Butuh beberapa helaan nafas, pertimbangan dan keberanian pada diri Carlo untuk menemui Mega. Padahal hal itu bukan hal sulit dilakukan oleh pria semacam Carlo, sayangnya rasa bersalah yang mencekik menjadi alasaan langkah Carlo begitu berat. Dan akhirnya setelah beberapa menit menenangkan diri sambil memandang Mega dari jauh, Carlo menemui Mega yang berenang di kolam.
Tujuannya untuk membahas masalah perceraian. Untuk menjaga kerahasiaan dan tidak terjadi skandal, Carlo tadi sempat memerintahkan pelayan untuk pulang lebih awal pagi ini. Begitu pula dengan kepala pelayan yang biasa standby untuknya. Tentu saja mereka pergi setelah sarapan sudah siap.
Rupanya keputusan Carlo tidak menunggu Mega selesai berenang adalah keputusan yang buruk. Dia harus merasakan lagi tubuhnya bereaksi ketika Mega keluar dari kolam dan basah. Carlo hampir putus ada mengendalikan dirinya. Terlebih matanya menolak untuk meninggalkan tubuh Mega.
"Kemana perginya ketenanganku,' batin Carlo frustasi. Dia menarik nafas dalam - dalam agar menenangkan sesuatu yang hidup.
Mega awalnya ingin berenang lebih lama. Tapi begitu ia menangkap bayangan Carlo, Mega memutuskan menunda rencananya.
"Rupanya kau tidak sabar untuk bercerai denganku Carl. Baiklah, kita bahas sekarang juga. "
Mega yang tidak menyadari jika Carl merasa tegang, dengan polos membelakangi Carlo menuju ke sun chair. Dia mengambil bathrobe dan duduk. Itu membuat Carlo merasa lega sekaligus tidak rela karena kehilangan pemandangan seindah itu.
"Aku akan memberimu kompensasi jika kita bercerai nanti. Uang dan rumah, " ucap Carlo tegas.
Inilah yang menjadi titik sakit Mega. Pria ini rupanya menilai semuanya dengan uang. Dan menganggap dirinya gila harta sampai memperlakukannya seperti binatang.
"Kau tau Carl, aku baru menyadari jika semua hal kau nilai dengan uang. Pantas saja kau tidak manusiawi selama dua tahun ini. "
Carlo merasa bersalah karena yang dikatakan Mega benar adanya. Dirinya begitu membabi buta untuk membuat Mega meminta cerai tanpa mendapatkan apapun, sehingga dia terus menerus bertindak kejam dengan melecehkan Mega secara verbal.
"Aku tidak tau bagaimana cara meminta maaf. Tidak ada yang mengajarkanku untuk itu. "
Kini giliran Mega yang menatap Carlo seperti alien. 'Yang benar saja, dasar konyol, ' batin Megan.
Mega pun memulai argumennya tentang perceraian. "Aku siap bercerai denganmu, kapanpun. Aku juga tidak butuh uangmu. "
"Tidak, kau harus menerimanya Mega. Semua ini adalah ide kejamku yang membuatmu sebagai pengganti Monica. "
Ya, nama itu yang membuat Mega merasakan kejamnya hidup berumah tangga. Tanpa tahu apapun ia menjadi tumbal kebahagiaan Monica.
"Aku menginginkan kompensasi yang lain. Bukan uang, tapi pengembalian harga diriku yang sudah kau injak selama ini. "
Carlo seolah mendapatkan ampunan. Dia begitu antusias mendengar tuntutan Mega. "Baiklah. Katakan apa yang kau inginkan? "
"Aku ingin setiap hari setelah kau pulang kerja, kau harus menggendongku dari pintu menuju kamar. Itu harus kau lakukan selama sebulan. "
"Apa? Hanya itu... " tanya Carlo tak percaya. Ini adalah syarat yang begitu mudah.
"Yah, setelah itu aku akan pindah dari sini. Maka perpisahan kita tidak akan menjadi hal aneh. Dan karier Monica tidak akan terusik dengan masalah rumah tangga kita. "
Carlo menyetujui syarat dari Mega. Ternyata dia tidak seperti yang selama ini Carlo bayangkan. Tidak ada keserakahan dalam diri Mega seperti yang ia kira. Padahal jika wanita lain, mereka pasti menuntut banyak hal padanya.
"Baiklah. Ayo kita sarapan. Makanan sudah disiapkan oleh pelayan. "
Mega mengangkat alis pada pria yang selama ini melecehkannya secara verbal. Jika dulu, ia mengajaknya dengan sopan seperti ini, pasti Mega akan menganggap hal itu sebagai suatu keajaiban. Jadi selama dua tahun Mega hanya bersembunyi di balik pintu dapur untuk melihat reaksi Carlo dengan harap - harap cemas. Sekaligus berdoa dalam hari agar Carlo menyukai sarapannya sehingga tidak marah - marah lagi.
"Aku akan bersiap-siap lebih dahulu. "
Mega meninggalkan Carlo yang mendesah lega. Rupanya perbincangan mereka tidak se- alot yang ia pikirkan. Padahal Carlo mengira jika Mega akan meminta saham darinya sebagai kompensasi. Ternyata dia hanya meminta di gendong.
"Aku memang bodoh."
Carlo menatap punggung Mega yang terbalut bathrobe. Gadis itu memang seksi bahkan dengan tubuh yang tertutup. Mendadak bagian dari tubuhnya kembali tegang dan Carlo harus mati- matian menahan semua libido yang berontak untuk keluar saat melihat bongkahan sekal belakang tubuh Mega. Rasa Carlos sesak di celananya mulai menyiksa, rupanya junior- nya tidak bisa berbohong. Tubuhnya bereaksi pada Mega meski gadis itu tak memiliki niatan menggodanya sedikitpun.
***
Di kamar, Mega mulai menulis surat lamaran kerja ke sejumlah perusahaan. Dia harus bersiap meninggalkan rumah ini dan kekayaan keluarga Kusuma. Lagi pula dia tidak ingin harga dirinya diinjak -injak oleh Carlo karena mengira dia menginginkan hartanya seperti yang pria ini kira. Betapa menyedihkan menyadari jika ia dihina karena dikira gila harta. Dijadikan pengganti sementara dan menyandang status janda tanpa melakukan kesalahan apapun. Apalagi dirinya menjadi korban kekerasan verbal.
'Meski aku bukan dari keluarga kaya raya tapi aku yakin dengan kemampuanku. '
Setelah mengirim lamaran ke beberapa perusahaan, Mega mengambil pakaian seperti seleranya. Dia tidak lagi khawatir dengan hinaan Carlo. Mega ingin menjadi dirinya seperti dulu yang bebas tanpa tekanan siapapun. Lagi pula dia tidak pernah berpakaian terbuka.
Kejadian kemarin sudah membuka mata Mega jika selama ini Carlo menyuruhnya untuk berdandan seperti Monica. Carlo ingin melihat Monica dalam diri Mega dengan berdandan riasan lembut, dengan warna favorit putih. Rambut brunette hasil pewarna rambut Monica memang cocok untuknya. Tidak seperti warna rambutnya yang gelap kemerahan. Dia sama sekali tidak cocok dengan warna yang Monica pakai, tapi terpaksa mengenakannya demi menyenangkan Carlo. Akhirnya ia bebas dan merasa di bebaskan dari segala tekanan. Dia pun keluar kamar dan turun menuju meja makan.
Mega tidak tau jika Carlo sedang dalam masalah besar karena dirinya memutuskan untuk berdandan seperti dirinya dahulu. Sebelumnya Carlo yang baru keluar dari kamar mandi merasa lega setelah melepaskan sesuatu yang pria butuhkan. Dia pun menuju ke meja makan untuk menunggu Mega. Carlo siap memulai hubungan baik dengan Mega yang dimulai dengan sarapan bersama. Sesuatu yang seharusnya ia mulai dari dulu.
"Oh jadi kau menunggu ku?" sapa Mega saat melihat Carlo sudah siap dengan setelan menakjubkan rancangan Armani. Lipatan licin super rapi dikombinasikan wajah rupawan dan memiliki tubuh bershape sempurna, menjadi ciri khas pengusaha sukses yang membawa kehebohan bagi gadis. Setidaknya itu yang dulu dilakukan para gadis sebelum dia menikah dan terkenal dengan sifat dinginnya. Itu pula yang membuat Mega berpikir jika dirinya istimewa karena menjadi satu- satunya gadis yang ia rayu. Tanpa tahu jika semuanya kebohongan dan rencana kejam pria itu demi menunggu Monica.
Tidak hanya Mega yang takjub pada penampilan Carlo. Pria itu juga terkesiap melihat betapa seksi Mega meski hanya mengenakan pakaian tertutup. Mata smoke eye dipadu dengan bibir yang yang diberi pelembab sudah membuat Mega menakjubkan. Carlo bahkan malu karena sudah menghina penampilan menakjubkan Mega dulu karena dia ingin Mega seperti Monica.
"Aku hanya ingin mulai berteman denganmu, Mega. "
'Berteman? Yang benar saja?' batin Mega.
"Kau ingin mencuci tanganmu setelah menyakitiku selama bertahun -tahun, Carl. Iyakan? Sudahlah, hubungan yang dimulai dengan omong kosong juga akan berakhir dengan omong kosong. Kita bisa tetap menjaga bersikap seperti orang asing. Aku sudah terbiasa dengan itu. "
Mega memakan sarapannya yang kebetulan nasi pecel. Dia memutar- mutar nasi untuk mencampur dengan sambal kacangnya. Tanpa sadar dia menjilat bibirnya yang hanya mengenakan pelembab bibir karena terpancing aroma pecel. Bibirnya yang mengerucut saat makan berhasil mengeringkan tenggorokan Carlos. Pria itu ingin sekali mencicupi bibir montok sang istri yang ia kecewakan.
Mega selesai dengan cepat.
"Aku selesai, permisi."
Dia mengambil tas kemudian pamit. Carlo bahkan terkejut karena dia belum menyentuh makanannya karena tanpa sadar terpesona dengan Mega.
"Kau akan kemana? Aku akan mengantarmu. Atau bawalah salah satu mobil di sini. "
Inilah pertama kalinya Carlo menawarkan dia tumpangan. Sebelumnya dia bahkan tidak diijinkan menyentuh mobil Limo, mobil sport lainnya.
Mega menghela nafas panjang. Dia tahu jika pria ini tidak ingin membuatnya marah agar tidak menghancurkan karier Monica. Sejujurnya dia muak dengan kebaikan palsu. Mega pun mengkonfirmasi agar Carlo tidak bersikap aneh lagi.
"Kau tidak perlu bersikap pura-pura baik seperti itu Carl. Aku tidak akan menyerang karier Monica. Tolong jangan sok perhatian. "
Carlo tahu jika semua kebaikannya akan dicurigai Mega. Dan ini memang salahnya yang terus mengutaran ucapan kejam dan penghinaan pada gadis itu.
"Tidak, bukan itu---"
"Tidak perlu mengantarku, aku bisa naik taxi. "
Carlo kemudian memberi kartu kredit blackcard nya. Sesuatu yang seharusnya ia lakukan untuk sebagai suami. Karena pada kenyataannya, dia tidak pernah memberi Mega nafkah. Dia mengatur segala hal tentang Mega, bahkan dalam hal pakaian dalam. Mega harus menerima tanpa boleh protes.
"Setidaknya bawa kartu ini bersamamu. Kurasa kau butuh untuk membeli sesuatu yang kau inginkan."
Mega semakin tersinggung dengan ulah Carlo. Lagi - lagi pria di depannya ini ingin menyelesaikan masalah dengan uang. "Sebelum aku menikah, aku punya simpanan sendiri. Aku tidak butuh uang belas kasihanmu. "
Carlo merasa putus asa karena semua yang ia tawarkan ditolak mentah- mentah oleh Mega. Gadis itu benar-benar marah dan terluka. Carlo paham betapa terluka Mega karena perlakuannya. Dia pun memakluminya.
"Mega..."
bMega tidak ingin lebih lama menemani Carlo. Dia melenggang pergi menuju depan. Dia memakai masker terlebih dahulu sebelum melewati gerbang mansion milik Carlo.
Gadis itu memang merasa tidak ada masalah jika ketahuan naik taxi, hanya saja dia tidak tau jika sudah meninggalkan efek yang menyakitkan bagi Carlo.
Selain semakin menambah rasa bersalahnya, pria itu lagi -lagi butuh kamar mandi. Libidonya terbangun dengan cepat saat melihat bibir seksi Mega dan tubuhnya yang seksi terbalut pakaian yang menampilkan lekuk tubuhnya.
'Inilah mengapa pria bisa selingkuh. Betapa pun cintanya pria terhadap wanita terkadang akan tergoda karena godaan terbesar pria adalah wanita,' batin Carlo. Mau tidak mau dia meninggalkan sarapannya menuju kamar mandi.
'Ngomong - ngomong kemana dia akan pergi?'
Untuk pertama kalinya Carlo ingin tahu kemana Mega pergi. Sejak dua tahun yang lalu dia tidak perduli apapun tentang Mega, bahkan ketika ia sakit. Carlo hanya melenggang seolah itu bukan masalahnya.
Tbc.