16. Mimpi Buruk

1004 Kata
Setelah kejadian di ruangan Prasta tadi, Jeva semakin intens menghindari Prasta. Ia bahkan menyuruh Ervan atau Nayara jika ada rapat yang melibatkan Prasta. Padahal seharusnya ia yang bertugas untuk mengahadiri rapat tersebut. Prasta bahkan sampai memarahinya karena saat rapat beberapa menit yang lalu Ervan tidak dapat mengatasi presentasi dengan baik karena sebenarnya bukan dia yang membuat materi presentasi melainkan Jeva. “Kalau tidak ada masalah, seharusnya kau tidak perlu menghindar,” ujar Prasta telak. “Bukankah sikapmu ini terlalu berlebihan. Aku tidak tahu apa masalahmu dengan saya, tapi kau harus bersikap profesional, Jev. Kau masih pegawai di perusahaan ini.” Setelah mengatakan hal itu, Prasta pergi meninggalkan Jeva. Jeva mengusap rambutnya ke belakang. Ia mengaku salah karena tidak profesional bekerja hanya karena urusan pribadinya. Kemana Jeva yang selalu profesional dalam bekerja? Dulu bahkan ia akan selalu mengutamakan pekerjaan ketimbang urusan yang lainnya termasuk cinta. Ia juga merasa bersalah kepada rekan rekan kerjanya. Jeva kembali ke ruang divisinya dengan wajah lesu. “Jev, kau tidak apa apa?” tanya Nayara menghampiri Jeva yang baru saja masuk ruang divisi keuangan. “Aku tidak apa apa.” Jeva menggeleng pelan. “Maafkan aku mengacaukan semuanya,” ujar Erva merasa bersalah. Pria itu berdiri di balik punggung Jeva karena baru masuk juga. “Sudahlah, ini memang salahku karena tidak profesional. Ayo kita kembali bekerja. Pak Prasta akan semakin marah jika kita melalaikan tugas,” ujar Jeva mencoba tersenyum. Jeva duduk di kubikel miliknya, ia mencoba instropeksi diri lalu menyelesaikan pekerjaanya. Sepertinya malam ini ia harus lembur dan pulang terlambat. Benar saja dugaan Jeva. Waktu jam pulang kantor sudah tiba tapi ia masih berkutat dengan pekerjaan. Bahkan Elsa sudah ribuan kali menghubunginya. Jeva segera menelfon Elsa dan mengatakan bahwa dirinya akan lembur dan menyuruh temannya itu untuk pulang lebih dulu. Setelah memberi kabar ia lanjut bekerja. Semua rekan kerja Jeva sudah pulang satu persatu, termasuk Ervan dan juga Nayara. Di balik jendela divisi keuangan, Prasta berdiri menatap ke arah Jeva. “Apa aku terlau keras padanya? Aku bahkan tidak tahu alasannya bersikap seperti itu,” gumamnya pelan. Untuk menebus rasa bersalahnya, Prasta menunggu di lobi kantor sampai Jeva pulang. Ia mengikuti perempuan itu diam diam. Saat Jeva duduk termenung di halte bus, ia hanya berdiri jauh dari halte. Saat bus datang, dia diam diam ikut naik. Lalu saat Jeva turun di dekat apartemennya, Prasta juga ikut turun. Pria itu berjalan pelan di belakang Jeva. Sampai akhirnya perempuan itu masuk ke dalam sebuah gedung yang diyakini Prasta ada tempat tinggal karyawan itu. Sebuah apartemen di dekat pemukiman padat penduduk. Prasta menunggu sembari menatap ke arah gedung. Salah satu lampu kamar menyala, setelah menatapnya cukup lama akhirnya ia bergegas pulang. Jeva sendiri ingin langsung tidur karena tubuhnya terasa sangat lelah. Ia bahkan tidak berniat mengganti pakaiannya. Ia melirik ke arah ranjang Elsa, temannya itu sudah terlelap dalam tidurnya. Jeva membenarkan letak selimut yang berantakan, lalu kembali ke kasurnya sendiri untuk tidur. Jam berlalu dengan sangat lambat. Di apartemen tersebut sunyi tidak ada suara apapun, kecuali detik jarum jam weker di samping nakas. “Enghh....Belva... Bel...Enghh...Belva....” Gumaman tengah malam itu datangnya dari bibir Jeva. Keringat dingin mengalir deras di dahi dan pelipis perempuan itu. Dia terus gelisah dalam tidurnya. “Bel... Belva, jangan pergi... Bel...” Kali ini tak hanya merintih, Jeva bahkan menangis dalam tidurnya. "Belva, maafkan aku. Maaf karena aku tidak bisa melindungimu hhhhh...." Jeva menangis sesegukan. “Jev,” gumam Elsa pelan. Perempuan itu mengintip ke bawah, dia langsung bangkit dan turun ke bawah saat melihat Jeva menangis dan terus mengingau memanggil nama ‘Belva’. “Jev! Jev, bangun!” Elsa memanggil Jeva sembari mengguncang ngguncang tubuh perempuan itu. “Jev!” panggilnya semakin keras. “Hhhhhh.” Jeva terbangun dengan nafas yang terengah engah. Perempuan itu bangkit duduk, ia memejamkan kedua matanya erat. Kepalanya terasa pening. Elsa prihatin melihat kondisi Jeva saat ini. Ia langsung memeluk temannya itu erat. “Kau lupa meminum obatmu?” tanyanya kemudian. Jeva menangis dalam pelukan Elsa. Dia mencengkeram erat kaos yang di pakai temannya itu. “Aku bertemu dengannya lagi, El. Aku bertemu dengan pria itu,” bisiknya pelan. “Siapa? Daska? Kau bertemu dimana?” tanya Elsa terkejut. “Di kantor. Dia kembarannya Prasta. Pak Prasta, CEO di kantor kita,” balas Jeva menatap Elsa nelangsa. “Apa?” Elsa tentu saja terkejut. Ia tak pernah menyangka jika kembarannya Pak Prasta adalah mantan kekasih Jeva. Pria yang mereka temui saat di kantin tadi. “Aku harus bagaimana?” bisik Jeva pelan. Air matanya terus mengalir tanpa diminta. “Jev,” bisik Elsa memeluk Jeva semakin erat. “Apa kau mau berhenti kerja saja? Kalian bertemu untuk pertama kalinya dan efeknya padamu sudah sedasyat ini. Bagaimana kalau kau bertemu dengannya setiap hari?” Elsa juga khawatir dengan kondisi Jeva. Sudah beberapa bulan ini perempuan itu tidak mengigau dalam tidurnya, ia selalu tertidur nyenyak. Lalu ia mulai minum obat penenang beberapa minggu ini. Hari ini yang paling parah karena Jeva sampai menangis. Jeva menggeleng pelan, ia tidak tahu harus melakukan apa. Fikirannya benar benar kacau, ia tidak bisa berfikir jernih dan memutuskan apapun. Menghindar atau menghadapi. Dua hal itu yang terus menerus berputar di benak Jeva saat ini. Apakah ia akan menghindar seperti dulu atau kali ini ia akan menghadapinya. Perlu waktu untuk memikirkannya. Memikirkan apa yang terbaik untuk mereka semua. ***** Jangan lupa guys! Komen dan juga kasih review yaa.. Jangan lupa mampir ke cerita saya yang lainnya. 1. Not a CLassic Wedding 2. Jodoh [Aku yang Memilihmu], Partner In Crime [Sequel Jodoh [Aku yang Memilihmu]] 3. Black Tears 4. Selingkuhan 5. Merakit Perasaan 6. Cinderella Scandal's : I'am CEO, b***h! 7. CEO Scandal's : Married with Benefit Dukung terus anak anak saya yaa.... Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang sudah mengikuti cerita ini sampai sejauh ini. Nunggu upnya luama banget, jangan lupa tab love terus komen ya guys. Biar anak saya rankingnya semakin naik. Saya jadi tambah semangat buat nulis kalau rangkingnya naik. wkwkwkwk PYE! PYE! Note : Saya akan lebih sering up lagi lho, stay tune....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN