Dua tahun yang lalu.
Malam hari ini terasa spesial bagi Carlo karena dia akan melamar Monica. Seperti pria lain yang ingin melamar kekasihnya--Carlo menyiapkan makan malam dan memasak sendiri makanannya di penthouse tempat tinggal mereka berdua selama ini. Cincin blue safir ia pilih yang kemudian di taruh Carlo dalam gelas berisi sampanye. Carlo percaya jika Monica akan menerima lamarannya.
Waktu yang dinantikan tiba. Monica dengan gaun kuning muncul dari balik pintu. Carlo bahkan bahkan mengira jika sedang melihat malaikat yang turun ke bumi. Monica memang memiliki wajah polos meski memakai make up. Kulitnya yang putih makin menguarkan keelokan sang dara.
Makan malam berjalan dengan baik. Dan di saat krusial, yaitu ketika Monica menemukan cincin blue safire itu--- Carlo akhirnya mengatakan lamarannya.
"Monica, aku rasa hubungan kita harus melangkah ke hal yang lebih serius. Maukah kau menikah denganku? " ucap Carlo dengan lancar. Sejujurnya dia memiliki kepercayaan diri tinggi jika lamarannya pasti akan diterima.
Monica tersentak dengan lamaran Carlo. Semua yang terjadi justru tidak sesuai dengan apa direncanakan Carlo. Monica nampak tidak nyaman dan menyesal. "Tapi Carl, kita sudah sepakat jika tidak membahas ini. Aku punya karir impian yang harus aku capai. Aku tidak bisa menghancurkan karierku demi pernikahan, " tolak Monica.
"Tapi Monica... " Semua rencana Carlo hancur. Harapannya membina keluarga sekaligus memenuhi tuntutan sang Kakek runtuh sudah.
"Maafkan aku Carl. " Monica menaruh serbet di meja lalu meninggalkan Carlo yang terdiam. Keesokan harinya gadis itu terbang untuk memulai traveling ke seluruh dunia untuk acara tv nya. Tanpa pamit atau sepatah kata darinya untuk Carlo.
Semua itu membuat Carlo tenggelam dalam pekerjaan. Dia seperti orang yang kehilangan sisi manusiawi karena bertindak seperti mesin yang tidak berhenti bekerja.
"Carl, kau seharusnya memiliki pendamping juga pewaris perusahaan. Sampai kapan kau akan menanti Monica? " Bradon Jacklin mengingatkan Carlos yang terus berkutat pada dokumen.
"Aku tidak tertarik dengan pernikahan. "
"Tapi kakekmu mulai khawatir karena umurmu sebentar lagi kepala empat. Dan saudara ayahmu yang lain siap mendaftarkan pewaris mereka untuk mendapat saham dari kakekmu."
Ucapan Bradon nampak masuk akal bagi Carlo. Memang dia yang membangun perusahaan tapi kakeknya yang memiliki saham tertinggi karena ayah Carlo memakai uang kakeknya untuk modal.
"Apa yang harus aku lakukan. Aku tidak bisa membiarkan gadis lain menempati posisi Monica."
"Cari saja istri sementara."
"Tapi jika kami bercerai maka gadis-gadis itu seperti serigala yang menginginkan daging. Mereka tidak akan berhenti menuntut tunjangan tak masuk akal!"
"Buat perjanjian pra- nikah. Tulis jika istrimu meminta cerai sebelum memiliki anak maka dia tidak akan mendapatkan apapun. "
Carlo tidak bisa berpikir apapun. Namun tamu yang tidak mau dia temui justru datang diwaktu yang tidak tepat.
"Kakek, apa kabar?" Carlo menyapa Kakeknya Adi Sukma.
Akan tetapi hanya tatapan meyipit sang kakek yang ia dapatkan. Membuat Carlo merasa tidak nyaman atas balasan sapaannya pada sang kakek.
"Kakek mau cucu!" ucap tegas sang kakek. Tanpa basa basi dan langsung to the point.
"Kakek~"
"Memangnya kamu mau nungguin gadis gak jelas yang keluyuran ke luar negeri demi nyari uang. Memangnya dia ngira kamu gak bisa hidupin dia! Sudah jangan tunggu Monica lagi, kakek mau cucu dalam waktu dua tahun atau kakek bakal bagi - bagi saham kakek ke cucuku dari pamanmu," ancam Adi.
Tangannya membelai jenggotnya yang dihiasi warna dominan putih. Juga keningnya yang dihias banyak kerutan, membuat pria itu nampak tua dan lemah. Akan tetapi meski nampak demikian, dia sangat energik sampai membuat tangan kanannya menghela nafas.
Carlo menjadi pusing dengan tuntutan sang kakek sebab dalam hati dia sangat mencintai Monica. Dia enggan membuka hati demi wanita lain. Dalam sedetik sebuah ide memukul kepalanya, yang mana ide itu terispirasi dari ide rekannya, Brandon.
"Jangan khawatir, Kakek. Aku akan segera menikah."
"Ohohoho bagus, kakek tunggu kabar pernikahanmu."
Kakek Adi bergerak mengambil tongkat untuk berdiri dari aerochair dan dibantu oleh tangan kanannya. "Jangan lupa janjimu, Carl. Kakek gak mau saham mu lebih kecil dari keponakanmu nanti." Dengan jalan yang tidak terlalu cepat, Kakek Adi berjalan keluar.
"Iya Kakek. Hati - hati dalam perjalanan."
Setelah berbulan - bulan sejak kepergian Monica, akhirnya Carlo menyisihkan waktu untuk mencari gadis lagi. Hanya saja niatnya bukan niat yang akan diimpikan oleh setiap gadis, tapi mimpi buruk yang mengerikan yang tidak akan terpikirkan oleh siapapun.
Tidak membutuhkan waktu yang banyak bagi Carlo untuk menemukan seseorang mangsa. Pada suatu hari dia melihat Megan, seorang desainer dari salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaannya, menuju ke arahnya. Gadis itu bersinar dengan aura seksi yang membuat siapapun terbakar rasa panas ketika melihatnya. Sikapnya yang ceria dan mudah bergaul juga menjadi nilai tambah bagi Carlo untuk memilihnya menjadi istri. Apalagi dia adalah desain kostum untuk model iklan perusahaannya.
'Ini dia, ' pikir Carlo. Dia pun mulai mendekati Mega.
Carlo mulai menyelidiki Mega, lalu merancang sebuah pertemuan yang seolah tak disengaja. Mengajaknya makan atau memberi tumpangan saat dia menunggu ojol.
Carlo yang mantap menjerat Mega berpikir dia berpikir jika Mega pasti hidup dengan banyak pujian dan rayuan. Seorang gadis yang gila pujian. Jadi ketika dia tidak memperlakukan Mega seperti ratu, maka gadis itu pasti dengan senang hati meminta cerai padanya. Rencana pun dimulai.
Rencana Carlo sangat lembut dan halus, dimulai dengan mengirim setangkai mawar merah dan notes untuk merayu Mega. Carlo menebar jaringnya dengan mengundangnya ke pesta keluarga dan juga menjadi patnernya di pesta - pesta para kolega.
"Maaf, Pak. Tapi saya tidak bisa menemani bapak setiap kali ada pesta. Rumor miring sudah berhembus di perusahaan dan saya nanti kena tegur," tolak Carlo.
Carlo tidak pernah menerima kata tidak. Dia juga seorang negosiator yang handal jadi apa yang ia katakan akan membungkam penolakan Mega.
"Kalau kamu tidak mau nemani aku maka aku akan komplaint ke perusahaanmu. Aku bilang kau kurang profesional."
Mata Mega terbelalak, mulutnya juga menganga tak percaya. "Tapi saya selalu profesional, Pak."
"Buktinya, kau tidak mau belajar dari para pengusaha tentang selera pasar. "
"Bukannya bapak mengundangku ke pesta, tapi kenapa larinya ke belajar pemasaran?"
Carlo menaruh tangannya di wajah Mega dengan sayang. "Sebab di sana para pengusaha juga akan berbincang tentang strategi bisnis. Kami bukan ibu - ibu yang menggosip. Ada acara tersendiri bagi kami untuk membicarakan hal pribadi yang pasti tidak di acara pesta resmi."
Akhirnya Mega pasrah dan menerima tawaran Carlo.
Di malam hari, Mega sudah siap dengan gaun merah mawar yang memanjang hingga mata kaki berbentuk ekor duyung. Bahunya memiliki potongan sabrina dengan bordilan payet. Carlo mau tidak mau harus mengagumi bentuk tubuh Mega yang montok dan meliuk.
'Tsk, dia seperti jalang,' batin Carlo. Sesuatu yang sangat berbeda dengan apa yang dikatakan sudut hatinya.
Mulai saat itu, Carlo terbiasa mengajak Mega kemana pun. Dan semakin lama dia semakin berani menyuarakan isyarat ketertarikannya, bahkan di media. Yang mana hal itu menjadi gosip panas.
"Mega lihat itu... " pekik temannya ketika proses pendekatan Carlo di mulai. Kali ini memang sangat menakjubkan.
"Dia gila, " desah Mega. Ada banyak cara unik yang Carlo lakukan untuk mendapatkan hati Mega. Salah satunya menulis pernyataan cinta di helikopter seperti hari ini.
Carlo bahkan membawakan Mega buket bunga mawar super besar di depan karyawannya. Isyarat sudah berubah menjadi rayuan terang terangan. Dan semakin instens dengan merayu Mega di manapun dia berada.
Sebagai heartbreaker, Carlo tidak menunggu waktu lama menjerat Mega dengan cinta palsunya. Gadis malang itu terjebak dalam cinta palsu Carlo setelah semua perjuangan pria itu yang menyebabkan mereka terkenal menjadi pasangan legendaris. Semua nampak lancar bagi Mega sampai hari pernikahannya yang seperti neraka.
Flasback off.
Untuk pertama kalinya setelah dua tahun pernikahan, Mega bangun tidur dengan perasaannya damai. Dia siap menghukum Carlo atas cinta palsunya selama ini. Tapi hari ini terlalu pagi untuk memulai hari dengan amarah dan perdebatan. Mega pun memutuskan untuk berenang dengan bikini. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan karena takut akan hinaan Carlo yang sering menyambanginya.
Senyum muncul di bibir Mega saat membayangkan betapa luar biasa perasaan bebas ini. Dia merasa menjadi dirinya sendiri yang bebas dan tanpa beban.
Di ruang tengah, pria tampan bermata dingin sedang menanti kemunculan Mega. Dia ingin mendiskusikan hubungan mereka nantinya, dan kali ini Carlo bersedia memberi kompensasi untuk Mega atas penipuan yang ia lakukan. Gadis itu benar, ia tidak berhak mengorbankan orang lain demi Monica, dan dia melakukannya.
Saat melihat Mega menuju ke arahnya, Carlo langsung berdiri dari tempat duduknya. Dia tersenyum dan mencoba memulai perbincangan, sekaligus mencoba menjalin hubungan baik.
"Megan, aku ingin kita---"
"Stop jangan ganggu aku sekarang. Aku mau berenang, " potong Mega sambil melangkah meninggalkan Carlo yang terdiam.
Surai cokelat kemerahan Mega yang memanjang hingga pinggul bergoyang saat gadis itu melangkah. Mata Carlo hanya bisa mengikuti gadis itu menuju sun chair. Dia sama sekali tidak tahu jika terus memperhatikan penampilan istrinya adalah ide yang buruk. Dia harus merasakan sesak pada celana dalamnya ketika istrinya melepaskan bathrob untuk berenang.
Mega memang memiliki fitur berlekuk yang mengesankan. Tidak seperti monica yang mungil dan berdada super besar--- Megan bertubuh tinggi, ramping tapi memiliki pinggul yang menggiurkan. Dadanya yang besar menyempurnakan penampilannya dengan bikini.
"Oh tidak, " guman Carlo. Dia sangat frustasi atas sesuatu yang hidup dan enggan tidur.
"Ada yang tidak beres tuan? " tanya Mang Jono, dia adalah kepala pelayan rumahnya.
Carlo menggeleng lemah. Dia menaiki tangga sambil mendesah frustasi. "Tidak ada. Aku akan ke kamar dulu. Kau siapkan sarapan kesukaan Mega. Aku ingin sarapan bersama Mega pagi ini. "
"Baik tuan, " jawab Mang Jono. Dia tidak menyangka jika tuannya yang biasanya melihat jijik pada Mega mau sarapan bersama.
'Apa matahari mau terbit dari barat ya?' batin Mang Jono.
Carlo terburu -buru menuju ke kamar dan menyerbu masuk ke kamar mandi. Dia tidak mungkin berbicara dengan Mega dengan miliknnya yang menegang. Jadi Carlo butuh kamar mandi, sekarang juga.
Rupanya perbedaan atmosfer yang terjadi pada rumah ini disadari oleh pelayan. Mereka terkejut karena melihat suasana terbalik. Tuan mereka yang biasanya galak dan mengeluarkan kata - kata makian kini terdiam hanya dengan satu kata. Begitu pula sebaliknya. Ini membuat mereka menghela nafas lega.
"Syukurlah tidak ada pertengkaran lagi, " bisik salah satu pelayan.
"Yah, gadis malang itu tidak pantas menerima hinaan tiap hari. Akhirnya dia berani melawan," bisik Mang Jono.
Carlo sudah menunggu lama kemunculan Mega. Karena tidak sabar pria itu menuju kolam renang. Lagi - lagi dia harus menyesali keputusannya, sebab Mega ternyata sedang berjemur dengan bikini putih tulangnya. Dia nampak menakjubkan dengan tubuhnya yang montok dan mulus.
'Apa biasanya dia memang secantik ini?' batin Carlo.
Padahal selama ini Carlo hanya menatapnya jijik dan norak. Terutama dengan gaun merah. Itu membuatnya terlihat vulgar nan seperti jalaang.
Hal yang tidak disadari oleh Carlo adalah, sebenarnya dia sedang menyangkal dirinya sendiri untuk memastikan perasaannya tertuju pada Monica. Tapi kini, setelah semua terungkap-- Carlo tidak bisa mengelak lagi jika sebenarnya ia mengangumi segala hal yang ada pada Mega.
Pelan namun pasti ada rasa yang mengganjal di hati Carlo. Sesuatu yang disebut penyesalan.
Tbc