Jihan menghela napas lelah kemudian melakukan peregangan beberapa detik. Jam di sudut layar komputer menunjukkan pukul delapan malam tapi divisi admin produksi masih belum ada yang bisa pulang. Karena ini akhir bulan dan otomatis kerjaan mereka banyak. “Hhh ... gue nyerah,” keluh Rina dengan suara yang terdengar lemas sekali. “Besok aja dilanjut. Mata gue udah berat, kayak bawa beban berkilo-kilo.” Bang Fahri mendengkus. “Berlebihan. Tapi, yaudah, sih, nggak bisa dipaksa juga. Itu Pak Yanto udah matiin lampu, pasti bentar lagi keluar.” Semua tatapan kompak tertuju pada ruangan Pak Yanto, dan benar saja, tidak lama pintu terbuka lalu disusul Pak Yanto sendiri yang keluar. Kelihatan sekali muka lelah Pak Yanto tapi itu tidak menyurutkan beliau untuk menyunggingkan senyuman. “Ayo pulangn