11. Tekad

1210 Kata
Ribut menghentikan mobilnya di sebuah tempat makan. Mana turun dengan terpaksa, meskipun tempat yang dituju sekarang bukanlah tempat yang ingin didatangi olehnya. Akan tetapi, dia hanya ditraktir, tidak ada waktu untuk protes, nanti Ribut batal mentraktirnya makan. Nasi goreng langganan Mana memang adalah pedagang kaki lima, tempatnya di pinggir jalan, Ribut pasti akan mengomel dan protes jika dibawa ke tempat seperti itu. Bos perusahaan sepertinya pasti merasa dihina dan harga dirinya diinjak-injak jika dia mengajak Ribut ke sana. Tidak peduli meskipun sebenarnya dia tidak berniat melakukannya, Ribut pasti tidak akan percaya padanya. Padahal, bagi Mana, tempat nasi goreng langganannya adalah yang terbaik. Harganya murah, terjangkau, rasanya enak dan porsinya cukup banyak. Karena sudah langganan, kadang dia mendapat kerupuk atau bakwan gratis. Ah, sungguh disayangkan. Apalagi teh tawar yang ditawarkan mereka gratis, nggak usah bayar dan bisa isi ulang tanpa dipungut biaya tambahan. Mana cemberut, tidak bisa menahan rasa kecewa yang dirasakannya. Ribut yang melihat mana hanya menekuk muka sejak tadi, menjadi penasaran dengan apa yang membuat perempuan itu tidak bahagia. Padahal, dia membawanya ke restaurant yang mahal dan berkelas. Sumpah, di mata Ribut, Mana terlihat menyedihkan dan kampungan. Meskipun dia harus mengakui, kalau perempuan yang baru saja dikatai olehnya adalah tunangannya. Tepatnya, perempuan yang mamanya pilihkan untuknya. Walau tidak menyukai Mana, sepertinya pernikahan tanpa cinta, marak terjadi. Sebagian bercerai, sebagian tidak. Ribut tidak terlalu memikirkan soal itu. Sebab, dia merasa, harus putus dengan Mana sebelum mamanya mendesaknya untuk menikah. lagipula, Mana juga tidak setuju untuk dinikahi dan menikah dengannya, tidak ada alasan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Mereka hanya akan menjadi kucing dan anjing setiap hari, tidak pernah akur. Hidup satu atap dengan pertengkaran dan perdebatan, sama seperti memasukkan diri ke dalam kuali panas hidup-hidup. Dengan kata lain, neraka dunia. Ribut dan Mana duduk di dekat jendela, sepanjang waktu, Mana hanya diam sembari menatap ke luar, tidak ada rasa antusias atau bahagia di wajah cantik perempun berambut pendek itu. Saat ditanya ingin memesan apa, Mana tidak membuka menu, langsung meminta nasi goreng dan teh tawar hangat. Ribut hanya menghela napas, tidak ingin bertengkar di hadapan pelayan. “Kamu kenapa?” tanya Ribut sesaat setelah pelayan pergi, sedang menyiapkan pesanan mereka. “Kamu tidak suka diajak ke sini?” Mana mengangguk cepat membuat Ribut agak terkejut, “Kenapa? Restaurant ini terlalu biasa untukmu?” cibirnya. Mana menggeleng, “Ini terlalu berlebihan. Aku hanya ingin makan nasi goreng di tempat langgananku. Di sini mahal dan belum tentu enak,” sahutnya jujur. “Ini restaurant mahal, tentu lebih enak.” Ribut tidak ingin kalah. “Yah, selera orang memang beda. Orang kaya sepertimu hanya menganggap makanan mahal sebagai makanan enak, ya kan?” cibir Mana lantas mengembuskan napas berat. Wanita itu berbicara tanpa menoleh ke arah Ribut, membuat lelaki tampan itu sedikit merasa kesal karena tidak dihormati. Kontak mata adalah aturan dasar untuk ukuran kesopanan bagi Ribut, tetapi Mana mengabaikan hal itu malam ini, membuatnya kesal setengah mati. “Aku sudah berbaik hati mengajakmu makan malam dan kamu mencibirku? Kamu memang tidak tahu terima kasih huh?” Ribut mengeluarkan kekesalannya, sudah tidak bisa lagi memendamnya saja. Mana tidak peduli, membuat Ribut semakin keki. “Kamu memang tidak bisa dibaikin dikit ya? Langsung ngebuat kesal banget,” tukas Ribut kesal lantas memalingkan wajah ke arah lain. Mana dan Ribut diam sampai pesanan mereka datang. Saat makanan mereka datang, Mana mengucapkan terima kasih pada pelayan lantas memakan makanannya. Tidak ada pembicaraan di antara atasan dan bawahan tersebut, di dalam mobil dalam perjalanan pulang pun sama, memberikan sensasi mengerikan yang tidak ingin diulang kembali. Ribut menghentikan  mobilnya di depan rumah Mana, cepat-cepat Mana turun. Sebelum turun, dia berucap, “Nggak usah ngantar, udah malam, pulang sana!” Ribut mendengus, “Siapa juga yang mau mampir? Ogah!” “Baguslah,” ujar Mana lantas pergi meninggalkan Ribut tanpa disuruh. Ribut mengertakkan gigi, Mana tidak berterima kasih, padahal dia mengantar pulang dan mentraktirnya makan malam. Sungguh, di mata Ribut, Mana semakin tidak cocok untuk menjadi tunangan apalagi istrinya. “Dasar wanita menyebalkan,” dengusnya BT. Dia pun menghidupkan mesin mobilnya lantas pergi. Malam yang menyebalkan untuk Ribut. Benar kata pepatah yang menyatakan kalau tidak semua niat baik akan disambut baik. *** “Pa, Mana pulang,” seru Mana lantas berjalan melewati ruang tamu begitu saja. Komala dan Asfa sedang duduk, mengobrol. Ayah Mana itu menghentikan obrolan sejenak. “Ribut Mana?” Komala bertanya “Udah pulang, Pa.” “Kok, nggak mampir?” tanya Komala heran. “Kebelet pup,” jawab Mana ngawur lantas pergi ke kamarnya, tidak peduli dengan tanggapan atau sahutan Komala padanya. Dia sedang tidak ingin memancing keributan apapun, apalagi dengan Komala yang resek dan suka merajuk jika kalah berdebat. Sungguh mirip anak kecil, childish. Mana sampai kewalahan setiap kali menghadapi papanya. Tiba di kamar, Mana segera mengempaskan tubuhnya di kasur, lelah. Dia hanya ingin berbaring dan tidur, tidak ingin diganggu oleh siapapun. Malam ini, Ribut benar-benar menghancurkan moodnya. Sudah tidak diajak rapat, ditraktir makan pun, di tempat yang tidak disukainya. Sungguh, hari yang sangat buruk bagi Mana. Namun, mengenai rapat hari ini, Mana merasa ada yang sengaja Ribut sembunyikan, sehingga dirinya tidak diajak. Saat dia mencoba mencaritahu ke sekretaris lain, mereka juga mengatakan tidak tahu, lebih tepatnya mereka juga tidak diundang untuk masuk. Ini sungguh mencurigakan. Walaupun Ribut adalah CEO, dia juga harus memperhatikan pimpinan di setiap departemen, tetapi sekretaris para pimpinan departemen juga tidak diajak, artinya, rapat itu bersifat rahasia dan hanya berlaku pada “orang atas” saja. Mana menjadi penasaran karena hal ini pertama kali terjadi selama dia menjadi sekretaris dua tahun terakhir ini. sekretaris lain juga mengungkapkan hal yang sama. Mereka menjadi khawatir dan Mana menjadi kepo, tetapi hari ini, dia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menanyakannya. Moodnya hancur lebih dulu dan dia menjadi lupa untuk bertanya mengenai hal yang dipikirkannya sepanjang hari. Dia ingin bertanya pada Komala, bagaimanapun Komala adalah Presdir perusahaan, meskipun jarang masuk dan membebankan semuanya pada CEO, di mana sampai detik ini, Mana belum pernah bertemu dengan CEO di perusahaan ayahnya. Juga, dia tidak tertarik untuk tahu. Meskipun sebelum menjodohkan dirinya dengan Ribut, Komala sempat menawarkan dirinya untuk bertunangan dengan CEO misterius itu, tetapi dia menolak dan Komala tidak memaksa, sangat berbeda dengan Ribut. Di mana, dia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menolak sama sekali. Bisa dibilang, ini adalah pertunangan paksa. “Huft,” desah Mana sembari menatap langit-langit kamarnya, “Rasanya, dia benar-benar aneh jika melakukan hal rahasia seperti itu.” Mana terus menghela napas berat lantas memiringkan tubuhnya dan mencoba untuk memejamkan mata, tidur. Besok, dia bertekad untuk meluruskan semuanya dengan Ribut. Walau dia sebenarnya ogah untuk mencari tahu dan ketahuan kalau penasaran.” “Tidur, ah.” Mana berucap lirih lantas tertidur. Dewi mimpi sudah memeluknya dengan erat, membawanya ke dunia di mana semua impian bisa terwujud. Meskipun sangat indah, Mana sebenarnya tidak ingi bermimpi. Sebab, semua mimpi indah tetaplah hanya mimpi, bukan kenyataan. Dan hal itu membuat kenyataan menjadi terasa sangat pahit dan menyakitkan hati. Walau begitu, dengan mimpi, seseorang bisa merubah kenyataan pahit menjadi agak manis, manis atau lebih manis dari sebelumnya. Yang terpenting adalah semangat untuk tidak mudah menyerah ataupun tidak gampang putus asa. Mana menyakini hal itu. Bisa dibilang, itu prinsip hidupnya selama ini. Meskipun itu tidak mudah untuk dilakukan karena berbagai alasan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN