi sang suami. Xiumin berlahan membuka kedua matanya. Dan menjauhkan wajah Xiu Zuan dengan jari telunjuknya. "Lalu., apa yang akan kau lakukan, Sayang?" "Xixi ... aku tau, aku hanya pengangguran, dan aku sangat lelah, maukah kali ini kita makan di luar? Apa kau keberatan?" tanya Xiu Zuan sambil mempoutkan bibirnya. Ia sedikit sanksi, takut jika suaminya mengira dirinya pemalas. "Keberatan." singkat Xiumin. "Xixi ... aku sangat lelah, apa kau tidak bosan setiap hari makan masakanku?" Xiu Zuan menggoyang-goyangkan badannya. Xiumin terkekeh melihat ulah kelinci manisnya itu. "Aku ijinkan, Sayang ...," bisik Xiumin, lalu beranjak bangun dan menuju ke kamar mandi. Xiumin begitu takjub dengan pemandangan di jantung kota yang entah apa namanya ini. Kedua matanya begitu dimanjakan dengan pemandangan gedung-gedung menjulang tinggi. Arsitekturnya begitu hebat karena bisa menyulap gedung-gedung bertingkat.  Tak seperti kerajaan Zhang, yang hanya dipenuhi hutan belantara. Semua orang di sini pun juga menaiki sesuatu yang aneh seperti besi yang mempunyai mesin penggerak. Kalau di kerajaan Zhang, biasanya orang-orang memakai tenaga kuda. Xiu Zuan juga sering menyebutnya seperti istilah modernisasi. Atau apalah namanya. Xiumin tak begitu paham. Sesampainya di sebuah tempat yang disebut cafe. Xiu Zuan langsung memesan banyak sekali makanan, dan langsung memakannya, hingga wanita itu sangat kekenyangan. "Ah ... aku kenyang sekali Xixi ...." Xiumin awalnya bingung harus membayar menggunakan apa. Namun tiba-tiba Xiu Zuan memecahkan atensinya. Ia mengambil sebuah kartu berwarna hitam dan memberikanya pada sosok pelayan. "Maaf, Xixi ... aku menggunakan Black Card mu lagi," ujarnya sambil terkekeh. Xiumin semakin tercengang, Lagi-lagi di dunia ini membayar tak menggunakan uang. Namun menggunakan kartu ajaib. Mungkin ini bisa ia terapkan di kerajaan Zhang. Kata Xiu Zuan sistem ini menggunakan ilmu ekonomi dan perbankan. Ah! Entahlah ia semakin pusing dibuatnya. "Xixi ... hari ini aku merampok uangmu begitu banyak," kikiknya. "Apa kau sosok istri yang gila harta?" tanya Xiumin, heran. "Tidak, aku hanya gila makan," Xiu Zuan tertawa lepas. Xiumin hanya bisa menggeleng. "Ah, Xixi ...  ayo, kita pulang! Sayang sekali mobil kita masih di bengkel.  Kita harus naik bus lagi," ucap Xiu Zuan sambil menggandeng lengan sang suami. Hampir 30 menit lamanya, mereka menaiki bus dan harus berjalan kaki untuk sampai kerumah, karena tempat tinggal mereka harus melewati gang yang tak bisa di lalui kendaraan roda-4. Xiu Zuan menggandeng tangan Xiumin begitu erat, sambil bernyanyi,  seraya melompat-lompat kecil hingga tiba-tiba tubuhnya limbung dan terjatuh. "Auuww ... kakiku!!" pekik Xiu Zuan, yang membuat Xiumin seketika panik dan melihat kaki wanita tersebut. "Kenapa kau tidak hati-hati, Sayang? Kelihatanya kakimu terkilir." Xiumin langsung menggendong tubuh Xiu Zuan ala bridal style. Bukannya merasa sedih, Xiu Zuan malah terkekeh geli digendongan Xiumin. "Kenapa kau malah terlihat senang, Sayang? Apa kakimu tidak sakit lagi, hm?" "Sakit, tapi aku senang ... karena dengan begini kau menggendongku!" "Dasar, kenapa kau menggemaskan sekali." Xiumin mengecup surai Xiu Zuan, lembut. Malam yang cerah dengan jutaan bintang bertaburan, menghiasai langit gelap. Angin semilir begitu menyejukkan,  dengan lantunan lagu yang begitu merdu terdengar dari bibir plum Xiu Zuan, menambah ketenangan dalam jiwa Xiumin. "Sayang ... kenapa di lenganmu ada tanda bunga bunga lili?" tanya Xiumin, penasaran,  karena tanda itu juga di miliki Xiu Zuan di dunia nyata. "Ini! Aku tidak tau. Yang jelas aku sangat menyukainya,bdan kau tau Xixi ... bunga lili adalah bunga kelahiranku." Xiumin mengernyitkan dahinya.  "Apa arti dari semua itu?" "Sayangi diriku! Itulah arti dari bunga ini, aku harap kau juga akan menyayangiku, mencintaiku, sampai maut memisahkan kita." Entah mengapa hati Xiumin merasa miris, sesak. Andai Xiu Zuan di dunia nyata juga seperti Xiu Zuan di alam mimpi pastilah dirinya akan sangat bahagia. Ia memandang wajah wanita di sampingnya, sendu. "Xixi ... kenapa diam? Kau tidak mau menyayangiku?" Xiu Zuan mempoutkan bibirnya, karena Xiumin tak kunjung menjawab. Malah menatapnya tanpa berkedip. "Tentu, aku akan menyayangimu, mencintaimu, seumur hidupku." tutur Xiumin. Ia sendiri juga bingung, bagaimana bisa ia berucap seromantis itu. Begitu menggelikan,  namun ia menikmatinya atau mungkin memang itu adalah nyata dari isi hatinya untuk Xiu Zuan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN