Setelah terakhir bertemu dengan Zhang Wang Xiumin, 2-tahun yang lalu, dan kini mereka berdua bertemu kembali. Xiu Zuan sudah tau bahwa kenyataan ini akan terjadi pada dirinya. Walaupun ia sudah mempersiapkan fisik dan mentalnya jauh-jauh hari. Nyatanya aura dominan Xiumin tetap begitu menakutkan baginya.
Mata hezel berwarna coklat itu terus mengamati, menelusuri setiap tubuh Xiu Zuan, dari atas hingga bawah. Melihat setiap lekuk perubahan yang terjadi pada tubuh bocah imut yang sah menjadi istrinya itu.
Berlahan Xiumin membelai rambut hitam Xiu Zuan.
"Kau sekarang lebih terlihat manis ...." bisiknya.
Xiumin mengelus pipi gembil sang istri, namun Xiu Zuan segera menepis tangan itu. Begitu kasar.
"Jangan menyentuhku, bastrad!!!"
Xiumin tidak suka penolakan, ia geram dan menjambak rambut panjang Xiu Zuan, kasar.
"Beraninya kau menolakku! Kau adalah miliku! Jadi, kau harus menuruti semua keinginanku!" Xiumin mencium leher gadis itu, paksa.
"Sial ...!! Lepaskan aku ...!!!" teriak Xiu Zuan, berusaha menolak.
Xiumin menghirup dalam-dalam aroma tubuh sang istri.
"Hmmm ... aku suka kemurnian ini, kau masih suci ...." Xiumin senang karena cakra yang di tinggalkan di dalam tubuh Xiu Zuan masih ada, pertanda gadis itu belum tersentuh lelaki lain.
"Maaf, Tuan! Para tetua kasta sudah berkumpul dan menunggu ke datangan Tuanku!" seorang pengawal berbadan besar tiba-tiba datang ke kamar Xiu Zuan, dan membuyarkan kegiatan mereka berdua. Salahkan Xiumin, yang tak mengunci ruang keluarga tersebut.
Xiumin mendongakkan wajahnya, menatap wajah Xiu Zuan dengan tatapan tajam yang begitu sulit diartikan.
"Menurut padaku! Atau kau akan kehilangan nyawamu!" ancam Xiumin, sengit.
Kemudian raja kejam itu pergi, meninggalkan Xiu Zuan seorang diri di dalam kamarnya. Diikuti pengawal tadi, sebelum kemudian menutup pintu kamar itu secara kasar.
BLAMM!!!
Xiu Zuan terjengit kaget.
"Menurut padanya? Ch, omong kosong! Dalam mimpimu saja Tuan Xiumin," Xiu Zuan berdecih dalam hati.
Suasana di Kerajaan Zhang sangat berbeda dengan wilayah terpencil yang ditempati Xiu Zuan sebelumnya. Di sini begitu riuh ramai, sangat berisik. Ada puluhan ribu pelayan dan prajurit sibuk membicarakan tentang hari perayaan pergantian musim, yang entah apa itu. Xiu Zuan tak tau. Baginya itu sangat membosankan. Ia kembali mengingat, kini ia punya tujuan hidup, yaitu menghancurkan Raja Xiumin. Xiu Zuan tak mau di peralat olehnya lagi, hanya untuk membebaskan raja itu dari kutukan. Ch! Jangan bermimpi terlalu jauh Tuan Xiumin. Selama ini tak ada orang yang berani menentangmu, namun aku akan senang hati menghancurkanmu. Aku tak mau punya keturunan darimu. Gerutu Xiu Zuan penuh ambisi.
Selain itu, Xiu Zuan juga mempunyai tujuan lain, mata bulatnya melirik seorang pemuda yang kini berdiri di sampingnya. Seseorang yang selama dua tahun ini setia menemaninya, bahkan sekarang dia juga menemaninya menanam bunga kesukaanya. "Aku bertekat untuk menjadikan dirimu sebagai suamiku, kelak," batin Xiu Zuan.
Ya! Dia adalah Tao! Pemuda yang selama ini ada untuknya. Merawatnya dengan sepenuh hati. Sifat lembut dan penyabarnya yang membuat hati seorang Yang Xiu Zuan menjadi luluh.
"Aku ingin hidup bersamamu ...." gumam Xiu Zuan tanpa sadar.
"Iya? Kau bicara apa, Xiu?" tanya Tao, tak mendengar jelas ucapan gadis di sampingnya. Ia menatap wajah Xiu Zuan dengan penuh tanda tanya.
"Ah, tidak ... tidak ada! He ... he...." Xiu Zuan tertawa garing, karena menyadari ada banyak pelayan yang menjaganya.
"Astaga! Kenapa aku harus dijaga begitu ketat? Seperti buronan saja. Aku jadi tak bisa berduaan dengan Tao." gumam Xiu Zuan, kesal.
Xiu Zuan berseringai sepertinya ia punya ide untuk menjauhkan para pelayan ini.
"Emm ... hei, kalian setiap hari selalu menjagaku ... apa tak lelah, hah?"
"Maaf, Ratu! Ini sudah tugas kami ..." jawab salah satu pelayan di sana.
"Bagaimana kalau kalian bersenang-senang bersama keluarga kalian di luar sana!" tawar Xiu Zuan.
"Tapi, nanti Raja akan marah,"
"Percaya padaku ...! aku akan merahasiakanya," Xiu Zuan menaik-turunkan kedua alisnya.
"Tapi, Xiu ... aku tak punya keluarga," lirih Tao, sedih.
"Kalau begitu besok temani aku saja! Hm?" antusias Xiu Zuan, inilah yang gadis itu inginkan, akhirnya berhasil dengan akal licik yang sedari tadi dia susun.
Xiu Zuan sangat senang akhirnya bisa berduaan dengan Tao, tanpa ada yang mengganggunya.
Keesokan harinya. Dia merasa bosan karena Tao, ditugaskan untuk membantu para pelayan menyiapakan festifal hari itu. Ia pun berpikir untuk pergi ke hutan belakang istana. Mungkin akan menyenangkan. Tapi mungkin juga raja kejam itu tak akan mengijinkanya untuk keluar istana. Bukan Xiu Zuan namanya kalau tak punya akal licik.
Ia pergi ke luar istana, menuju kandang kuda. Tanpa sepengetahuan Raja Xiumin.
"Aku ingin menunggang kuda, cepat ambil kan!" suruh Xiu Zuan, pada penjaga kandang kuda itu.
"Tapi ... nanti Raja akan marah, Ratu," takutnya.
"Dia yang menyuruhku ... kau tak usah takut." jawab Xiu Zuan bohong. Dengan senang hati penjaga itu mengambilkan kuda untuk gadis tersebut. Tanpa mencurigai gelagat aneh darinya.
Tak menunggu lama, Xiu Zuan langsung pergi ke dalam hutan yang lumayan jauh jaraknya dari istana. Nama hutan itu adalah hutan berkabut. Mendengar namanya saja sudah pasti hutan itu menyeramkan. Tapi seakan Xiu Zuan tak peduli, baginya sesuatu yang menyeramkan itu lebih menantang.
Sesampainya di hutan.
Xiu Zuan tertegun melihat pohon-pohon besar yang menjulang tinggi. Menyapa seluruh indra perasaanya. Bulu kuduknya mulai sedikit meremang. Ia sempat berpikir, hutan ini milik kerajaan, semua yang berhubungan dengan kerajaan pastilah tertata rapi. Tetapi, ternyata ia salah perkiraan. Nyatanya, hutan ini begitu liar dan berantakan seperti dirinya. Semasa kecil ketua sukunya pernah bercerita bahwa siapapun yang masuk ke dalam hutan ini harus cepat keluar saat waktu menjelang malam. Kalau tidak, maka hutan itu akan mencelakinya. Namun Xiu Zuan hanya mengabaikan semua petuah itu, mungkin itu hanya dongeng saja. Gumamnya.
Saat menuju ke jalan masuk utama hutan tersebut, tiba-tiba saja kuda yang ditunggangi Xiu Zuan meringkik, entah mengapa sepertinya kuda itu tak mau masuk lebih jauh ke dalam hutan. Dengan berat hati akhirnya Xiu Zuan mengikat tali kuda itu di dahan pohon.
"Ya, sudah ... kau tunggu aku di sini! Aku hanya jalan-jalan sebentar." pamitnya, pada seekor kuda tersebut.
Xiu Zuan memutuskan untuk memasuki hutan dengan membawa sebilah belati. Menandai beberapa pohon agar ia tak tersesat nantinya.
Kepalanya mendongak ke atas karena panas yang begitu terik, untung saja ada pohon-pohon besar dan rindang, jadi sedikit sejuk. Saat mencapai puncak, gadis itu mulai merasa kelelahan dan tenggorokanya terasa kering. Namun tiba-tiba matanya tertuju pada bunga lili yang tumbuh di dalam hutan liar itu.
"Wah ... cantiknya ....! Kenapa aku belum pernah melihat bunga yang berwarna unik seperti ini?" Xiu Zuan melihat bunga berwarna oren bergaris hitam dihadapannya. Ia begitu terpana dengan pesona bunga tersebut. Xiu Zuan segera mengambil bunga itu, untuk ia tanam di kerajaan.
"Pasti Tao akan senang kalau ku ajak menanam bunga ini," gumamnya riang.
Saat akan kembali keluar hutan, samar-samar Xiu Zuan seperti mendengar suara pancuran air, mungkin air terjun pikirnya.
Sontak kedua matanyapun membola, dia yang begitu haus tanpa menunggu lama langsung mencari menuju sumber suara air itu. Namun Lagi-lagi langkahnya terhenti karena suara menggelegar yang tiba-tiba, begitu memekikan telinga. Di susul dengan suara puluhan burung terbang berhamburan.
"Apa ini ...? Mungkinkah ada gunung meletus? Tapi disini tak ada gunung?" gumamnya penasaran.
Rasa penasaran Xiu Zuan pun semakin dalam. Beberapa saat kemudian suara menggelegar itu kembali terdengar. Xiu Zuan semakin mengerutkan dahinya. Namun semua itu tak menciutkan nyalinya, langkah kakinya semakin cepat. Hingga suara air terjun dan suara gemuruh tadi semakin dekat pula di pendengarannya.
Xiu Zuan menghentikan langkahnya, dan bersembunyi di balik pohon besar mengintip sosok manusia dikejauhan sana. Ada seseorang di samping tebing itu. Begitu mengejutkan, mata doenya sontak membelalak tajam, tanpa berkedip sedikitpun.
Seseorang yang begitu ia kenal, tengah berdiri di atas air, dengan kedua tangan mengeluarkan semacam bola petir. Dan kemudian melemparkan ke arah batu besar di sana, hingga batu besar itu hancur berkeping-keping. Xiu Zuan membekap mulutnya agar tidak berteriak. Seseorang itu adalah Xiumin, ia tak menyangka jika suaminya itu benar-benar monster.