6. Jalan Emas Si Tukang Rebahan

1211 Kata
Kanaya menyusuri jalanan yang rimbun dan sejuk karena dinaungi oleh pohon-pohon besar disetiap sisinya. Sesekali daun kering berjatuhan diatas kepalanya. Angin semilir halus dan keras bergantian menerpa kulit Kanaya. Sore hari yang damai dan tentram, Kanaya tidak keberatan jika harus terus menghabiskan waktu dengan berjalan santai disana. Tapi Tuan Batara yang memiliki perintah mutlak itu bersikeras menyuruhnya untuk segera sampai di lobby hotel Akasa dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Lelaki tua bangka itu memaksa Kanaya untuk mendampinginya pada acara formal “entah apa” disana. Kanaya mendesah dengan berat hati untuk kali ke berapa. Semakin banyak langkahnya, semakin berat ia merasa. Karena pertama, Kanaya mendapatkan serangan cemas saat berada di sekitar keramaian manusia. Kedua, Kanaya lupa kapan terakhir kali ia bersosialisasi dengan audiens yang besar jumlahnya. Kanaya juga lupa cara beramah tamah dan tidak tahu raut wajah seperti apa yang harus dia tunjukkan agar mereka tetap menganggapnya sebagai manusia yang normal. Hatinya berat, fikirannya pun berat. Kanaya seperti terbebani segala teori sosialisasi, norma dan akhlak  yang dulu pernah dipelajarinya. Sulit untuknya bisa berfikir jernih saat tahu bahwa kali ini dirinya tidak berdaya dan tidak memiliki kesempatan untuk menolak perintah si Manusia Tua Bangka, karena pria itu telah mengancam akan memblokir kartu credit dan debit yang dia berikan jika Kanaya tidak memenuhi panggilannya. Sialnya, ancaman itu berhasil membuat Kanaya mengumpulkan segala tekad dan upaya agar dirinya mampu bangkit dari ranjang super empuknya dan memulai perjalanan ke Taman Akasa. Taman Akasa merupakan tempat yang mashyur dengan keindahannya. Ada taman hunian, golf, resort, wisata dan pusat bisnis yang terletak disalah satu daerah perbukitan di kota tempatnya tinggal. Tempat  itu memang sejak lama sangat ingin Kananya kunjungi. Sayangnya, dulu Kanaya terlalu kere dan tidak punya cukup rasa percaya diri untuk menginjakkan kaki disana. Sekarang? Sama saja. Bedanya hanyalah kini Kanaya telah memiliki Tuan Batara yang berdompet tebal dan bersedia membiayai segala keperluan hidupnya. Mulai dari uang kos-kosan, hingga urusan pembalut dan mie instan. Semua terpenuhi tanpa pamrih yang diminta. Kanaya menatap langit yang sebagian tertutupi  dedaunan sambil membayangkan betapa nyaman hidup Kanaya setelah bertemu Tuan Batara yang galak tapi royal itu. Segalanya jauh lebih mudah, amat sangat mudah. Teras hotel Akasa mulai terlihat dari kejauhan, Kanaya merasakan keengganan yang besar, ingin rasanya ia melarikan diri dari sana. Tapi sosok Tuan Batara sudah berdiri menjulang dan kokoh di usianya yang senja, menunggunya dengan wajah sangar dan kerutan dikening yang tak repot-repot ia sembunyikan, menandakan bahwa ia tidak menyukai apa yang dilihatnya. “Kemana mobil yang saya beri?” itu adalah kalimat pertamanya. “Kenapa pakai pakaian seperti ini?” dan itu adalah kalimat keduanya. Sama-sama bernada keras dan penuh rasa tidak suka. Pria ini memang selalu to the point, tapi justru itu yang Kanaya suka darinya. Walau begitu Kanaya mengangkat kedua bahu acuh tak acuh, walau bagaimanapun lelaki tua itu telah bersikap menyebalkan dengan memaksakan kehendak padanya dan ditambah lagi Kanaya tidak suka ketika dia mulai marah-marah. Pria yang Menakutkan! “Saya sedang bertanya, Kana!” tegurnya. “Mobilnya diparkir didepan butik, aku mau belanja abis ini” Kanaya memberengut, merajuk karena telah dipaksa untuk datang kemari. “Kalau begitu kenapa kamu tidak beli salah satu baju disana dan dipakai untuk datang kemari!” “Oh gitu? Oke deh, aku balik ke butik dulu ya buat beli baju…” mata Kanaya berbinar senang mendengar perintahnya. “Jalan kaki??” “Iya lah, sekalian jalan-jalan sore biar sehat” Lelaki itu mengernyit, sejak kapan gadis muda kaum rebahan di depannya ini peduli dengan kesehatan. Pasti hanya alasan! “Halah, buang waktu! Kita sudah terlambat” Kanaya bengong saat Tuan Batara menggaet tangannya dan mulai memasuki lobby hotel. Seharusnya tidak seperti ini hasilnya. Kanaya merasa gagal dalam upayanya menghindari acara tersebut. Ia sudah dengan sangat sengaja memarkir mobilnya dipusat perbelanjaan yang ada dibagian depan Taman Akasa, tempat itu cukup jauh dan membutuhkan sekitar 30 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki, karena itu ia sengaja berjalan santai sambil menikmati semilir angin agar terlambat sampai di hotel dan tidak perlu mengikuti acara. Ditambah lagi, dengan sangat sadar diri, Kanaya memilih memakai outfit yang kelewat casual untuk dipakai diacara formal. Kaos putih, sepatu converse, dan Jeans buluk robek yang Kanaya tebak pasti mampu membuat Tuan Batara menggagalkan rencananya untuk membawa Kanaya ke acara apapun yang ada di dalam sana. Tapi semua rencananya gagal dan ia tetap harus datang ke acara pesta. Entah apa yang membuat pria tua ini meresikokan reputasinya dengan membawa Kanaya kedalam sana, apa ia benar-benar ingin memperkenalkan Kanaya pada lingkungannya?   “Senyum dan bersikap manislah” Kanaya mengabaikan peringatan Batara dan kembali memberengut. Peduli Setan! *** Mereka memasuki ruang pesta yang sangat besar dan dipenuhi oleh banyak manusia berpakaian parlente. Begitu mewah dan megah. Sejauh mata memandang, Kanaya hanya menemukan keindahan dari para borjuis yang berlomba-lomba menampilkan kekayaanya melalui penampilan, aksesoris dan pakaian mereka. Sial, Rasa percaya diri Kanaya tereduksi tanpa ampun sejak ia melangkahkan kaki kedalam ruang pesta. “Siapa suruh lu ngeyel dan membangkang terus!” Kanaya menunduk memperhatikan converse putihnya dibawah sana. Merasakan sesal yang besar atas keputusannya untuk tidak menuruti perintah yang diberikan. “all you need to do is just listen, listen Kana! Sesusah itu apa?”  (yang kamu butuhkan hanyalah mendengar, mendengar Kana!) “Haus?” tanya Batara. Kanaya menggeleng. Ia mencoba kembali fokus pada pembawa acara yang ada didepan sana. Sepasang lelaki dan perempuan yang sedang membahas mengenai acara ulang tahun Taman Akasa yang dihadiri oleh group pengelola usaha, para investor dan pegawainya. Acara besar tahunan yang akan menjadi ajang perayaan keberhasilan pencapaian, diwarnai sedikit evaluasi dan pembahasan rencana pengembangan.  Siapa sangka ternyata Tuan Batara Sang ATM berjalan eksklusif milik Kanaya ini merupakan salah satu investor di tempat yang selama ini Kanaya ingin kunjungi! Beuh, kalau tahu dari dulu, Ia pasti sudah meminta, menjurus pada merengek-rengek dan memohon-mohon untuk dibelikan salah satu unit hunian pribadi yang ada disini. Sejak saat ini, detik ini, moment ini, Kanaya berjanji untuk berhenti ngeyel dan mulai menurut, menjadi gadis manis agar pria yang ia gandeng erat itu mau memenuhi keinginannya yang terbaru ini. “Pasti bisa, Kana. Kapan sih, dia nolak permintaan lu!” “Should be nice and comfy ya, kalau punya unit disini?” Kanaya mencoba membuka jalan emasnya. (seharusnya enak dan nyaman ya, kalau punya unit disini?) “Villa maksud kamu? Saya sudah punya” “Oh really? That’s nice. Kalau apartemennya?” “Kenapa? Kamu mau?” Mendengar pertanyaan itu, Kanaya sudah tahu jika jalan emasnya sudah terbuka sekitar 75%. Matanya berbinar dan senyumnya merekah senang. “Villa is too creepy kalau buat aku sendiri, jadi aku mau apartemennya aja, ya?” (villa terlalu menyeramkan) Batara menarik dagu Kanaya agar pandangan mereka sejajar. Walaupun sudah tua Bangka, tapi Batara  bertubuh kokoh dan lebih tinggi dari Kanaya. “Kuncinya hanya tiga, Be my sweet little girl, berhenti membantah dan nurut, you okay with that?” “Asiaaaap, pak bos!” Kanaya menyahut senang. Senyumnya lebar hingga lesung di pipinya muncul ke permukaan. Sementara Batara mengetuk pipinya dengan telunjuk, memberi perintah pada Kanaya untuk memberikan kecupan disana. Tanpa fikir panjang, Kanaya pun segera menuruti perintah itu dan mengecupnya berkali-kali, mengucap terimakasih dan diakhiri dengan rangkulan mesra keduanya. “see, eaaaaaaasyyyyyyy….” Seru hati Kanaya yang puas dengan jalan emas yang telah dia bukanya.  ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN