Lexington, Manhattan, New York City
Jumat, 1 Desember 2017
--
Aku mendapat e-mail balasan pagi itu. Lamaran kerja yang kukirim beberapa hari lalu di jawab ada ada sejumlah panggilan interview untuk minggu depan. Aku mencatatnya di agendaku dan menempel catatan tambahan di atas lemari pendingin. Aku sangat bersemangat dan aku tidak ingin melupakan jadwal interview itu.
Hari itu, aku memutuskan untuk menjumpai Kate di kliniknya. Aku akan menunggunya di sana. Aku tidak pernah merasa begitu siap untuk menghadapi hari. Perjalananku kali ini terasa panjang setidaknya sampai aku tiba di klinik itu. Aku memutuskan untuk menunggu Kate di luar. Siang ketika Kate belum memunculkan dirinya dari pintu klinik, aku memutuskan untuk pergi ke kedai dan membeli kopi. Aku mengawasi pintu masuk klinik itu dari sana. Setelah menghabiskan tiga jam duduk di kedai itu dan mendapat tatapan dari dua orang pelayan di meja kasir, aku memutuskan untuk pergi. Aku pikir itu yang mereka inginkan.
Sore itu terasa dingin. Aku menunggu di bawah pohon rindang dengan mantel milik Nick yang kebesaran di tubuhku. Aku memeriksa ponselku dan mendapati beberapa pesan masuk dari sana. Satu diantaranya dari Kate dan aku langsung membaca isi pesan itu.
Sara aku minta maaf membuatmu menunggu di luar sana.. aku bisa melihatmu dari lantai dua. Aku ingin sekali kesana, tapi aku benar-benar terkurung disini. Jadwalnya baru akan berakhir beberapa jam lagi. Aku pikir sebaiknya kau pulang, cuacanya sedang tidak baik dan aku janji akan mengunjungi tempat penginapanmu malam ini.
Aku melirik ke lantai dua dari bangunan bertingkat itu. Aku membayangkan Kate sedang berdiri di sana sembari mengawasiku. Aku tidak membalas pesannya, tapi aku mengikuti apa yang diperintahkannya dengan berbalik pergi.
Aku tiba di penginapanku sekitar pukul tujuh. Kate tiba sekitar pukul delapan dan dia membawa santapan makan malam yang banyak. Kami mengobrol sepanjang malam itu. Kali ini tidak ada obrolan tentang Anthony ataupun Missy, dan ia terlihat lebih baik dari kemarin. Untuk pertama kalinya sejak dua hari terakhir, aku melihat senyum kembali menghiasi wajahnya. Kami berlomba-lomba menghabiskan makanan itu, Kate tidak menolak ketika aku menuangkan anggur untuknya. Dia telah bersikap layaknya teman senasib dan tidak lagi melarangku meneguk alkohol itu. Aku tersenyum.
Kami duduk di atas sofa dan aku menyaksikan Kate sibuk menggeledah seisi tasnya. Ia mengeluarkan beberapa map dari sana untuk meraih sebuah buku tebal. Kate menyerahkan buku itu padaku. Aku membaca sampulnya yang telah menguning. Itu adalah sebuah karya fiksi romansa yang ditulis oleh Beverley Mills pada 1982. Kate mengaku telah membaca kisahnya selama dua belas kali sejak ia remaja dan hingga saat ini, Kate masih mencintai kisah dalam buku itu. Dia ingin aku membacanya, itu adalah bagian dari terapinya dan aku tidak yakin ini akan berhasil.
"Buku itu milik ibuku. Beverley Mills adalah teman satu sekolahnya, sekarang dia sudah menulis lebih dari empat puluh buku dan yang satu ini adalah favorit ibuku, sekarang menjadi favoritku dan aku ingin kau membacanya juga."
Aku tertegun, sejenak berpikir kalau Kate berusaha mengejekku.
"Ini bodoh Kate, aku tidak bisa menyelesaikannya seharian, dan aku tidak bisa mengingat kisahnya."
"Kau tidak harus membacanya seharian, Sara. Dan ini adalah metode yang akan kucoba padamu. Bacalah beberapa bab dalam sehari, keesokan harinya, aku ingin mendengar apa yang kau baca. Aku ingin tahu sampai dimana batas ingatanmu. Percayalah padaku, ini hanya mediasi untuk terapi yang kukatakan padamu."
"Bagaimana jika aku tidak bisa mengingatnya?"
Kate tersenyum, satu tangannya yang hangat menggenggam tanganku. "Segalanya layak dicoba. Itu kisah yang sempurna, orang yang membacanya tidak akan bisa melupakannya."
Aku benar-benar berpikir bahwa aku akan membaca kisah itu dan tidak melupakannya. Malam itu kami sedang duduk dan menyaksikan Anne Baxter di layar televisi ketika seseorang mengetuk pintu di luar. Suara Nick muncul. Kate berniat pergi, tapi aku menahannya dan mengatakan tidak masalah jika dia ingin bergabung. Nick seseorang yang hangat, bukan karena dia tidak suka melihat aku berbicara dengan orang asing lantas dia akan membenci Kate. Aku akan mencoba menjelaskan pada Nick bahwa Kate adalah temanku dan aku tidak ingin dia membencinya.
Ketika aku membuka pintu, Nick menatapku sebentar kemudian menyeruak masuk. Aku membantunya menggantung mantel dan dia langsung berjalan menuju dapur.
"Bagaimana harimu, Sara? Semuanya baik-baik saja?"
Nick berhenti menuang air ke dalam gelasnya ketika ia mendapati Kate berdiri di ruang tengah. Otot-ototnya berkedut di bawah seragam yang ia kenakan malam ini. Aku maju tepat ketika Nick berniat membuka mulut.
"Nick, ini Kate temanku. Kate, ini Nick.. seperti yang kau tahu."
Nick hendak membuka mulut, tapi Kate mengangkat satu tangan untuk mencegahnya. Sebagai respons, Kate bergerak maju kemudian menjabat tangan Nick seolah itu adalah pertemuan pertama mereka. Tiba-tiba aku merasa malu, mungkin ini bukan pertemuan pertama mereka, aku hanya tidak ingat kapan itu terjadi dan bagaimana kami bertiga bisa dipertemukan.
"Tidak apa-apa," aku bisa mendengar Kate berbisik pada Nick.
Nick mengangguk kemudian tersenyum. Tampak jelas kalau mereka sedang berusaha menghiburku. "Halo Kate, aku Nicholas dan kelihatannya Sara telah menceritakan banyak hal tentangku padamu."
"Ya tentu.."
Wajah Kate memerah ketika kami bertukar pandang.
"Aku harap hal-hal baik tentang aku."
Kate tersenyum. Malam itu kami menghabiskan waktu untuk mengobrol. Aku tidak pernah merasa lebih baik dari sekarang. Nick duduk di atas sofa dan menikmati siaran berita ketika aku dan Kate mengobrol di kamar. Suasana hatinya tampak membaik. Kate tidak menangis seperti kemarin dan kami membicarakan banyak hal yang kami suka juga rencana tempat yang akan kami kunjungi.
Perbincangan itu terlalu menarik hingga kami tidak sadar kalau jarum jam telah menunjukkan pukul dua belas malam. Nick melongok dari luar dan menghentikan percakapan kami. Laki-laki itu bersandar di balik dinding, sekilas menatap Kate kemudian berpaling padaku.
"Maaf mengganggu obrolan kalian, tapi Sara.. kau harus istirahat. Dan Kate.. mungkin aku bisa mengantarmu pulang. Hari sudah semakin larut."
Aku hendak membantah, aku bermaksud mengatakan kalau Kate bisa menginap malam ini, tapi Kate sudah berdiri. Dia meremas tanganku sebelum berjalan menghampiri Nick. Aku mengikuti mereka hingga ke pintu masuk. Kate berpamitan padaku sebelum wanita itu menghilang di balik pintu. Nick menyusul di belakangnya, hal terakhir yang dikatakannya sebelum menutup pintu hanya, "tidak ada alkohol dan jangan lupakan obatmu!"
--
Beritahu saya tanggapan kalian..