Pukul: 01. 00
Mata Alana terbuka lebar, ia segera melepaskan pelukan Ello pada tubuhnya, setelah itu berlari menuju kamar mandi. Mual itu kembali terasa disaat waktu yang tidak tepat dimalam hari seperti ini.
"Huek."
"Huek."
Nafas Alana memburu sambil memegang perutnya yang tiba-tiba sakit, ia sudah tidak kuat untuk berdiri. Badannya sungguh sangat lemas dan ditambah lagi dengan rasa sakit yang amat sangat luar biasa itu.
"El." panggil Alana lemah yang jelas-jelas tidak akan bisa Ello dengar.
Menyadari jika Alana sudah tidak ada dalam pelukannya, Ello pun segera terbangun saat telinganya mendengar suara Istrinya yang sedang muntah-muntah. Ello langsung beranjak dari tempat tidurnya, ia berjalan dengan terburu-buru, dan tidak lupa juga dengan raut cemas di wajahnya.
"Alana." pekik Ello, langsung menahan tubuh wanita itu yang hampir jatuh.
Alana meringis kesakitan sambil meremas lengan Ello untuk melampiaskan-nya.
"Ada apa ini?" tanya Ello khawatir.
Rasanya Alana sudah tidak mampu lagi untuk menjawab pertanyaan Ello. Kini air mata wanita itu untuk sudah jatuh tak tertahankan lagi karena rasa sakit di perutnya semakin menjadi-jadi.
"Kenapa kau menangis?" tanya Ello semakin panik sambil menghapus air mata Alana.
"Apa ada yang sakit?" tanya Ello yang hanya mampu Alana balas dengan anggukan lemah.
"Mana? Di mana yang sakit?" tanya Ello cepat dengan nada panik.
"Sakit, El." rintih Alana.
Ello langsung mengangkat tubuh Alana keluar dari kamar mandi dan setelah itu menurunkan-nya dengan perlahan di atas tempat tidur mereka.
"Apa perutmu keram?" tanya Ello dan sekali lagi hanya dijawab dengan anggukan lemah dari wanita itu.
Ello duduk di sisi pinggiran ranjang sambil menggenggam jemari Alana, dan sesekali ia dapat merasakan jika genggaman itu semakin erat disaat Alana meringis kesakitan.
"Kita ke Rumah Sakit sekarang, ya." ajak Ello lembut sambil menghapus keringat di dahi wanita itu.
Alana menggeleng sambil menarik tangan pria itu supaya lebih mendekat padanya.
"Tapi kau kesakitan. " ucap Ello tapi Alana masih tidak mau menuruti ajakannya.
Pria itu mengelus perut Alana dengan lembut serta hati-hati. Mungkin dengan ini bisa mengurangi rasa sakitnya.
Genggaman tangan Alana masih kuat, bahkan beberapa kali terasa semakin erat, dan Ello bisa tahu jika rasa sakit itu semakin menjadi.
"Masih sakit?" tanya Ello pelan.
Alana hanya diam saja dengan mata yang terpejam rapat. Ia ingin menjawab tapi mulutnya tidak bisa.
"Kita panggil Dokter saja, ya." ucap Ello sangat lembut.
Sekali Lagi Alana hanya menggeleng sambil membuka matanya dan tepat saat itu pandangan mereka bertemu.
"Lalu aku harus melakukan apa?" tanya Ello frustrasi.
Ello menunduk tubuhnya lalu membuka kancing piyama Alana supaya ia dapat melihat perut wanita itu yang sedikit buncit karena ulahnya. Ia mengecupnya dengan lembut lalu kembali mengusapnya perlahan.
"Sayang, jangan buat Bundamu kesakitan ya. Ayah mohon baik-baik di sana, ya." ucap Ello dengan pelan pada perut Istrinya.
Alana melihatnya, melihat semua perlakuan sayang Ello padanya dan juga anak mereka yang masih di dalam perut. Ia juga tahu jika Suaminya ini khawatir kepadanya dan juga calon anaknya. Alana bahagia di tengah rasa sakitnya saat ini, bahagia karena Ello menjadi pria yang sangat pengertian dan juga baik kepadanya, ia juga bahagia karena tidak salah mencari pendamping hidup seperti Ello.
Ello menolehkan kepalanya ke arah Alana lagi, ia tersenyum saat wanita itu tersenyum kecil kepadanya.
"Apa sudah tidak sakit?" tanya Ello sambil merapikan helaian rambut yang menutupi wajah Alana.
"Masih terasa sedikit tapi tidak sesakit tadi." balas Alana pelan, membuat pria itu kembali tersenyum lalu mengecup dahinya dengan sayang.
"Kau yakin tidak mau aku panggilkan Dokter?" tanya Ello.
"Itu tidak perlu El. Lebih baik sekarang peluk aku lagi." ucap Alana sambil menepuk tempat sampingnya.
"Ingin minum dulu?" tanya Ello dan diangguki oleh Alana.
Pria itu mengambilkan gelas minum yang berada di atas nakas lalu memberikan-nya pada Istrinya. Alana menerimanya dan meminumnya sedikit, lalu ia menyodorkan gelas tersebut ke depan mulut Ello.
"Kau pasti hauskan?" tanya Alana sambil tersenyum cantik.
Membuat Ello tidak dapat menahan senyumnya saat melihat senyum mempesona itu. Ia membuka mulutnya untuk menerima air yang diberikan Alana.
"Sekarang tidur lagi, bahkan sekarang masih jam setengah tiga pagi." ucap Ello.
"Peluk aku." pinta Alana manja.
Ello terkekeh pelan lalu menuruti permintaan Alana, dengan menaiki tempat tidurnya dan setelah itu memeluk wanita itu dari belakang sambil tetap mengelus perut Istrinya tersebut.
"Ini pertama kalinya aku melihatmu kesakitan seperti ini." ucap Ello sambil menempuhkan dagunya di atas kepala Alana.
"Tapi ini bukan pertama kalinya aku merasakan sakit seperti ini." balas Alana, membuat Ello terkejut mendengarnya.
Apa Istrinya ini pernah kesakitan seperti tadi dan dirinya tidak tahu. Pikir Ello.
"Kenapa aku tidak tahu?" tanya Ello sambil memegang wajah Alana supaya mata mereka berdua bisa bertemu.
"Kau sedang bekerja saat itu, makanya tidak tahu." jawab Alana.
"Lalu kenapa kau tidak menghubungiku?" tanya Ello tidak suka dengan Alana yang tidak memberitahukan hal semacam itu kepadanya.
"Kau tahu sendiri jika ponselmu selalu mati saat bekerja, jadi mana bisa aku menghubungimu?" ucap Alana.
Ello berpikir tentang hal itu dan ia mengakui ucapan Alana barusan karena ia memang tidak pernah mengaktifkan ponselnya saat sedang bekerja. Bodoh dan ceroboh itulah tindakkan Ello.
"Kau selalu bilang jika ada apa-apa suruh menghubungimu tapi kau tidak pernah mengaktifkan ponselmu." ucap Alana yang mampu membuat Ello terdiam.
"Maaf, dan mulai sekarang aku tidak akan pernah mematikan ponselku." balas Ello.
Alana mengelus pipi Ello dengan sayang. Ia tidak suka jika Suaminya meminta maaf karena masalah sekecil itu.
"Tidak perlu meminta maaf karena aku tidak suka saat melihat priaku seperti itu." ucap Alana.
Ello mengangguk lalu kembali merapatkan pelukannya dan menempatkan kepala Alana di d**a bidangnya.
"Berapa kali kau merasakan sakit seperti itu?" tanya Ello.
"Ini yang ketiga kalinya." balas Alana lalu menahan tangan Ello yang ingin melepaskan pelukannya. Ia tahu jika pria itu terkejut tapi tidak usah dipermasalahkan lagi hal yang sudah berlalu.
"Kenapa kau tidak bilang padaku?" tanya Ello sekali lagi.
"Aku tidak mau membuatmu khawatir" balas Alana.
"Tapi ini bahaya, Alana." ucap Ello.
"Sudahlah tidak usah di bahas lagi. Aku sangat mengantuk sekarang." ucap Alana lalu menutup matanya sambil merapatkan dirinya dengan tubuh Ello.
"Baiklah tidurlah yang nyenyak, sayang" balas Ello dan kembali mengelus perut Istrinya.
Pelukan dan elusan Ello sungguh membuat Alana merasa sangat nyaman sekarang ini, dan hal itu juga membuatnya cepat tertidur seperti saat ini.
Alana sudah tidur tapi tidak dengan Ello yang masih terjaga tanpa menghentikan kegiatannya mengelus lembut permukaan perut buncit Alana.
Bagaimana bisa Ello tidur jika perasaannya masih khawatir tentang kondisi Alana. Ia takut jika Istrinya ini akan mengalami sakit itu lagi.
***
Pukul: 07. 30
Alana membuka matanya dengan perlahan, lalu ia memegangi perutnya yang terdapat elusan tangan Suaminya di sana.
"Sudah bangun, Nyonya Mario ku?" tanya Ello.
Alana langsung membalikkan badannya ke arah Ello yang sekarang sedang tersenyum manis kepadanya.
"Sudah, Tuan Mario ku sayang" balas Alana menirukan ucapan Ello barusan.
Ello mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Alana dengan memberikan beberapa lumatan kecil di dalamnya sebelum melepaskan ciuman ringan tersebut.
"Kau tidak tidur?" tanya Alana.
"Aku menjagamu." balas Ello.
"Tapi dengan kau memelukku itu sudah cukup untuk menjagaku, dan tidak seharusnya kau terjaga seperti ini." ucap Alana sambil mengelus wajah tampan Suaminya.
"Aku tidak keberatan melakukan-nya." balas Ello.
"Tapi kau juga butuh istirahat, jadi sekarang lebih baik kau tidur." ucap Alana.
"Aku tidak akan bisa tidur karena aku tidak mengantuk." balas Ello lalu mengancingkan kembali piyama Alana yang sempat ia buka tadi.
"Usianya sudah dua bulan dan itu berarti tuju bulan lagi aku akan menjadi seorang Ayah. Kenapa waktu terasa sangat lama sekali?" ucap Ello saat tangannya kembali menyentuh perut Alana.
"Memangnya kau sudah siap aku duakan?" tanya Alana.
"Tidak apa-apa jika aku diduakan karena anakku, asalkan bukan dengan pria lain saja." balas Ello yang mampu membuat Alana tertawa.
Ello menarik tubuh Alana untuk semakin merapat padanya dan Ia juga memberikan kecupan di dahi wanita itu, membuat Alana kembali memejamkan matanya sambil menghirup dan menciumi leher Ello.
Alana terus saja menggoda Ello tapi itu percuma karena Ello masih tetap pada pendiriannya dan hal itu membuat godaan Alana tidak ada gunanya.
"Aku tidak bekerja hari ini." ucap Ello yang langsung membuat Alana mendongak menatapnya sambil tersenyum lebar.
"Benarkah?" tanya Alana antusias.
Ello mengangguk sambil tersenyum, ia tahu jika Alana pasti sangat senang saat mendengarnya, lagi pula Ello juga masih terlalu khawatir dengan keadaan wanita itu, dan sejak tadi dirinya selalu berpikir jika ia meninggalkan Alana, ia takut Istrinya kembali merasakan sakit itu lagi, sungguh Ello tidak bisa membayangkan hal buruk tersebut.
"Kalau begitu sekarang kau harus tidur karena dari tadi kan kau belum tidur." ucap Alana sambil mengelus pipi Ello lagi.
"Baiklah jika kau memaksa." balas Ello lalu mengambil tangan Alana yang berada di wajahnya, lalu mencium tangan itu dengan lembut.
"Apa kau juga mau tidur lagi?" tanya Ello.
"Iya tapi peluk aku." balas Alana.
Ello mencubit pipi Alana dengan gemas akan tingkah wanita itu yang semakin manja padanya. Lalu Ello menempatkan kepala wanita itu di d**a bidangnya.
"Tidurlah." ucap Ello dengan mata yang sudah terpejam.
Alana mengangguk sambil ikut menutup matanya. Ia sangat senang karena hari ini dirinya akan menghabiskan waktu berduaan bersama dengan Suami tercintanya, bahkan ia tidak bisa berhenti tersenyum sebelum dirinya tertidur kembali.