Sampai sore hari, aku masih memikirkan tentang kontrak yang menurutku tak masuk akal itu. Mereka berani memberi modal tanpa takut kerugian. Bagaimana jika usaha Ayah tak mendapat keuntungan? Sudah barang tentu merekalah yang paling merasa dirugikan. Bukannya aku tak percaya keajaiban, hanya saja di zaman sekarang ini tak akan mudah mendapati hal semacan itu. Bahkan orang rela menjadi raja-rajaan demi menipu orang. Kehela napas panjang saat kakiku mulai melangkah masuk menuju kamar besar di lantai atas. "Maaf, Nona, Tuan Max belum tiba di rumah." Seorang pelayan memberiku informasi dengan sopan. Rasa heran melanda begitu saja, pasalnya ini sudah waktunya bayi besar itu mandi dan makan malam, tapi kenapa dia belum pulang? "Tuan Max menitipkan ini untuk Nona." Kepala pelayan itu menyerah