03 - Mulut Berbisa

1071 Kata
Semuanya sedang makan bersama, dan saling berbicara satu sama laih. Ah … hanya Claire saja yang tidak minat untuk mengatakan apa pun. Claire masih kesal dan marah pada keluarganya. Apalagi orangtuanya yang selalu membela kakaknya dan memuji kakaknya. Sedangkan Claire? Mereka akan selalu memarahi Claire. Claire tidak suka diatur. Dia menganggap dirinya sudah dewasa dan bisa pergi kemanapun yang dia inginkan. Kekasihnya juga bukan orang jahat. Kekasihnya selalu baik padanya. Dan menjaganya dengan baik. Pergi ke klub bukanlah hal yang besar. Itu lumrah. Mereka tinggal di negara bebas. Dan pergi ke klub adalah hal yang biasa. “Alex bagaimana dengan bisnismu? Apakah semuanya baik-baik saja?” tanya Jeremy. Alex menatap pada ayahnya dan mengangguk. Semuanya baik-baik saja dan tidak ada masalah besar sama sekali. “Semuanya baik-baik saja Pa. Tidak ada masalah besar sama sekali,” jawab Alex memakan makanannya. Mata Alex tertuju pada Claire yang memakan makanan tanpa minat sama sekali, bahkan Claire terlihat enggan untuk berada di sini dan ingin pergi dari sini secepatnya. Alex tersenyum tipis. Gadis itu memang keras kepala sekali, membuat Alex harus menahan dirinya untuk tidak menghukum Claire dan membawa Claire ke atas ranjang. Alex … kau jangan bersikap seperti itu. Kau harus menahan diri. Karena Claire adalah adikmu. Walaupun bukan adik kandung. Namun, orangtua Claire sangat berjasa di dalam hidupnya. Alex harus menjadi anak yang baik dan jangan sampai mengecewakan orangtua angkatnya. “Syukurlah. Mama dan Papa tidak mau kau jarang ke sini karena masalah bisnismu. Kau harus menetap di sini,” ucap Jeremy. Alex tertawa pelan dan mengangguk. “Alex akan tinggal di sini untuk sementara. Mama dan Papa jangan khawatir, Alex tidak pulang ke sini bukan karena ada masalah di perusahaan, hanya saja Alex ingin mandiri.” Kalau aku tinggal di sini lebih lama, aku tidak tahu apakah bisa menahan untuk tidak menarik Claire ke atas ranjang. Lanjut Alex dalam hatinya. Hanya melihat tubuh molek Claire saja sudah membuat bagian bawah milik Alex terbangun. Makanya Alex tidak mau berlama-lama di mansion orangtuanya. Dia tidak akan bisa menahan godaan yang diberikan oleh Claire padanya. Hah. Hanya Alex saja yang tergoda. Claire tidak pernah menggoda Alex sama sekali. Bahkan gadis itu tidak pernah menyukai Alex. Malah membenci Alex yang terus saja mengganggunya. Mengganggu kesenangan Claire. “Kau sudah mandiri. Jangan banyak alasan Alex! Mama tidak jauh jauh-jauh dari anak Mama. Kau itu putra Mama, dan sudah seharusnya kau tinggal di sini, bukan malah tinggal di apartemen terus,” ucap Amber kesal. Alex tertawa pelan dan memeluk lengan ibunya. Alex mencium pipi ibunya. “Ma ... jangan marah. Alex semakin terpesona melihat kecantikan Mama kalau sedang marah.” Alex merayu ibunya. Amber mengulum senyum dan mendorong wajah putranya. “Kau bisa saja membuat Mama untuk tidak marah padamu. Kau memang putra Mama,” ucap Amber dan mencium pipi Alex. Claire yang melihat itu semuanya memutar bola matanya malas. Alex sangat pandai sekali menjilat, dia sampai membuat orangtua mereka terus memuji Alex. Dan sekarang Mamanya malah menciym pipi Alex. Cih, dasar anak manja. “Aku sudah selesai makan. Aku ingin ke halaman belakang,” ucap Claire dan berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju halaman belakang mansion. Lama-lama di situ hanya membuat Claire jengah dengan kelakuan orangtuanya dan juga kakaknya yang suka sekali mengganggu hidup Claire. Alex menatap kepergian Claire dengan tatapan sinisnya. Claire tidak berubah sama sekali, selalu saja gadis itu menjadi gadis nakal dan tidak tahu cara menghormati orangtua. Alex saja yang bukan anak kandung dari Jeremy dan Amber, sangat menghormati mereka dan tidak berani menatap sinis atau berkata kasar pada mereka. “Alex, maafin Claire. Kayaknya dia masih marah sama kita semua. Kamu tahu sendiri, dia itu keras kepala dan susah diatur. Mama dan Papa sudah lelah melihat kelakuannya seperti itu,” ucap Amber tersenyum sendu. Alex menatap pada ibunya dan merasa sedih melihat tatapan sendu dari wanita yang telah membesarkan dan memberikan kasih sayang pada dirinya. Alex berdiri dari tempat duduknya dan tersenyum pada orangtuanya. “Ma, Alex ke tempat Claire dulu,” ucap Alex dan berjalan menjauhi ruang makan. Jeremy dan Amber mendesah pelan. Mereka berdua bukannya pilih kasih seperti yang dikatakan oleh Claire. Karena mereka menyayangi Claire, tidak mau gadis itu terlalu bebas dan ditipu oleh lelaki yang hanya menginginkan harta saja. “Claire sangat marah pada kita,” ucap Amber menangis. Jeremy menggenggam tangan istrinya, dan tersenyum manis pada istrinya. “Nanti dia tidak akan marah pada kita lagi, kamu jangan sedih,” ucap Jeremy dan mencium punggung tangan Amber. Alex yang berdiri tidak jauh dari orangtuanya mendesah pelan. Ya. mereka sangat sedih dengan perlakuan Claire. Claire selalu saja membangkang dan mengagungkan lelaki yang belum tentu mencintainya dengan tulus. Alex berjalan tegap menuju halaman belakang dan hanya diam dan tidak tersenyum sama sekali, ketika beberapa pelayan di rumah ini menyapa Alex hormat. Alex tidak suka beramah tamah dengan orang lain, apalagi beberapa pelayan ini menatapnya dengan tatapan penuh minat. *** Alex menatap pada Claire yang duduk di kursi taman bunga, sambil memainkan ponselnya. Alex tersenyum dan berjalan mendekat pada Claire. “Kau masih marah pada Mama dan Papa?” tanya Alex. Claire menatap pada Alex dan mendengkus. Untuk apa pria ini ke sini. Dan mengganggu ketenangan Claire saja. Claire ingin sendiri dan tidak ingin diganggu oleh Alex. “Untuk apa kau ke sini?” tanya Claire sinis. Alex tertawa pelan. “Kau tidak perlu sinis seperti itu Claire. Aku ke sini ingin menemanimu. Mana tahu adik kecilku ini kesepian dan ingin ditemani oleh kakaknya yang dicintai olehnya,” ucap Alex mengejek. Claire memutar bola matanya. “Dicintai? Hanya dalam mimpimu. Aku tidak sudi memiliki kakak seperti dirimu. Kau hanya sebuah benalu!” ucap Claire tajam. Alex yang mendengarnya langsung mencengkam rahang Claire. Kurang ajar sekali mulut Claire. Claire harus diajarkan sopan santun, dan jangan berbicara tajam seperti ini. “Mulutmu sungguh berbisa sekali. Kau ingin aku mengambil bisa di mulutmu ini sayang?” tanya Alex menatap pada bibir Claire yang sangat menggoda. Claire yang tahu arah tatapan Alex, menepis tangan pria itu dan berdiri dari tempat duduknya. “Jangan kurang ajar! Kau itu Kakakku!” ucap Claire. Alex tertawa kencang. “Kakakmu? Bukankah kau tidak mau memiliki seorang kakak? Aku bisa menjadi priamu, kalau kau mau sayang.” Alex mengedipkan matanya dan pergi dari hadapan Claire. Claire yang melihat Alex pergi mendesah berat. Kenapa Alex terus menmggoda dirinya dan menatapnya dengan tatapan seperti ingin menerkam. Bukankah mereka berdua saudara? Dan seharusnya Alex tidak seperti itu. Sangat membingungkan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN